Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Buah Pinus Bunya Kuno: Lezat namun Berbahaya
8 Oktober 2020 18:39 WIB
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pohon pinus bunya banyak ditemukan di Australia. Pohon dengan nama resmi Aracauria bidwilli adalah ‘fosil hidup’, yang berarti sudah ada sejak periode dinosaurus. Melansir dari The Conversation, banyak dari sepupu bunya telah punah. Anggota keluarga yang tersisa tersebar di bekas dataran Gondwana, khususnya Amerika Selatan, Selandia Baru, Malaysia, Kaledonia Baru, dan Australia.
ADVERTISEMENT
Pinus bunya tidak tersebar seluas dulu, melainkan hanya tumbuh liar di beberapa lokasi, seperti Queensland tenggara dan utara. Selain itu, sesuai namanya, pohon ini masih bertahan hidup di Pegunungan Bunya. Pegunungan tersebut merupakan sisa-sisa gunung berapi perisai tua dengan usia 30 juta tahun, dan puncaknya menjulang 1.100 meter. Pinus ini tumbuh subur di lingkungan pegunungan sejuk dan lembab.
Aracauria bidwilli dapat diberdayakan sebagai tumbuhan peliharaan, dengan syarat membutuhkan tanah yang luas. Tak hanya itu, kondisi penunjang agar pohon ini tetap hidup adalah tanah yang subur dan dilakukan penyiraman secara teratur pada iklim kering. Meskipun lebih suka suasana teduh, bunya pada masa mudanya dapat tumbuh di bawah sinar matahari langsung.
ADVERTISEMENT
Bunya sering kali dimanfaatkan kayunya yang bernilai tinggi sebagai bahan untuk alat musik. Kayu yang dihasilkan disebut dengan “kayu ton”, di mana mampu memproduksi papan suara alat musik gesek. Namun jangan khawatir, kayu-kayu tersebut berasal dari bunya yang sudah diberdayakan manusia di perkebunan. Sebagai informasi, spesies bunya mendapat perlindungan di alam liar.
Dibalik tampilannya yang terlihat megah dengan ketinggian 20 hingga 50 meter, daun bunya memiliki untalan yang sangat kaku dan runcing. Oleh karena itu, orang diharuskan mengenakan pakaian pelindung dan menanganinya dengan hati-hati jika akan bersentuhan langsung. Tak hanya daun yang runcing, bahaya bunya tidak hanya sampai disini.
Pada musim tertentu, biasanya Desember hingga Maret, bunya menghasilkan puluhan kerucut raksasa dengan berat mencapai 10 kilogram. Buah tersebut bisa jatuh ke tanah tanpa peringatan dan melukai siapa saja yang berada di bawah pohon. Beberapa orang yang tak beruntung dilarikan ke rumah sakit akibat tertimpah kerucut yang tidak kecil.
ADVERTISEMENT
Pinus bunya merupakan pohon yang indah dan memiliki ciri khas di taman yang luas. Tetapi, karena dampaknya yang mampu menjatuhkan “bom” berat, membuat keresahan pada orang yang tinggal di dekatnya. Banyak otoritas lokal mendirikan tanda-tanda peringatan zona bahaya selama musim berbuah. Alih-alih tetap dipertahankan, sayangnya beberapa bunya tega ditebang untuk menghilangkan risiko tersebut, padahal pinus itu memiliki sejarah dengan penduduk asli Australia di masa lampau.
Hubungan budaya antara bunya dan Aborigin Australia sangat kuat. Pegunungan Bunya di Queensland tenggara pernah menjadi pertemuan besar bagi kelompok Aborigin. Orang-orang datang untuk mengunjungi pinus bunya dan menyantap kacang di dalam kerucutnya. Bahkan, mereka rela berjalan ratusan kilometer dan permusuhan antar kelompok dihentikan sementara untuk membuka akses.
ADVERTISEMENT
Saat ini beberapa pohon ditemukan dengan tanda lubang tangan dan kaki yang dibuat oleh suku Aborigin pada batang pohon yang lebih tua. Namun sayangnya, festival Aborigin terakhir diselenggarakan tahun 1900-an. Pemberhentian itu dipicu oleh para penebang kayu Eropa datang ke daerah tersebut untuk mengambil kayu.
Para penebang kayu Eropa tidak serta merta melakukan penebangan seenaknya yang menyebabkan populasi bunya menurun drastis. Mereka menyadari pentingnya kawasan Pegunungan Bunya. Tak lama kemudian, Taman Nasional Pegunungan Bunya didirikan pada tahun 1908, menjadi taman nasional kedua di Queensland.