Pawai Misterius Udang di Atas Tanah, Kok Bisa?

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
Konten dari Pengguna
2 Desember 2020 11:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sekelompok Macrobrachium dienbienphuense yang sedang bermigrasi untuk menghindari arus kuat musim penghujan. Foto: Youtube. dok/Watcharapong Hongjamrassilp
zoom-in-whitePerbesar
Sekelompok Macrobrachium dienbienphuense yang sedang bermigrasi untuk menghindari arus kuat musim penghujan. Foto: Youtube. dok/Watcharapong Hongjamrassilp
ADVERTISEMENT
Segerombolan udang air tawar di Provinsi Ubon Ratchathani, Thailand keluar dari sungai selama musim penghujan dan memulai pawai misterius di malam hari. Watcharapong Hongjamrassilp, seorang penjelajah National Geographic dan peneliti dari University of California Los Angeles masih mengingat dengan jelas parade yang dia lihat di tanah kelahirannya itu, meskipun sudah lebih dari 20 tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
Hongjamrassilp mengatakan meskipun udang populer di kalangan wisatawan dan melekat dalam cerita rakyat setempat, tidak ada yang pernah mempelajari mengapa hewan seukuran ibu jari meninggalkan air atau paling tidak mengidentifikasi spesies. Sehingga, dia kembali ke tanah airnya di Thailand untuk menjalankan misi ilmiah tentang udang dan bagaimana hewan itu terhubung dengan manusia.
Pada 2018 dan 2019, Hongjamrassilp mengeksplor Sungai Lamdom di timur laut Thailand dan mengidentifikasi dua tempat di mana ratusan ribu udang air tawar meninggalkan perairan selama bulan-bulan basah pada Agustus hingga Oktober. Dia dan rekan-rekannya memasang kamera selang waktu pada malam hari untuk menangkap pergerakan udang.
Temuan yang diterbitkan pada Journal of Zoology dan dirangkum pada laman National Geographic itu menunjukkan bahwa udang kemungkinan besar memutar dari arus yang sangat kuat. Semakin kuat arusnya, maka akan semakin besar kemungkinan krustasea merangkak di darat. Parade yang membentuk barisan sepanjang 19 meter itu berpetualang ke hulu dan menuju daerah perairan yang lebih tenang.
ADVERTISEMENT
Hongjamrassilp juga menguji faktor-faktor yang memengaruhi udang keluar dari air, seperti tingkat cahaya, kekuatan arus, dan suhu air dalam percobaannya. Dia menemukan suhu yang lebih dingin dan cahaya redup tampaknya menjadi petunjuk utama bagi udang untuk meninggalkan air.
Pada akhir studi, dia melakukan analisis genetik pada udang dan mengungkap spesies sebagai Macrobrachium dienbienphuense. Sebenarnya spesies pertama kali diidentifikasi pada tahun 1970-an tetapi tidak dikenal sebagai udang parading.
M. dienbienphuense menghadapi risiko jika meninggalkan air, yaitu sebagian besar hewan darat yang kelaparan, seperti katak, kadal, ular, dan laba-laba. Bahkan, laba-laba hanya menanti udang lewat di sepanjang aliran sungai. Strategi itu diibaratkan seperti menunggu makanan kesukaan pada mesin prasmanan berjalan.
Meskipun M. dienbienphuense tidak terancam punah, kegiatan pariwisata dapat berdampak negatif, kata Hongjamrassilp. Saat orang menyinari udang dengan senter, hewan melihatnya sebagai isyarat untuk berbalik haluan ke hilir, dan pada akhirnya kembali ke dalam air. Faktanya dalam beberapa dekade terakhir, habitat udang itu dikunjungi oleh 100.000 turis per tahun.
ADVERTISEMENT
Sehingga, Hongjamrassilp berharap penelitiannya tentang parade udang dapat meningkatkan konservasi krustasea air tawar lainnya yang sedang menurun. Misalnya, pembuatan bendungan dapat menghalangi pergerakan hewan lain. Selain itu, pemberian edukasi terhadap pengunjung untuk tidak sembarangan memberikan penerangan kepada udang akan membantu populasi hewan stabil.
Sekelompok Macrobrachium dienbienphuense yang sedang bermigrasi untuk menghindari arus kuat musim penghujan. Foto: Youtube. dok/Watcharapong Hongjamrassilp