Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Fakta Lobster: Definisi Hingga Manfaat untuk Kesehatan
25 November 2020 19:04 WIB
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Baru-baru ini lobster menjadi trending di jagad dunia maya setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) meringkus Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT). Edhy diamankan atas dugaan kebijakan ekspor benih lobster.
ADVERTISEMENT
Memang, lobster menjadi salah satu primadona pecinta kuliner seafood karena menawarkan protein yang tinggi sesuai dengan harganya yang fantastis. Selain itu, daging lobster dianggap ampuh untuk mencegah berbagai macam penyakit. Sementara, dalam artikel ini akan membahas fakta dari definisi hingga manfaat kesehatan yang ditawarkan oleh lobster.
Dilansir dari Britannica, lobster adalah salah satu dari banyak krustasea laut (filum Arthropoda, ordo Decapoda) yang merupakan famili Homaridae atau Nephropsidae. Lobster mengais hewan mati dan memakan organisme hidup, seperti moluska kecil, invertebrata penghuni dasar laut, serta rumput laut.
Lobster memiliki kulit keras dan tersegmentasi dengan lima pasang kaki, yang beberapa di antaranya berfungsi sebagai penjepit. Hewan ini memiliki mata majemuk pada tangkai yang bisa digerakkan, dua pasang antena panjang, dan beberapa pasang kaki untuk berenang pada bagian perut yang memanjang.
ADVERTISEMENT
Terdapat beberapa bagian tubuh yang membuat lobster bergerak leluasa. Misalnya, ekor berotot seperti sirip membantunya untuk berenang. Sementara, kelenturan ekor dan perut memungkinkan lobster bergerak mundur.
Lobster Amerika (Homarus americanus) dan lobster Norwegia adalah spesies paling berharga dan sering dipasarkan hidup-hidup. Orang memakan perut dan cakar yang sangat berotot. Selain itu, lobster sejati (Homaridae) ditemukan di semua lautan kecuali kutub dan laut dalam.
Berbeda dengan kedua jenis sebelumnya, lobster Eropa (H. gammarus) justru memiliki nilai komersial yang kecil. Makhluk berwarna kehijauan tua itu hidup di dasar berbatu di pantai Atlantik Eropa dan Laut Mediterania.
Berbicara tentang perkembangbiakkan, betina siap bertelur saat berumur sekitar lima tahun. Jantan mentransfer sperma ke betina di musim panas, tetapi telur tidak dibuahi sampai musim semi tiba. Seekor betina mampu bertelur hingga 3.000 butir atau lebih.
ADVERTISEMENT
Larva yang berukuran sekitar 1 cm berenang bebas selama 12 hari dan kemudian turun ke dasar laut sebagai habitat utama. Harapan hidup lobster tercatat 50 tahun, meskipun individu tertua ditemukan mencapai 100 tahun atau lebih. Musuh lobster di alam liar adalah hiu dogfish, ikan skate, dan ikan kod. Meskipun begitu, manusia adalah predator utama.
Siapa sangka, awal mula reputasi lobster bukan sebagai makanan yang eksklusif. Berdasarkan laporan laman Medical News Today, pada abad ke-17, ternyata lobster adalah makanan untuk orang-orang yang tidak mampu.
Pada tahun 1940-an, harga lobster kalengan juga tidak lebih mahal dari sekaleng kacang panggang. Saat ini lobster dipandang sebagai hidangan kelas atas yang disajikan pada menu restoran mewah. Apalagi, konon kelezatan lobster yang dimasak hidup-hidup lebih menggugah selera.
ADVERTISEMENT
Menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), 145 gram lobster mengandung 129 kalori; 1,25 g lemak; 0 g karbohidrat; dan 27,55 g protein. Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa tidak semua kandungan kolesterol dalam makanan berbahaya bagi tubuh. Meskipun kandungan lemaknya secara keseluruhan tinggi, lobster bukanlah sumber lemak jenuh yang membahayakan.
Lobster juga memberikan manfaat kesehatan bagi manusia yang mengkonsumsi. Organisme ini diketahui dapat menjadi antioksidan dan membantu tiroid menyerap hormon untuk menghindari penyakit tiroid. Selain itu, konsumsi lobster diyakini dapat meningkatkan selenium untuk memperbaiki suasana hati dan fungsi tiroid.
Menurut National Institute on Alcohol and Abuse and Alcoholism (NIAAA), asam lemak omega-3 yang terkandung dalam lobster juga telah terbukti menurunkan agresi, impulsif, dan depresi pada orang dewasa. Terlebih lagi, lobster memiliki salah satu kandungan zat tembaga tertinggi dari semua makanan. Sehingga, zat tembaga bersama dengan zat besi membentuk sel darah merah untuk mencegah anemia.