Konten dari Pengguna

Cara Satwa Liar Menghadapi Kebakaran Hutan

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
9 September 2020 17:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seekor Hewan Sedang Menyelamatkan Diri dari Kebakaran Hutan di Australia. Foto: Screen Youtube WSLS 10
zoom-in-whitePerbesar
Seekor Hewan Sedang Menyelamatkan Diri dari Kebakaran Hutan di Australia. Foto: Screen Youtube WSLS 10
ADVERTISEMENT
Kebakaran hutan besar beberapa waktu lalu yang melanda negara bagian California, Amerika Serikat, menghasilkan kombinasi destruptif dari gelombang panas dan angin kencang. Setidaknya dua juta hektar lahan hangus, dan menghancurkan lebih dari 3.300 bangunan.
ADVERTISEMENT
Peringatan dikeluarkan di seluruh Pantai Barat Amerika Serikat, termasuk negara bagian Oregon dan Washington. Tak hanya manusia, justru hewan paling merasakan dampak tersebut, dari yang tewas, dapat terluka, hingga beberapa yang lain beruntung lolos dari maut dan berkembangbiak. Berdasarkan National Geographic, berikut ini trik yang digunakan hewan untuk menghindari dan beradaptasi pada bencana kebakaran hutan.

Kabur dan Sembunyi

Seorang ekolog ekosistem dari Ohio State University, Mazeika Sullivan, mengatakan satwa liar memiliki hubungan jangka panjang dengan api. “Api adalah bagian alami dari lanskap ini,” imbuh Sullivan.
Banyak spesies yang bergantung pada keberadaan api. Beberapa jamur, seperti jamur morel akan terangsang dari panas api yang menyala untuk melepaskan spora. Tanaman tertentu akan berbiji jika ada sumber kobaran api. Beberapa hewan, seperti rusa, justru membutuhkan area bekas terbakar untuk makan dan bersarang. Tanpa api, organisme tidak akan berkembang dengan baik, dan apapun yang bergantung padanya maka akan terpengaruh.
ADVERTISEMENT
Meskipun begitu, banyak hewan yang juga tidak tahan dengan semburan api. Hewan hutan biasanya memiliki kemampuan untuk melepaskan diri dari panas. Burung dapat terbang menjauh, mamalia dapat lari, dan amfibi serta makhluk kecil lainnya menggali ke dalam tanah, bersembunyi di batang kayu, atau berlindung di bawah batuan. Sedangkan hewan besar akan berlindung di sungai dan danau. Tetapi sayangnya, intensitas kebakaran hutan saat ini adalah sesuatu yang sulit diatasi oleh banyak spesies.

Hukum Rimba: Menjadi Pemenang atau Pecundang

Seorang petugas pemadam kebakaran hutan di Australia, Gabriel d'Eustachio, memberikan keterangan bahwa dia menyaksikan pergerakan massal hewan invertebrata kecil yang melarikan diri dari kobaran api. “Saya melihat gelombang merangkak menyeramkan yang berjalan di depan api,” katanya.
ADVERTISEMENT
Sedikit menguntungkan bagi predator yang memangsa hewan yang melarikan diri ini. Momen genting tersebut dapat dimanfaatkan oleh beruang, rakun, dan burung pemangsa lainnya, untuk berburu makhluk yang sedang berusaha melarikan diri dari lidah api. “Dalam situasi seperti ini, masih berlaku siapa pemenang dan pecundang,” Sullivan menambahkan.
Tentu saja, beberapa hewan sangat lemah untuk bergerak dan bersembunyi, dan akan mati dilahap si jago merah. Hewan muda dan kecil sangat berisiko saat menghadapi bencana. Beberapa strategi alamiah untuk melarikan diri justru tidak berhasil. Koala lebih memilih bersembunyi di pohon, yang pada akhirnya terperangkap dilahap api.
Tak hanya di atas permukaan, panas juga dapat membunuh organisme di bawah permukaan tanah, seperti jamur. Jane Smith, seorang ahli mikologi di Dinas Kehutanan AS di Corvallis, Oregon, mengukur suhu mencapai 1.292 derajat Fahrenheit di bawah batang kayu yang terbakar, dan 212 derajat Fahrenheit pada akar yang terkubur beberapa inci di bawah permukaan tanah.
ADVERTISEMENT

Agen Perubahan: Adaptasi dengan Perubahan Lingkungan Pasca Kebakaran

Hutan dan padang rumput dapat tumbuh secara alami dan berubah komposisinya seiring dengan berjalannya waktu. Hutan yang berusia satu tahun akan memiliki kumpulan tumbuhan dan hewan beragam yang hidup di dalamnya, daripada hutan yang berusia 40 tahun. Gangguan seperti kebakaran hutan dapat berfungsi sebagai tombol reset, membiarkan hutan tua terlahir kembali, kata Patricia Kennedy, ahli biologi satwa liar dari Oregon State University.
Pemulihan ekosistem hutan pasca kebakaran bergantung pada lanskap, tingkat kerusakan, dan spesies yang terlibat. Peristiwa itu memicu serangkaian perubahan pada tanaman, mikroba, dan jamur dan organisme lainnya dalam menguasai kembali lahan yang terbakar, Tak mengejutkan jika komposisi makhluk hidup yang mendiami hutan pasca terbakar juga akan berubah,
ADVERTISEMENT
Selain itu, aliran air seperti sungai bisa saja mengalami perbedaan pasca kebakaran, seperti yang disebabkan oleh faktor kekeruhan, kandungan kimia, dan struktur sungai. Ini berdampak pada kematian spesies invertebrata air yang akan memengaruhi kehidupan hewan di darat pada rantai makanan.