Misteri Longsor Dasar Laut Pemicu Tsunami

Dr. Daryono, S.Si., M.Si
Kabid Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Peneliti Bidang Geofisika | VP Himpunan Ahli Geofisika Indonesia Divisi Mitigasi Bencana Kebumian
Konten dari Pengguna
27 April 2020 22:42 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dr. Daryono, S.Si., M.Si tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Daryono. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Daryono. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Paper ilmiah berjudul “Indonesian Throughflow as a preconditioning mechanism for submarine landslides in the Makassar Strait” yang ditulis oleh Brackenridge dkk. yang dipublikasikan oleh Geological Society of London di jurnal Lyell Collection pada awal April 2020 lalu kini menjadi viral di Indonesia. Hal ini disebabkan karena sekelompok ilmuwan mengungkap potensi risiko tsunami akibat longsoran dasar laut dekat wilayah yang dipilih pemerintah Indonesia sebagai calon ibu kota baru.
ADVERTISEMENT
Kami tentu mengapresiasi penelitian ini, karena selain memperkaya khasanah pengetahuan kita terkait bahaya sedimentasi dan longsoran di dasar laut juga memberi petunjuk kepada kita adanya potensi bahaya tsunami akibat longsoran di dasar laut Selat Makassar. Hasil kajian ini dapat membantu kita dalam mengestimasi tingkat bahaya tsunami yang mungkin terjadi, sehingga kita dapat menyiapkan strategi mitigasinya.
Di Indonesia, ada beberapa kasus tsunami masa lalu yang hingga kini belum terungkap penyebabnya, diduga tsunami ini berasosiasi dengan longsoran dasar laut, seperti:
(1) Tsunami Teluk Ambon 28 November 1708,
(2) Tsunami Manggarai 14 April 1855,
(4) Tsunami Bacan 10 Juni 1891,
(5) Tsunami Saparua 20 Juni 1891,
(6) Tsunami Pulau Sumber Gelap 16 Maret 1917, dan
ADVERTISEMENT
(7) Tsunami Halmahera Utara 2 April 1969.
Ilustrasi tsunami. Foto: Getty Images
Dalam semua peristiwa tersebut, tsunami tidak didahului oleh aktivitas gempa tektonik.
Peristiwa Tsunami Pulau Sumber Gelap 1917 hingga kini belum diketahui sebabnya. Tsunami setinggi 1,5 meter ini teramati di Pulau Sumber Gelap dan menimbulkan kerusakan parah di Pantai Pagatan Kalimantan Selatan. Adakah kaitan peristiwa tsunami ini dengan fenomena longsoran dasar laut seperti yang dimaksud dalam kajian peneliti asing tersebut? Hingga kini masih menjadi misteri, tentu perlu ada kajian khusus yang mendalam termasuk kajian paleotsunami untuk menjawabnya.
Selain Selat Makassar, beberapa wilayah perairan Indonesia diduga memiliki kawasan rawan longsor dasar laut yang dapat membangkitkan tsunami. Sehingga kita sebenarnya membutuhkan banyak kajian potensi longsoran dasar laut, khususnya di Samudera Hindia, Selat Sunda, Laut Flores, Laut Banda, Laut Maluku, dan Laut Utara Papua.
ADVERTISEMENT
Beberapa peristiwa tsunami mematikan di Indonesia, di antaranya diduga diamplifikasi oleh dampak ikutan berupa longsoran dasar laut seperti:
(1) Tsunami Ambon 17 Februari 1674 (2.243 orang meninggal),
(2) Tsunami Seram 30 September 1899 (4.000 orang meninggal), dan
(3) Tsunami Flores 12 Desember 1992 (2.500 orang meninggal).
Baru-baru ini kita mengalami 2 kali peristiwa tsunami destruktif akibat longsoran, yaitu Tsunami Selat Sunda akibat longsoran Gunung Anak Krakatau 22 Desember 2018 dan Tsunami Teluk Palu akibat longsoran saat gempa Palu 28 September 2018. Kedua bencana tsunami akibat longsoran ini menelan korban jiwa dan kerugian harta benda sangat besar.
Selain Tsunami Selat Sunda dan Teluk Palu, kita juga pernah mengalami tsunami dahsyat akibat longsoran, seperti Tsunami Krakatau 1883 (36.000 orang meninggal) dan Tsunami Waiteba, NTT 1979 (539 meninggal dan 364 hilang).
ADVERTISEMENT
Baik tsunami akibat longsoran terkini, maupun tsunami masa lalu yang belum terungkap penyebabnya, merupakan pertanda bahwa wilayah perairan kita menyimpan potensi bahaya tsunami non tektonik yang cukup besar.
Sayangnya, kajian mengenai potensi longsoran dasar laut yang dikaitkan dengan risiko tsunami di Indonesia masih sangat jarang, kebanyakan kajian risiko tsunami akibat gempa tektonik.
Semua ini merupakan tantangan bagi para ahli kebumian kita untuk mengkajinya. Penelitian potensi longsoran bawah laut sangat penting, karena ini dapat menjadi kunci pembuka untuk menjawab misteri tsunami non tektonik masa lalu sekaligus untuk menata mitigasi tsunami akibat longsoran dasar laut di Indonesia ke depan.
*[DARYONO BMKG]