Cara Tumbuhan Melindungi Diri dari Ancaman

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
Konten dari Pengguna
1 Oktober 2020 15:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tanaman tidak memiliki sistem saraf terpusat, meskipun begitu, itu tidak menghalangi flora untuk melindungi diri. Beberapa spesies memiliki duri yang tajam untuk menangkal hewan herbivora. Tumbuhan lain mengandung racun untuk membuat pemangsa sakit bahkan mati. Uniknya, tanaman juga dapat memberikan peringatan bahaya yang mendekat kepada rekannya. Melansir dari Britannica, berikut ini adalah cara tumbuhan melindungi diri dari berbagai macam ancaman.
ADVERTISEMENT

Bulu runcing

Jelatang. Foto: klimkin from Pixabay
Bulu runcing atau yang disebut dengan trikoma mampu menyengat dengan rasa sakit. Jelatang dan tanaman lain menumbuhkan bulu runcing untuk melindungi diri dari ancaman. Bahkan, ada pepatah yang mengatakan bahwa ular tidak akan tahan ketika harus berhadapan dengan bulu runcing pada tumbuhan penghasil trikoma ini. Jelatang juga dapat menyuntikkan racun ke luka yang terkena trikoma. Bahkan, jelatang tropis mampu menyebabkan kerusakan saraf permanen, atau kematian.

Idioblas

Dieffenbachia. Foto: dference from Pixabay
Idioblas pada tanaman adalah jaringan yang terdiri dari sel-sel yang memiliki fungsi berbeda dengan sel di sekitarnya. Sel khusus ini mengandung berbagai senyawa pertahanan, mulai dari kristal setajam silet hingga bahan kimia yang memicu rasa sakit. Idioblas akan meledak jika pertahanan terganggu.
ADVERTISEMENT
Dieffenbachia, tanaman rumahan biasa yang dikenal dengan 'bunga bahagia', mengandung idioblas yang menembakkan kristal kalsium oksalat ke dalam mulut predator dan kemudian melepaskan enzim yang serupa seperti racun reptil. Akibatnya dapat menimbulkan kelumpuhan dan kehilangan kemampuan berbicara bagi korban.

Kepekaan

Putri Malu. Foto: Nika_akin from Pixabay
Tumbuhan sensitif, seperti putri malu, menutup daunnya saat disentuh, membuat terlihat tidak menarik lagi. Melihat tumbuhan merespons dengan cepat menunjukkan bahwa tumbuhan adalah makhluk hidup. Eramus Darwin, kakek Charles Darwin, berkata di The Botanic Garden, bahwa “tumbuhan memiliki gagasan tentang banyak sifat dunia luar, dan keberadaannya sendiri,”.

Senyawa kimia

Bunga di Tengah Kekeringan. Foto: klimkin from Pixabay
Seperti manusia, beberapa tanaman yang diserang hama, terinfeksi mikroba, atau dalam kondisi kekeringan akan menjadi stres (Baca juga: Tanaman Mampu 'Menjerit' Ketika Stres?). Lalu, tanaman tersebut dapat merespons dengan melepaskan senyawa organik yang mudah menguap. Ini akan berpengaruh pada tanaman lain di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Tumbuhan ini mungkin akan meningkatkan konsentrasi senyawa beracun untuk menangkal musuh, atau justru dapat menarik predator. Beberapa percobaan baru-baru ini menunjukkan bahwa tanaman juga berkomunikasi melalui bahan kimia yang dilepaskan oleh akarnya dan melalui jaringan simbion jamur.

Racun

Daun Ivy. Foto: Alexas_Fotos from Pixabay
Semua orang tahu bahwa beberapa tanaman beracun. Namun, racun tidak berlaku bagi semua organisme. Burung, misalnya, tidak terpengaruh oleh urushiol, minyak beracun yang dihasilkan oleh daun ivy beracun. Ulat kupu-kupu raja mengunyah bunga milkweed dan menyerap glikosida yang dihasilkan tanaman, sementara itu beracun bagi beberapa predator.
Manusia dapat mengubah segala macam racun tanaman untuk berbagai macam tujuan. Piretrin dari krisan digunakan untuk insektisida. Bahkan, risin yang berasal dari biji jarak digunakan untuk membunuh musuh-musuh dalam sebuah film berjudul Breaking Bad.
ADVERTISEMENT