news-card-video
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Gempa Guncang Pelabuhan Ratu, Dipicu Aktivitas Sesar Cimandiri

Dr. Daryono, S.Si., M.Si
Kabid Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Peneliti Bidang Geofisika | VP Himpunan Ahli Geofisika Indonesia Divisi Mitigasi Bencana Kebumian
22 Maret 2020 21:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dr. Daryono, S.Si., M.Si tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gempa bumi. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gempa bumi. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Wilayah Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Minggu, 22 Maret 2020 pukul 10.48.00 WIB diguncang gempa bumi tektonik. Hasil analisis BMKG menujukkan bahwa gempa ini berkekuatan M 3,5 dengan episenter terletak pada koordinat 7,07 LS dan 106,56 BT tepatnya di darat pada jarak 44 km Barat Daya Kota Sukabumi, pada kedalaman 2 km.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan masyarakat, guncangan gempa ini dirasakan di wilayah Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kecamatan Warung Kiara dan Kecamatan Simpenan dengan Skala Intensitas II MMI dimana getaran dirasakan oleh beberapa orang dan benda-benda ringan yang digantung bergoyang. Patut disyukuri bahwa guncangan gempa ini tidak menyebabkan terjadinya kerusakan.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa tadi pagi merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas Sesar Cimandiri.
Banyak warga yang menanyakan apakah ada kaitan antara gempa tadi pagi dan gempa Kalapanunggal yang terjadi pada beberapa hari lalu.
Dapat dijelaskan bahwa pembangkit gempa ini berbeda dengan sumber gempa magnitudo M 5,1 yang mengguncang Kabupaten Sukabumi dan sekitarnya dan menimbulkan kerusakan di Kalapanunggal dan sekitarnya pada 10 Maret 2020 lalu. Saat itu gempa dipicu oleh aktivitas Sesar Citarik yang lokasinya di sebelah barat sesar Cimandiri.
ADVERTISEMENT
Pusat Gempat. Foto: Daryono
Sesar Citarik memiliki orientasi utara timur laut-selatan barat daya, memanjang namun tersegmentasi melalui Pelabuhan Ratu, Bogor, hingga Bekasi. Sesar ini masih aktif hingga saat ini dengan mekanisme sesar geser/mendatar mengiri (sinistral strike slip).
Sementara itu Sesar Cimandiri memiliki orientasi timur timur laut-barat barat daya, memanjang dan tersegmentasi dalam 5 segmen mulai dari Pelabuhan Ratu sampai Gandasoli. Sesar ini cukup aktif dengan mekanisme sama dengan Sesar Citarik.
Sejarah gempa menunjukkan bahwa baik Sesar Cimandiri maupun Sesar Citarik sama-sama sudah beberapa kali memicu terjadinya gempa merusak di wilayah Kabupaten Sukabumi pada tahun 1879, 1900, 1912, 1969, 1973, 1982, 2000, 2011, 2012, dan 2020.
Bahkan gempa yang terjadi pada 12 Juli 2000 dengan magnitude M 5,4 dan M 5,1 menyebabkan sebanyak lebih dari 1.900 rumah rusak di Cidahu, Cibadak, Parakansalak, Gegerbitung, Sukaraja, Cikembar, Kududampit, Cicurug, Nagrak, Parungkuda, Sukabumi, Cisaat, Warungkiara, Kalapanunggal, Nyalindung, Cikadang, dan Kabandungan. Sementara itu Gempa Kalapanunggal pada 11 Maret 2020 dengan magnitudo M 5,1 lalu merusak lebih dari 760 rumah.
ADVERTISEMENT
Agar masyarakat kita yang tinggal di daerah rawan gempa bisa selamat saat terjadi gempa kuat maka perlu dilakukan upaya penguatan mitigasi struktural dengan membangun bangunan rumah yang strukturnya kuat. Jika upaya ini tidak dilakukan, maka sampai kapanpun setiap terjadi gempa kuat maka kerusakan bangunan akan terus terjadi.***DARYONO BMKG