Konten dari Pengguna

Merah Putih di Langit Motaain

darmia dimu
Green lover and beach admirer
18 Agustus 2018 2:35 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari darmia dimu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hari Jumat, 17 Agustus 2018, kami melaksanakan upacara kenaikan bendera di desa Silawan, Motaain, Belu, NTT. Turun dari bis yang membawa rombongan kami, peserta Sesdilu 61,disambut oleh udara pantai yang hangat. Ternyata kami akan upacara di tepi pantai yang menghadap Timor Leste. Mengenakan kain tradisional, Belu, kami siap mengikuti upacara.
ADVERTISEMENT
Sumber Foto : @liariyadi
Ini kali pertama dalam hidup saya melaksanakan upacara di pinggir pantai. Angin pantai yang segar, celoteh anak-anak peserta upacara serta keriuhan panitia upacara mewarnai persiapan upacara bendera.
Foto: Bermain sejenak sebelum upacara dimulai (koleksi pribadi)
Upacara kami kali ini menghadap ke pantai. Seakan mengisyaratkan pada negara tetangga dan dunia bahwa di tepian batas negeri, merah putih selalu berjaya.
Upacara kami awalnya berjalan lancar, namun terdapat insiden terlepasnya tali bendera. Namun, dengan sigap Johanes alias Joni, bocah SMPN 1 Silawan berhasil memanjat tiang bendera dan memastikan bahwa merah putih terus berkibar.
Kami seluruh peserta upacara terharu dan bangga akan aksi heroik Joni. Pahlawan kecil bernyali besar yang mengangkat semangat kami bahwa apapun yang terjadi, merah putih wajib dikibarkan. Terlebih di negeri yang menjadi gerbang Timor Leste memasuki Indonesia. Motaain yg merupakan cermin Indonesia, jika merah putih gagal berkibar maka gaungnya mudah terlihat ke negeri tetangga. Joni, pahlawan kecil dari Silawan mampu mengangkat kembali semangat dan marwah Indonesia sehingga merah putih tetap berada di langit Motaain.
ADVERTISEMENT
Motaain, selama beberapa tahun terakhir ini terus berbenah dan meningkatkan pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur baik jalan, perumahan bagi para pengungsi maupun bendungan adalah langkah konkrit untuk memanusiakan manusia di perbatasan. Bagaimana tidak, disini semua hal serba terbatas. Jika tidak ada jalan yang bisa menghubungkan Motaain ke kota Atambua maka bisa dipastikan akan ada kelangkaan sembako dan barang kebutuhan lainnya.
Pengadaan air bersih serta pembangunan sarana kesehatan mutlak diperlukan untuk negeri ini. Disini, lahan kering dan sungai yang tidak ada air adalah pemandangan yang banyak ditemui.
Pembangunan infrastruktur sekolah, pengadaan buku-buku dan adanya akses internet untuk pendidikan tidak kalah pentingnya untuk membangun manusia. Sehingga, akan lebih banyak lagi Joni-Joni yang lain yang sudah dibekali dengan ilmu dapat berbuat lebih banyak untuk Indonesia. Demi kejayaan Indonesia!
ADVERTISEMENT