Konten dari Pengguna

Teka-teki Pembangkit Gempa Sumenep-Situbondo

Dr. Daryono, S.Si., M.Si
Kabid Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Peneliti Bidang Geofisika | VP Himpunan Ahli Geofisika Indonesia Divisi Mitigasi Bencana Kebumian
12 Oktober 2018 14:07 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dr. Daryono, S.Si., M.Si tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gempa Situbondo (Foto: Dok. BMKG)
zoom-in-whitePerbesar
Gempa Situbondo (Foto: Dok. BMKG)
ADVERTISEMENT
Beberapa saat setelah terjadinya gempa kuat M=6,0 yang mengguncang Madura, Jawa Timur, dan Bali (11/10), banyak pertanyaan yang dilontarkan masyarakat kepada BMKG terkait apa nama sesar pembangkit gempa tersebut.
ADVERTISEMENT
Penyebab gempa ini tentu menjadi teka-teki dan tanda tanya yang harus dijawab karena sesar di tengah-tengah selat Madura bagian timur yang membangkitkan gempa ini belum terpetakan dan belum ada nama yang baku.
Untuk menjawab sesar apa yang menjadi pembangkit Gempa Sumenep 11 Oktober 2018, maka langkah paling awal yang harus diperhatikkan adalah dengan memahami mekanisme sumber gempa yang terjadi.
Perlu dicek dulu dari momen tensor solution-nya, blok mana yang naik pada sesar yang dimaksud, blok utara, atau blok selatan, dan arah kemiringan sesarnya mengarah ke mana, ke selatan atau ke utara?
Hasil analisis mekanisme sumber gempa Sumenep-Situbondo kemarin menunjukkan bahwa penyesaran yang terjadi merupakan sesar naik (thrust fault) dengan kemiringan bidang sesar ke arah selatan.
ADVERTISEMENT
Jurus sesar (strike) sebesar 115 derajat dan kemiringan sesar (dip) sebesar 36 derajat. Selanjutnya, untuk menilai dugaan dan kemungkinannya maka kita harus menilai masing-masing sesar yang kita duga sebagai pembangkit gempa tersebut.
Dugaan pertama adalah Sesar RMKS (Rembang, Madura, Kangan, dan Sakala). Sesar RMKS adalah sistem sesar dengan mekanisme pergerakan mendatar mengiri (strike-slip sinistral). Sesar RMKS ini yang bertanggung jawab mengangkat Pulau Madura dalam bentuk flower structures.
Melihat mekanisme sumber gempanya, maka Sesar RMKS bukanlah pembangkit gempa kemarin, di samping jarak episenter gempanya yang sangat jauh dari zona sesar ini.
ADVERTISEMENT
Kedua, struktur Sesar Kambing terletak di selatan Pulau Kambing. Pulau Kambing ini lokasinya di sebelah selatan Kabupaten Sampang. Sesar Kambing memang merupakan sesar naik dan punya master fault sendiri, akan tetapi sesar kambing ini yang naik adalah blok yang bagian utara dan sesarnya miring ke utara.
Ini berlawanan dengan mekanisme sumber gempa Sumenep-Situbondo kemarin di mana blok selatan yang naik dan kemiringan sesarnya ke arah selatan. Lokasi struktur Sesar Kambing juga masih terletak cukup jauh di utara episenter gempa kemarin.
Ketiga, Sesar Naik Flores merupakan struktur geologi sesar yang jalurnya memanjang dari utara Flores sampai utara Selat Lombok. Namun demikian beberapa kajian menunjukkan adanya kemenerusan sesar ini hingga utara Bali. Hasil kajian Silver dkk. (1986) menyebutkan bahwa di utara Bali, Sesar Naik Flores berubah kenampakannya menjadi lipatan. Bisa jadi menerus ke barat tetapi kekuatannya makin melemah.
ADVERTISEMENT
Jika memperhatikan mekanisme sumber gempa akibat Sesar Naik Flores, tampak yang paling mirip dengan gempa Sumenep-Situboneo kemarin adalah struktur Sesar Naik Flores ini, yaitu memiliki mekanisme pergerakan naik dengan kemiringan ke arah selatan.
Sehingga atas dasar ini BMKG menyebutkan dalam rlisnya bahwa mekanisme sumber gempa yang terjadi memiliki kemiripan dengan gempa-gempa Sesar Naik Flores. Ada benang merah dengan jalur sesar naik ini.
Jika beberapa ahli masih keberatan kalau disebutkan struktur sesar naik Flores mencapai selat Madura, maka berarti pembangkit gempa Sumenep-Situbondo bukanlah Sesar Kambing, bukan Sesar RMKS, dan juga bukan Sesar Naik Flores.
ADVERTISEMENT
Mekanisme sumber gempa Sumenep-Situbondo memang mirip dengan Sesar Naik Flores, tetapi mekanismenya juga mirip dengan gempa-gempa akibat aktivitas sesar naik Kompleks Kendeng Thrust di Jawa Timur yang diduga kuat menerus ke Selat Madura.
Berdasarkan narasi singkat ini maka dapat diambil kesimpulan sementara bahwa setelah struktur Sesar Naik Flores dari timur habis di utara Bali-Selat Lombok, maka dengan adanya gempa Sumenep-Situbondo M=6,0 pada 11 Oktober 2018 menunjukkan adanya sebuah kemenerusan struktur sesar naik ke arah barat melalui Selat Madura dan tempaknya akan terhubung dengan sesar naik di Kompleks Kendeng Thrust di Jawa Timur melalui Selat Madura.
Kita masih memiliki banyak pekerjaan rumah untuk mengidentifikasi sesar aktif di seluruh wilayah indonesia, untuk menata dan membangun strategi mitigasi yang paling tepat terhadap bahaya gempa bumi dan tsunami.
ADVERTISEMENT