news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Peneliti Memastikan Oleander Beracun dan Mematikan, Bukan untuk Obat COVID-19

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
Konten dari Pengguna
24 September 2020 17:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bunga Oleander. Foto: Hans from Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Bunga Oleander. Foto: Hans from Pixabay
ADVERTISEMENT
Angka kasus positif maupun kematian pandemi COVID-19 terus meningkat pada sebagian besar negara maupun di seluruh dunia. Oleh karena itu, para ahli terus mengidentifikasi terapi baru untuk mencegah dan memerangi virus dalam prioritas utama. Produk alami dari tumbuhan merupakan pilihan yang menarik dalam mencari obatnya.
ADVERTISEMENT
Sekitar 374.000 spesies tumbuhan ditemukan di bumi, sedangkan 28.000 diantaranya telah digunakan sebagai pengobatan bagi manusia. Tetapi, tidak semua alami pasti aman. Para ilmuwan belum seluruhnya menjelajahi sebagian besar jenis tumbuhan untuk mengetahui susunan kimia atau potensi positif maupun negatifnya.
Melansir dari the Conversation, berikut ini peneliti memastikan oleandrin merupakan tumbuhan beracun dan mematikan, sehingga bukan sebagai obat untuk menangkal COVID-19.
Cassandra Quave, seorang ahli etnobotani medis dari Emory University, mempelajari penggunaan tanaman obat tradisional untuk menemukan petunjuk menjanjikan sebagai perlawanan penyakit menular. Sangatlah penting untuk mempertimbangkan potensi manfaat dan risiko ekstrak tumbuhan dalam penelitian semacam ini. Quave meragukan dengan pernyataan yang beredar bahwa bahan kimia yang ditemukan pada oleander digadang-gadang sebagai alternatif pengobatan potensial untuk pandemi Corona.
Bunga Oleander. Foto: Capri23auto from Pixabay
Nerium oleander sebenarnya tanaman yang sangat beracun dari keluarga Apocynaceae. Meskipun terkenal karena keindahan dan penggunaannya dalam lanskap, semak Mediterania ini bertanggung jawab atas kasus keracunan yang tidak disengaja di seluruh dunia. Faktanya, semua bagian tanaman ini beracun. Jika dimakan, akan menyebabkan aritmia jantung, atau detak jantung tidak teratur, dan bisa mematikan bagi manusia dan hewan.
ADVERTISEMENT
Tanaman oleandrin mengandung senyawa kimia yang mematikan. Sebenarnya, ini tidak asing bagi para ilmuwan sebagai glikosida jantung, dimana ini merupakan kelas senyawa organik dengan ciri umum. Senyawa ini dapat menyebabkan efek yang kuat pada jaringan jantung, hingga berujung pada kematian.
Sebuah artikel online terpercaya melaporkan oleandrin mengurangi produksi virus yang diduga COVID-19 dalam tabung reaksi. Namun, aksi tersebut tidak memperhitungkan lebih detail tingkat racun pada jantung saat dikonsumsi oleh hewan atau manusia.
Lebih dari itu, gagasan membahayakan tersebar pada masyarakat yang dapat salah memahami bahwa oleander dapat dicoba sendiri tanpa pengawasan dari para ahli. Quave juga mengkhawatirkan, dengan populernya opini tersebut dapat membawa industri makanan dalam mengembangkan suplemen yang mengandung tumbuhan ini.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya ada banyak contoh lain tentang ekstrak tumbuhan alami yang membahayakan, dimana oleander adalah salah satunya. Tak hanya itu, bukti yang menunjukkan bahwa oleander aman untuk dikonsumsi, tidak ditemukan.
Otoritas berwenang seharusnya memperhatikan fenomena ini dan segera menetapkan bahwa oleander berbahaya, sebelum masyarakat luas semakin salah pemahaman. Fakta ini juga didukung oleh Dr. Stephen Hahn, yang memastikan masyarakat harus terlindung dari racun ini, alih-alih menggunakannya sebagai penyelamat dari pandemi yang sedang berlangsung.
Bunga Oleander. Foto: WFranz from Pixabay