Hewan Juga Melakukan Pembatasan Sosial Ketika Anggotanya Sakit

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
Konten dari Pengguna
10 September 2020 12:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jarak sosial bisa menjadi sangat sulit bagi makhluk yang suka berkoloni, seperti manusia dan beberapa spesies hewan. Bahkan, ketika itu menyangkut masalah hidup atau mati.
ADVERTISEMENT
Krisis seperti penyakit atau wabah mengharuskan untuk menghindari kontak dengan yang lain. Bahkan, semut, lebah, tikus, dan kera, mengubah perilakunya yang suka berkelompok untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi.
Menurut Treehuggers, di bawah ini mencakup pengamatan lebih dekat terkait bagaimana beberapa spesies sosial melindungi diri sendiri dan komunitasnya dari penyakit berbahaya.

Semut

Kawanan Kecil Semut. Foto: Nennieinszweidrei from Pixabay
Koloni semut dianggap sebagai ‘superorganisme’, dimana gerombolan individu bekerja sama sebagai bagian dari entitas yang lebih besar. Melihat seberapa baik semut berkolaborasi untuk tujuan bersama, mungkin tidak mengherankan bahwa kawanan unggul dalam menjaga jarak sosial.
Semut hitam (Lasius niger), misalnya, dengan cepat menyesuaikan rutinitas normalnya saat anggota koloni terkena infeksi jamur. Berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science, satu hari setelah terpapar jamur metarhizium, semut yang sakit tersebut menghabiskan lebih banyak waktu di luar sarang, semakin membatasi kontak dengan anggota koloni lainnya.
ADVERTISEMENT

Lebah

Kawanan Lebah. Foto: Pexels from Pixabay
Hampir sama seperti semut, anggota kelompok lebah dapat terinfeksi berbagai bakteri, virus, jamur, dan parasit. Populasi sarang lebah madu juga dapat mendeteksi dan bertindak sangat cepat, sebelum penyakit semakin mengamuk.
Pada penyakit American foulbrood, misalnya, lebah dewasa dapat mencium zat kimia tertentu yang dikeluarkan oleh larva yang terinfeksi. Menurut penelitian dalam jurnal Science, setelah lebah mengidentifikasi dari mana asal bau ini, maka koloni tak akan segan mengeluarkan larva tersebut dari sarangnya.

Katak

Katak Pohon Bermata Merah. Foto: skeeze from Pixabay
Katak mahir dalam menghindari infeksi jamur berbahaya. Berudu dapat mendeteksi infeksi Candida humicola pada berudu lain, sehingga secara proaktif menghindari berudu yang menyimpan infeksi semacam itu.
ADVERTISEMENT

Kelelawar Vampir

Seekor Kelelawar. Foto: jochemy from Pixabay
Kelelawar vampir sama sekali bukan hewan soliter, dimana mereka membentuk kelompok dalam jumlah besar, dari ratusan hingga ribuan. Itu membuat seluruh individu mendukung satu sama lain, seperti perawatan dan timbal balik makanan untuk kelangsungan hidup.
Para peneliti dari Smithsonian Tropical Research Institute di Panama, menemukan pola perubahan perilaku saat individu kelelawar sakit. Layaknya manusia, kelelawar yang terinfeksi cenderung menarik diri dari hubungan sosial, namun tetap berinteraksi dengan keluarga dekat.

Mandril

Mandril. Foto: skeeze from Pixabay
Beberapa primata dikenal drastis dalam merespon penyakit, seperti mengasingkan anggota yang terinfeksi . Pada mandril yang sangat sosial, anggota kelompok yang sakit tidak sepenuhnya dikucilkan, tetapi hanya menerima perawatan yang lebih sedikit sampai sehat kembali.
Seiring dengan berjalannya waktu, tingkat perawatan turun, karena individu yang terinfeksi lebih banyak. Selain itu, mandril ditemukan mampu mengurangi perawatan terhadap kawannya yang sakit dengan mendeteksi bau kotoran. Ketika para peneliti merawat mandril yang sakit dan membebaskannya dari parasit, individu itu kembali diterima di anggota sosialnya.
ADVERTISEMENT