The Art of Lying: Ternyata Berbohong Juga Ada Seninya Lho!

Darren Nathan
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Binus University Jakarta
Konten dari Pengguna
20 Januari 2023 18:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Darren Nathan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi berbohong. Foto: BlurryMe/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berbohong. Foto: BlurryMe/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Mungkin nggak sih ada orang di dunia ini yang nggak pernah berbohong? Saya yakin bahwa setiap dari kita pasti pernah setidaknya satu kali berbohong entah itu kepada orang tua, teman, pasangan, atau bahkan berbohong pada diri sendiri. Atau mungkin juga ketika mau berkata jujur terasa lebih tidak enak karena akan memperburuk keadaan.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya wajar tidak ya berbohong untuk suatu kebaikan tertentu? Ataukah lebih baik berkata jujur meskipun pada dasarnya akan tahu bahwa jika berkata jujur akan menyakiti perasaan dan memperburuk keadaan orang lain? Berikut adalah beberapa penjelasan terkait perilaku berbohong dalam berbagai sisi.
Perilaku berbohong sebenarnya telah menjadi kajian bagi banyak peneliti dunia, salah satunya adalah Professor di US yaitu Maurice Schweitzer yang meneliti tentang deception dan trust. Mungkin di antara kita ada yang dididik oleh orang tuanya untuk selalu bersikap dan berkata jujur dan jangan pernah berbohong. Namun apabila merujuk pada penelitian Professor Maurice Schweitzer, sejak masa sekolah kita telah diajarkan cara untuk berbohong namun dengan melihat waktu yang tepat untuk berbohong.
ADVERTISEMENT
Contoh kecilnya saja ketika kita diajarkan untuk tidak jutek ketika berbicara dengan teman, harus selalu menampakkan sikap ramah ketika berbicara kepada orang tua, guru, dan orang-orang yang lebih tua. Kedua hal tersebut berkaitan dengan etika namun secara tidak disadari hal tersebut adalah sikap bohong.
Nah perilaku berbohong yang berdampak baik itu sebenarnya dapat dikatakan sebagai Prosocial Lies yang artinya ketika berbohong demi suatu kepentingan tertentu seperti untuk mendamaikan, dan lain sebagainya.
Namun harus tetap dipahami bahwa berbohong pada dasarnya adalah menutupi kebenaran yang ada, sehingga berbohong akan berpotensi untuk merugikan orang lain. Jadi semua kembali pada konteks dan situasi yang dihadapi. Kemudian ada lagi yang namanya Selfish Lies yang artinya berbohong untuk melindungi kepentingan diri sendiri dengan mengorbankan orang lain. Nah berbohong seperti inilah yang tidak dianjurkan.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu jika merujuk pada pendapat Profesor Maurice Schwetzier, seni dalam berbohong yang dapat dipakai adalah seni Prosocial Lies. Sebab berbohong dalam kondisi seperti ini dilakukan demi kebaikan dan agar meminimalisasi segala kemungkinan konflik yang akan dihadapi jika bersikap jujur.
Jadi kapan waktu yang tepat untuk berbohong? Pertama, pada saat ingin menjaga perasaan orang lain, kedua, pada saat akan memberikan kritik, ketiga, pada saat ada agenda spesial. Menariknya hal ini adalah apa yang dilihat oleh mata kita sehari-hari, namun hal ini tidak pernah dipelajari secara khusus. Jadi pada dasarnya memang berbohong itu adalah buruk, akan tetapi ada berbohong demi kebaikan yang tentunya kita perlu tahu konsekuensi dari segala perilaku tersebut.
ADVERTISEMENT