Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Potensi Gempa Kuat di Tunjaman Lempeng Laut Filipina
7 Juni 2020 12:17 WIB
Tulisan dari Dr. Daryono, S.Si., M.Si tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gempa Morotai, Maluku Utara, berkekuatan M 6,8 dengan kedalaman 111 km yang terjadi pada Kamis sore 4 Juni 2020 pukul 15.49.40 WIB lalu berdampak menimbulkan kerusakan pada ratusan bangunan di Kabupaten Pulau Morotai.
ADVERTISEMENT
Update hasil monitoring BMKG hingga Minggu pagi 7 Juni 2020 menunjukkan aktivitas gempa susulan yang terjadi hanya 5 kali. Magnitudo gempa susulan terbesar M 4,8 dan terkecil M 2,9. Gempa susulan terakhir tercatat pada hari Minggu 7 Juni 2020 pukul 10.58.23 WIB berkekuatan M 3,9.
Minimnya jumlah aktivitas gempa susulan di Morotai disebabkan karena karakteristik batuan pada Lempeng Laut Filipina sangat homogen dan elastis (ductile). Sifat elastis pada batuan ini yang menjadikan batuan tidak rapuh, sehingga gempa susulan yang terjadi di Morotai sangat sedikit.
Hasil monitoring BMKG selama bulan Mei 2020 sudah menunjukkan adanya peningkatan aktivitas seismisitas khususnya untuk aktivitas gempa menengah di kedalaman sekitar 100 km di wilayah Morotai. Sehingga wajar jika di zona aktif gempa yang terjadi sebulan sebelumnya, kini terjadi gempa kuat.
ADVERTISEMENT
Wilayah Morotai Maluku Utara merupakan salah satu kawasan seismik aktif di Indonesia. Lokasi Pulau Morotai bersebelahan dengan zona subduksi Lempeng Laut Filipina.
Di sebelah timur Pulau Halmahera melintas subduksi Lempeng Laut Filipina yang berarah utara-selatan dengan panjang mencapai sekitar 1.200 km, dari Pulau Luzon, Filipina, di Utara hingga Pulau Halmahera di selatan. Zona subduksi aktif ini memiliki laju penunjaman lempeng antara 10 hingga 46 milimeter per tahun.
Zona megathrust Lempeng laut Filipina adalah ancaman terjadinya bencana gempa dan tsunami yang potensial bagi wilayah Maluku Utara Khususnya Halmahera, Morotai, dan Kepulauan Talaud. Khusus segmen zona megathrust di Pulau Halmahera memiliki magnitudo tertarget M 8,2. Jika aktivitas gempa Kamis lalu berkekuatan M 6,8 maka masih jauh lebih kecil dari magnitudo tertargetnya.
ADVERTISEMENT
Catatan sejarah gempa menunjukkan bahwa di wilayah ini sudah sering kali terjadi gempa kuat dan merusak yang dipicu tunjaman Lempeng Laut Filipina, yaitu:
1. Gempa merusak Kepulauan Talaud 23 Oktober 1914 (M 7,4).
2. Gempa merusak Halmahera 27 Maret 1949 (M 7,0).
3. Gempa merusak Kepulauan Talaud 24 September 1957 (M 7,2).
4. Gempa merusak Halmahera Utara dan Morotai 8 September 1966 (M 7,7).
5. Gempa merusak Kepulauan Talaud 30 Januari 1969 (M 7,6).
6. Gempa merusak Maluku Utara dan Morotai Morotai pada 26 Mei 2003 (M 7,0).
Catatan sejarah 6 gempa kuat dan merusak tersebut di atas merupakan bukti bahwa zona Megathrust pada tunjaman Lempeng Laut Filipina, khususnya Segmen Halmahera-Talaud menjadi salah satu sumber gempa yang patut diwaspadai dan tidak boleh diabaikan. Tunjaman Lempeng Laut Filipina ini selamanya akan menjadi sumber gempa potensial di wilayah Halmahera, Morotai dan Kepulauan Talaud.*
ADVERTISEMENT
Jakarta, 7 Juni 2020
Dr. DARYONO
Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG