Mitos Lemming, Mampu Meledakkan Diri dan Bunuh Diri Massal, Benarkah?

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
Konten dari Pengguna
22 September 2020 15:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Lemming Terjun dari Tebing. Foto: Screen Youtube Today I Found Out
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Lemming Terjun dari Tebing. Foto: Screen Youtube Today I Found Out
ADVERTISEMENT
Lemming merupakan salah satu hewan yang penuh dengan cerita legendaris dan telah berlangsung lama, dimana itu dimulai pada tahun 1530-an ketika seorang ahli geografi berkata bahwa lemming jatuh dari langit selama badai.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, lemming dipercaya mampu ‘meledakkan’ diri ketika marah. Belakangan ini, rumor yang paling populer adalah bahwa lemming melakukan aksi bunuh diri massal ketika bermigrasi.
Banyak yang memperdebatkan hal menyeramkan ini. Melansir dari BBC, Britannica, dan Animal Planet, berikut jawaban secara ilmiah tentang perilaku tak biasa lemming.
Lemming adalah makhluk kecil yang dikenal dengan reputasi sebagai hewan liar. Di Norwegia, lemming seringkali muncul dalam jumlah populasi yang membludak, terutama pada abad ke-17. Fenomena ini membuat para naturalis dan konservasionis berdebat. Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa lemming terlihat jatuh ke bumi seperti hujan. Faktanya, spesies ini sedang bermigrasi dalam jumlah koloni yang sangat banyak.
Beberapa orang juga akan mengira bahwa lemming akan meledak jika marah. Secara ilmiah, sebagai salah satu hewan pengerat yang memang mudah marah, lemming akan menyalurkan amarahnya pada sebuah perkelahian terhadap individu lain. Orang mungkin muncul dengan gagasan bahwa lemming meledak setelah melihat bangkai yang tertinggal setelah migrasi. Selain itu, gagasan khayalan ini mungkin memiliki penjelasan lain yang tak kalah masuk akal.
ADVERTISEMENT
Setelah ledakan populasi, predator lemming, seperti gagak akan mendapatkan santapan yang melimpah. Pemangsa ditemukan hanya membunuh namun tidak memakan korbannya. Begitu gagak memakan jasad lemming dan dibuang pada ladang pembantaian, manusia yang melihatnya akan berasumsi bahwa sekelompok lemming meledak karena amarah.
Meskipun begitu, ada satu mitos yang tetap langgeng dipercaya oleh banyak orang, mengingat perilaku tiba-tiba dan nampak sembrono. Koloni lemming yang berjumlah besar melakukan bunuh diri massal dengan melompat dari tebing tepi pantai yang tinggi. Ini terjadi setiap kali populasi mengalami pembludakan luar biasa dan tidak dapat dikendalikan setiap tiga atau empat tahun. Fenomena ini memang sulit untuk menghindarkan kepercayaan masyarakat lokal selama beberapa abad melihat lemming sebagai makhluk gila, dan diasosiasikan sebagai “cikal bakal perang dan bencana”.
ADVERTISEMENT
Namun, secara rasional, ketika jumlah lemming terlalu banyak pada suatu area, sekelompok besar akan pindah mencari rumah baru. Kawanan lemming dapat berenang, oleh karena itu para anggota mampu mencapai rintangan air dan menyeberanginya. Meskipun begitu, beberapa individu gagal dalam perjalanan migrasinya dan ditemukan tenggelam karena mencapai titik kelelahan. Tetapi, ini bukanlah aksi bunuh diri.
Lantas, mengapa mitos bunuh diri massal lemming dipercaya secara luas? Ada beberapa alasan untuk menjawab pertanyaan ini. Pertama, mitos ini sebenarnya memberikan metafora yang juga ditemukan pada perilaku manusia. Manusia seringkali mengikuti kerumunan secara membabi buta yang berujung pada malapetaka pada dirinya sendiri, pun ini disebut dengan istilah lemming.
Berdasarkan urban dictionary, lemming dapat didefinisikan sebagai anggota kerumunan yang tidak memiliki suara atau pendapat yang berasal dari dirinya sendiri. Alih-alih menyampaikan gagasan orisinalitasnya, seorang lemming cenderung akan mengulangi sesuatu apa yang telah disampaikan.
ADVERTISEMENT
Kedua, selama abad yang lalu, mitos bunuh diri massal lemming telah digunakan untuk mengungkap kecemasan dalam era modern tentang bagaimana manusia dapat tenggelam dan dihancurkan oleh massa atau sekumpulan orang, seperti gerakan politik bahkan budaya konsumerisme yang merajalela.
Jadi, kesimpulannya, mitos yang beredar tentang hewan mungil yang mampu meledakan diri sendiri maupun melakukan bunuh diri massal adalah salah. Oleh karena itu, tidak adil rasanya tetap berprasangka lemming merupakan hewan bodoh, padahal faktanya, kawanan ini secara alamiah ingin mengendalikan ledakan populasi yang terjadi dalam suatu wilayah agar spesiesnya menyebar secara merata.