news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Bagaimana Primata Mengajarkan Manusia tentang Mengatasi Konflik Selama Isolasi?

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
Konten dari Pengguna
8 September 2020 15:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kawanan Kera Ekor Panjang. Foto: TheOtherKev from Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Kawanan Kera Ekor Panjang. Foto: TheOtherKev from Pixabay
ADVERTISEMENT
Pasca lockdown, negara-negara di dunia telah menjalankan aktivitas kembali dengan tatanan hidup baru. Orang-orang menantikan bar, restoran, pantai, gunung, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Menghabiskan waktu yang begitu lama dalam kedekatan dengan orang lain terkadang membuat ketegangan hubungan dan sosial meningkat. Amarah bisa berkobar dan pertengkaran tak terhindarkan. Namun, manusia dapat meningkatkan pemahaman tentang bagaimana mengatasi situasi sulit dengan melihat bagaimana primata mengelola hubungan sosial selama periode yang sama.
Bagi beberapa hewan, membentuk hubungan persahabatan yang langgeng dapat memengaruhi kesehatan, kelangsungan hidup, dan reproduksi. Meskipun tentu saja, hidup dalam kelompok dimana kebutuhan individu yang beragam pasti membawa pada situasi konflik. Meskipun begitu, strategi perilaku telah berkembang untuk meminimalisir risiko.
Beberapa penelitian menemukan hal yang terjadi pasca konflik agresif pada hewan. Rekonsiliasi, atau memulihkan hubungan, bagi primata berfungsi untuk menenangkan lawan, memulihkan kerenggangan, dan meminimalkan perdebatan.
ADVERTISEMENT
Melansir dari the Conversation, berikut ini penjelasan terkait dengan perilaku primata dalam menghadapi konflik, yang dapat menjadi tolak ukur manusia untuk menanggulangi hal serupa.
Orangutan dan Anaknya. Foto: e-smile from Pixabay

Strategi mengatasi

Pengurangan ruang hidup sementara dapat menyebabkan ketegangan sosial bagi primata. Perilaku menggaruk, sebagai indikator kecemasan, semakin meningkat. Tetapi, primata menggunakan strategi koping selama waktu tersebut untuk mencegah atau mengurangi konflik.
Salah satu pendekatan yang dimaksud adalah strategi penghindaran konflik, dimana primata mengurangi interaksi dengan lawannya, dan cenderung mencari interaksi dengan individu lain. Primata mengurangi perilaku bersahabat, meskipun ancaman ringan masih mungkin terjadi.
Selain itu, strategi pengurangan ketegangan dipraktikan oleh primata. Hal ini dibuktikan dengan meningkatknya perilaku ramah dan toleransi, sehingga konflik yang diprediksi akan terjadi berkelanjutan, justru dapat diminimalisir.
ADVERTISEMENT

Strategi penghambatan

Studi tentang perilaku kelompok simpanse kebun binatang dilakukan oleh tim ilmuwan. Cara ini dilakukan selama sebulan dengan memisahkan ruangan beberapa individu karena alasan kesehatan. Penelitian menunjukkan temuan, tingkat serangan menurun antara individu dengan riwayat konflik tinggi, selama masa pembatasan. Bahkan, beberapa individu terlihat bersahabat dan tidak bertengkar.
Hasil lain dari penelitian tersebut, betina lebih jarang membangun jaringan yang melekat satu sama lain selama pembatasan ruang. Betina justru fokus pada persahabatan yang telah lama dibangun. Di sisi lain, betina yang paling agresif mengurangi frekuensi dalam menyerang individu lain. Dengan demikian, mekanisme ini disebut dengan strategi penghambatan selektif.

Strategi sebelum konflik

Primata memiliki kemampuan menyusun strategi untuk meminimalisir pertengkaran di masa depan dengan memperkuat hubungan dengan koloni saat ini.
ADVERTISEMENT
Penelitian menemukan, satu hari sebelum konflik, simpanse yang merawat temannya lebih mungkin menerima dukungan dari mereka ketika konflik dengan individu lain terjadi. Memelihara persahabatan yang baik dapat mengurangi pertengkaran di masa depan, sekaligus memastikan untuk mendapat dukungan dari beberapa individu.
Strategi manajemen konflik tersebar luas di seluruh spesies primata dan merupakan bagian dari sejarah evolusi. Sebagai makhluk sosial dan kooperatif, para ilmuwan telah mengembangkan strategi penanggulangan untuk digunakan dalam situasi krisis, bahkan jauh sebelum konflik terjadi.
Keluarga Simpanse. Foto: suju from Pixabay