Mengulik Sesar Sorong-Bacan, Pemicu Gempa Halmahera Selatan

Dr. Daryono, S.Si., M.Si
Kabid Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Peneliti Bidang Geofisika | VP Himpunan Ahli Geofisika Indonesia Divisi Mitigasi Bencana Kebumian
Konten dari Pengguna
15 Juli 2019 9:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dr. Daryono, S.Si., M.Si tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tektonik Maluku Utara Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Tektonik Maluku Utara Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Update informasi gempa bumi Halmahera Selatan hingga 15 Juli 2019 pagi, pukul 05.00 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan sudah terjadi 61 kali aktivitas gempa susulan (aftershock) dengan magnitudo terbesar 5,8 dan magnitudo terkecil 3,1. Sebanyak 28 guncangan gempa di antaranya ikut dirasakan masyarakat.
ADVERTISEMENT

Merusak

Sesuai dengan peta tingkat guncangan (shake map) yang dikeluarkan BMKG, dalam waktu kurang dari 30 menit setelah gempa, dapat diketahui bahwa gempa Halmahera Selatan ini berpotensi merusak. Dalam peta shake map BMKG, tampak pada zona gempa dan sekitarnya, guncangan mencapai warna kuning hingga kecokelatan yang artinya dampak gempa mencapai skala intensitas VII-VIII MMI.
Intensitas gempa sebesar ini dapat menyebabkan kerusakan dalam tingkat sedang hingga berat. Estimasi model ini ternyata benar, laporan terbaru menunjukkan bahwa gempa yang terjadi menimbulkan banyak kerusakan bangunan rumah. Tercatat sedikitnya 160 bangunan rumah mengalami kerusakan.

Seismik Aktif dan Kompleks

Secara tektonik, wilayah Halmahera Selatan termasuk kawasan seismik aktif dan kompleks. Aktif artinya kawasan Halmahera Selatan memang sering terjadi gempa yang tercermin dari peta seismisitas regional, dengan klaster aktivitas gempanya cukup padat.
ADVERTISEMENT
Disebut kompleks karena di zona ini terdapat 4 zona seismogenik sumber gempa utama, yaitu Halmahera Thrust, Sesar Sorong-Sula, Sesar Sorong-Maluku, dan Sesar Sorong-Bacan. Adapun ketiga sistem sesar: Sesar Sorong-Sula, Sesar Sorong-Maluku, dan Sesar Sorong-Bacan merupakan percabangan atau splay dari Sesar Sorong yang melintas dari timur, membelah bagian atas kepala burung di Papua Barat.
Di Pulau Batanta, ke arah barat Sesar Sorong mengalami percabangan. Pada percabangan yang paling utara yaitu Sesar Sorong-Bacan inilah, selama ini menyimpan akumulasi medan tegangan kulit bumi yang akhirnya terpatahkan sebagai gempa berkekuatan magnitudo 7,2 yang terjadi kemarin sore. Sesar Sorong-Bacan ini jadi pemicu gempa Halmahera Selatan.
Ilustrasi gempa bumi. Foto: Thinkstock/Petrovich9

Sejarah Gempa

Catatan sejarah gempa kuat dan merusak di Halmahera cukup banyak. Setidaknya di wilayah ini sudah terjadi gempa kuat sebanyak 7 kali.
ADVERTISEMENT
1. Gempa Pulau Raja 7 Oktober 1923 (M=7,4) dampak VIII MMI
2. Gempa Bacan 16 April 1963 (M=7,1) skala intensitas VIII MMI
3. Gempa Pulau Damar 21 Januari 1985 (M-6,9) dampak VIII MMI
4. Gempa Obi 8 Oktober 1994 (M=6,8) dampak VI-VII MMI
5. Gempa Obi 13 Februari 1995 (M=6,7) dampak VIII MMI
6. Gempa Labuha 20 Februari 2007 (M=6,7) dampak VII MMI.
Gempa yang terbaru adalah yang terjadi kemarin (14/7) sore, pukul 16.10.51 WIB, berkekuatan magnitudo 7,2. Episenter terletak pada koordinat 0,56 LS dan 128,06 BT pada kedalaman 10 kilometer.
Mengingat banyak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa, masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
ADVERTISEMENT
Untuk sementara, warga sebaiknya menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa. Dikhawatirkan masih terjadi gempa susulan yang kekuatannya signifikan. Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan, sebelum anda kembali ke dalam rumah.***
Jakarta, 15 Juli 2019
Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG
Dr. DARYONO