Khasiat Aroma Feromon: Untuk Memerintah hingga Berkembang Biak

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
Konten dari Pengguna
16 Desember 2020 14:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dua ekor lebah. Foto: castleguard from Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Dua ekor lebah. Foto: castleguard from Pixabay
ADVERTISEMENT
Ratu lebah madu memerintah kehidupan kerajaan yang dipimpin, mulai menyuruh para pekerja mencari makan hingga membangun sarang baru. Ternyata, hal itu dipengaruhi oleh senyawa kimia yang tak terlihat disebut dengan feromon.
ADVERTISEMENT
Molekul itu dapat memberikan informasi dan mengedarkannya ke seluruh anggota koloni. Satu senyawa dalam feromon lebah madu menekan lebah pekerja agar tidak memilih ratu lain, sehingga menjamin takhta pada satu pemimpin.
Lantas bagaimana proses mengagumkan ini terjadi? Dilansir dari National Geographic, tak hanya membuat ratu lebah memerintah, aroma feromon juga terbukti memiliki beberapa khasiat pada spesies tertentu. Kegunaan itu termasuk merangsang seksualitas, memberikan sinyal wilayah, hingga mencari tempat makan terbaik.

Feromon pada beberapa hewan

Pengetahuan tentang feromon telah berkembang dalam beberapa dekade terakhir. Aroma feromon pada ngengat betina dapat terbawa bermil-mil jauhnya hingga sampai pada ngengat jantan. Ketika jantan mendeteksi “parfum” di udara tersebut, dia akan terbang dengan cara zig-zag sembari mengikuti jejak kimiawi kembali ke betina yang mengirim.
ADVERTISEMENT
Isyarat aroma juga bekerja dengan baik di bawah air. Ikan serta krustasea dilaporkan memiliki indra penciuman yang sangat canggih untuk mendeteksinya. Misalnya, lobster Amerika kawin di sarang pribadi, di mana pejantan akan mengirimkan sinyal melalui feromon untuk mengundang betina ke sarangnya.
Sebaliknya, mamalia memiliki kimiawi tubuh yang lebih rumit dan serangkaian perilaku yang kompleks. Beberapa spesies peliharaan, seperti babi, anjing, kuda, dan tikus, merespon isyarat aroma dan feromon. Neuron sensorik yang jauh di dalam hidung berguna sebagai pemberi sinyal pada sistem limbik otak untuk bertindak.

Bau menggoda

Beberapa ilmuwan telah mempelajari feromon dan isyarat aroma pada hewan liar, seperti lemur ekor cincin Madagaskar. Jantan dari primata penghuni pohon ini menggosokkan sekresi dari pergelangan tangan dan kelenjar bahu ke ekornya. Akibatnya, aroma terbawa ke betina dalam proses yang dikenal sebagai “merayu dengan bau”.
Keluarga lemur ekor cincin Madagaskar. Foto: ottielie from Pixabay
Christine Drea dan koleganya di Duke University telah menemukan 122 senyawa berbeda dalam sekresi lemur jantan. Lebih lanjut, para peneliti di University of Tokyo baru-baru ini menambahkan daftar aroma feromon.
ADVERTISEMENT
Tim ilmuwan menemukan tiga bahan kimia tambahan yang disebut aldehida. Bahan itu menyebabkan lemur betina bertahan lebih lama di sekitar aroma jantan. Sehingga, lemur diduga akan menjadi primata pertama yang menggunakan feromon untuk berkembang biak.

Perilaku hormonal

Hormon juga bertindak sebagai isyarat aroma. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Hormones and Behavior, para ilmuwan menemukan pria menganggap aroma wanita lebih menarik saat sedang berovulasi. Hal itu disebabkan karena pria dapat mendeteksi perubahan siklus pada hormon wanita, seperti peningkatan estrogen.
Hormon testosteron yang terkenal juga menyebabkan banyak hewan jantan mengubah perilakunya. Gajah Afrika jantan mengalami lonjakan testosteron tahunan selama sebulan yang disebut musth.
Biasanya peningkatan testosteron menandakan kesediaan jantan untuk melawan jantan lain sebagai upaya mendominasi kawanan. Tetapi, aroma musth seperti madu terkadang dikirim oleh jantan muda untuk memberi sinyal kepada individu lain bahwa si pengirim bukanlah ancaman.
ADVERTISEMENT

Aroma yang menenangkan

Tak hanya untuk memerintah seperti ratu lebah atau untuk kawin bagi beberapa hewan, kegunaan lain feromon dapat menjadi modal navigasi dalam mencari makan. Saat keluar berburu santapan, beberapa spesies semut meninggalkan jejak feromon untuk membimbing kawanan satu sama lain menuju sumber makanan terbaik.
Anak kelinci Eropa yang baru lahir merespons feromon yang dilepaskan dari kelenjar di sekitar puting induknya untuk menyusui. Bagi hewan peliharaan, kucing memiliki kelenjar bau di wajahnya dan akan menyemprotkan aroma ke benda, hewan lain, dan manusia. Tetapi, aroma ini tidak berbahaya, justru memiliki efek menenangkan.
Kucing peliharaan. Foto: Pexels from Pixabay