Konten dari Pengguna

Aktivitas Gempa Tektonik Menjelang Erupsi Gunung Soputan

Dr. Daryono, S.Si., M.Si
Kabid Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Peneliti Bidang Geofisika | VP Himpunan Ahli Geofisika Indonesia Divisi Mitigasi Bencana Kebumian
18 Desember 2018 11:27 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dr. Daryono, S.Si., M.Si tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gunung Soputan di Sulawesi Utara erupsi, Rabu (3/9)  (Foto: Twitter/@id_magma)
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Soputan di Sulawesi Utara erupsi, Rabu (3/9) (Foto: Twitter/@id_magma)
ADVERTISEMENT
Berdasarkan sumber resmi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, data pemantauan Gunung Soputan dari periode Agustus hingga awal Oktober 2018 menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan.
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 3 Oktober 2016 pukul 01:00 WITA tingkat aktivitas Gunung Soputan dinaikkan dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga). Periode erupsi Gunung Soputan kemudian terjadi pada 3-4 Oktober 2018. Setelah itu aktivitas kegempaan Gunung Soputan cenderung mengalami penurunan.
Pada hari Sabtu 15 Desember 2018 mulai pukul 17.00 WITA data seismik menunjukkan adanya peningkatan yang cepat dan signifikan. Peningkatan kegempaan terus terjadi dan akhirnya pada hari Minggu tanggal 16 Desember 2018 pukul 01.02 WITA terekam gempa letusan dengan amplitudo maksimum 40 mm (overscale) dengan durasi 598 detik, disertai suara gemuruh yang terdengar dengan intensitas lemah-sedang dari Pos Pengamatan Gunung Soputan yang berada di Silian Raya (sekitar 10 km di sebelah Barat Daya puncak Gunung Soputan).
ADVERTISEMENT
Pada hari Minggu 16 Desember 2018 sekitar pukul 03.09 WITA teramati sinar api di atas puncak Gunung Soputan dan tinggi kolom erupsi ± 3.000 m di atas puncak (± 4.809 m di atas permukaan laut) dengan kolom abu berwarna kelabu dan intensitas tebal condong ke tenggara. Selanjutnya pada pukul 05.40 WITA tinggi kolom erupsi ± 7.000 m di atas puncak (± 8.809 m di atas permukaan laut) dengan kolom abu berwarna kelabu dan intensitas tebal.
Gempa Tektonik
Secara tektovulkanik, gempa bumi signifikan dapat meningkatkan aktivitas vulkanisme gunung api. Meningkatnya aktivitas sebuah gunung api berkaitan dengan dinamika tektonik di sekitar kantung magma. Dalam hal ini peristiwa guncangan gempa akan mampu memicu meningkatnya aktivitas magmatik gunung api.
ADVERTISEMENT
Akumulasi medan stres yang berlangsung terus-menerus di zona gunung api dapat meningkatkan aktivitas gunung api. Stress-strain akibat gempa bumi yang berlangsung bertubi-tubi di sekitar gunung api dapat menekan cebakan reservoir magma. Aktifnya gunung api dimulai ketika berlangsungnya induksi perambatan stress-strain dari aktivitas seismik yang luar biasa. Dalam hal ini gempa kuat yang terjadi dekat dengan gunung api dapat menciptakan stress-strain yang memicu terjadinya perubahan tekanan hingga terbentuk naiknya magma ke dalam kantung magma.
Aktifnya gunung api juga dapat disebabkan oleh adanya perubahan tekanan gas yang cukup besar. Tingginya frekuensi aktivitas gempa kuat di dekat gunung api menjadi input motion yang menyebabkan terjadinya pergerakan gas di kantung magma. Beberapa aktivitas seismik berkekuatan besar dekat gunung api mampu mengubah tekanan gas dapur magma.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini dapat dianalogikan seperti sebuah botol minuman yang dikocok hingga menimbulkan gelembung-gelembung gas yang kemudian bergerak naik, selajutnya menekan ke bagian atas dan melepaskan sumbatan tutup botol tersebut hingga terjadi letupan keras.
Jika kita perhatikan peta tektonik Semenanjung Minahasa, di sana tampak adanya sebuah jalur tunjaman Sangihe ke arah barat menunjam di bawah Minahasa di mana Gunung Soputan berada. Di wilayah ini banyak sebaran episentrum gempa bumi di lepas pantai Minahasa hingga Laut Maluku.
Di zona ini dalam kerangka tektonik, selain terdapat jalur subduksi juga terdapat jalur Sesar yang terdapat di daratan Minahasa. Dengan kondisi tataan tektonik yang sedemikian kompleks, maka wilayah Minahasa telah menjadi kawasan seismik aktif dengan frekuensi kegempaan yang cukup tinggi di Indonesia. Di zona seismik yang aktif inilah Gunung Soputan menjadi sebuah gunung api yang aktif.
Ilustrasi Aktivitas Gempa Tektonik Gunung Soputan Menjelang 16 Desember 2018 (Foto: Dok: istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Aktivitas Gempa Tektonik Gunung Soputan Menjelang 16 Desember 2018 (Foto: Dok: istimewa)
Aktivitas Seismik
ADVERTISEMENT
Tingginya aktivitas seismik di sekitar Gunung Soputan tercermin dari tingginya frekuensi gempa bumi signifikan yang sering kali mengguncang kawasan Semenanjung Minahasa. Sebagai gambaran tingginya aktivitas seismik, dalam rentang waktu sejak awal Oktober 2018 telah tercatat 7 kali peristiwa gempa bumi tektonik signifikan (M>5,0).
Berikut ini adalah aktivitas gempa tektonik menjelang erupsi Gunung Soputan pada 16 Desember 2018, yaitu: Gempa 13 Oktober 2018 (M=5,2 IV MMI), Gempa 25 Oktober 2018 (M=5,1 III MMI), Gempa 11 November 2018 (M=5,1) III MMI, Gempa 20 November 2018 (M=5,3), Gempa 21 November 2018 (M=5,3), Gempa 4 Desember 2018 (M= 5,4), dan 11 Desember 2018 (M=5,2).
Jika aktivitas vulkanisme gunung api merupakan bagian dari rangkaian kegiatan tektonik, maka kita dapat katakan bahwa aktifnya Gunung Soputan tampaknya tidak terlepas dari adanya pengaruh kegiatan gempa bumi tektonik yang terjadi secara beruntun di sekitarnya. Gempa tektonik dapat memengaruhi aktivitas vulkanisme bilamana gunung api tersebut sedang aktif. Jika tidak sedang aktif maka aktivitas gunung api akan sulit terpicu oleh gempa tektonik.
ADVERTISEMENT
Data aktivitas seismisitas gempa bumi signifikan tersebut di atas kiranya cukup membuktikannya. Keberadaan dapur magma Soputan yang kini sudah kembali terisi magma menjadi labil karena dalam beberapa waktu terakhir terus-menerus mendapatkan pukulan dan tekanan dari gelombang seismik dari gempa bumi yang terjadi di sekitarnya.
Sebagai penutup, untuk membuktikan adanya kaitan aktivitas gempa tektonik dan erupsi Gunung Soputan tentunya masih perlu kajian lebih lanjut dan mendalam secara empiris. Mengingat erupsi Gunung Soputan tersebut, maka kepada seluruh warga dihimbau tetap mentaati zona larangan yang sudah ditetapkan oleh yang berwenang.*
***
Dr. Daryono, S.Si.,M.Si. - Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG - Vice Presiden Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) Divisi Mitigasi Bencana Kebumian.
ADVERTISEMENT