Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Viral Video Goreng Tokek untuk Makan Malam, Berikut Penjelasan Ilmiahnya
9 September 2020 15:49 WIB
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jagad dunia maya dihebohkan dengan video seorang pengguna TikTok @krisnaweni yang menunjukkan seekor tokek digoreng untuk santapan makan malam. Hal tak biasa itu sontak saja membuat reaksi netizen dengan berbagai komentarnya.
ADVERTISEMENT
Seorang pengguna @_minimonimo_ berkomentar “gue rela makan nasi sama garam”. Pengguna lainnya @its.tworld memberikan reaksi senada, “Kalo disuruh milih nahan laper sampe pagi atau suruh makan tokek, gua lebih milih nahan laper sampe pagi,”.
Hingga tulisan ini dibuat, video berdurasi delapan detik itu ditonton sebanyak 6,6 juta kali, mendapatkan 217,2 ribu suka, dan 21,7 ribu komentar. Lalu, apa sajakah fakta tentang tokek yang dikonsumsi oleh manusia? Apakah hewan ini memberikan manfaat atau malah berbahaya?
Apakah Tokek Beracun Jika Dikonsumsi?
Melansir dari Reptile Follower, tokek dinding ternyata tidak beracun, sehingga manusia dan karnivora lainnya dapat mengkonsumsi tanpa mengkhawatirkan racun. Namun, tunggu dulu! Kulit dan mulut tokek diketahui membawa bakteri berbahaya, seperti salmonella yang menyebabkan keracunan jika dimakan. Jari-jari kaki untuk merangkak juga merupakan tempat persembunyian bagi bakteri dan patogen. Oleh karena itu, beberapa organ tokek yang aman harus dipisahkan atau dilakukan pembersihan secara menyeluruh terlebih dahulu, seperti kulit, mulut, dan jari-jari kaki.
ADVERTISEMENT
Bagian Tokek yang Tak Beracun
Seperti yang telah disebutkan, bahwa ada beberapa bagian tubuh tokek yang dapat dikonsumsi. Reptiles Vila menguraikan bahwa pembedahan harus dilakukan untuk mengambil bagian dalam. Daging tubuh, yang disebut dengan somatik, merupakan bagian yang paling lembut dan empuk, serta tidak beracun. Meskipun begitu, calon pemakan harus cermat saat mengiris.
Organ dalam seperti paru-paru, jantung, ginjal dan usus, juga dinilai aman untuk dikonsumsi. Jantung dan ginjal berukuran sangat kecil, sehingga mungkin tidak cukup besar untuk dimakan. Usus perlu dibersihkan secara menyeluruh sebelum direbus untuk menghilangkan bakteri. Ketika mengolah jantung, agar berhati-hati untuk tidak merobek kantung empedu, karena di dalamnya terdapat cairan empedu yang dapat meracuni daging.
Beberapa konsumer memanfaatkan tulang untuk direbus menjadi sup tulang sumsum yang dibumbui oleh beberapa rempah. Kulit tulang tungkai harus diangkat sekaligus membersihkan kulit selaput jari kaku secara menyeluruh, dimana terdapat banyak bakteri yang menyebabkan keracunan. Selain itu, disarankan untuk membuang seluruh bagian mulut atau memanaskannya dengan suhu tinggi diatas 110 derajat celcius.
ADVERTISEMENT
Jika sedikit ragu, maka konsumer bisa melibatkan dokter hewan untuk mengecek status kesehatan tokek sebelum dikonsumsi.
Tokek dalam Pengobatan Tradisional
Sebuah publikasi oleh Villanova University pada tahun 2009 menemukan, sedikitnya 14 spesies tokek dimanfaatkan sebagai bahan obatan-obatan tradisional di seluruh negeri Tiongkok. Pengobatan tradisional di negeri tirai bambu menggunakan dua jenis tokek, yaitu tokek besar dan tokek kecil.
Tokek dapat mengobati berbagai macam penyakit, seperti asma, tuberkulosis, diabetes, dan kanker. Penelitian terkini di Tiongkok berfokus pada identifikasi dan bahan aktif dalam tokek serta verifikasi kemanjurannya. Ini untuk mengurangi penjualan obat tokek palsu dan kesalahan identifikasi.
Seorang Pria Diduga Tewas Setelah Makan Tokek
Pada tahun 2019, Fox News melaporkan, seorang pria di Australia tutup usia setelah memakan tokek sebagai bentuk tantangan oleh teman-temannya pada pesta menjelang Natal. Dua hari setelahnya, pria berusia 34 tahun tersebut dilarikan ke rumah sakit dengan gejala yang berkembang pesat, seperti muntah, perut membengkak, dan ada cairan di paru-paru. Bahkan dokter yang menanganinya berkata “Itu seperti organ dalam yang telah membusuk,”.
ADVERTISEMENT
Pria malang itu akhirnya menghembuskan nafas terakhir dua minggu setelah menerima tantangan. Identifikasi terakhir menunjukkan terdapat salmonella, bakteri beracun pada mulut tokek, yang ditemukan di dalam tubuh ayah tiga anak tersebut.
Merespons kejadian nahas, The Centers of Disease Control and Prevention (CDC) menganjurkan untuk tidak memelihara reptil, terutama di sekitar anak-anak di bawah lima tahun dan orang lanjut usia, atau mereka yang memiliki kekebalan imun yang lemah. Selain itu, lembaga tersebut menyarankan untuk menjauhkan reptil dari peralatan dapur atau tempat manapun dimana makanan disiapkan, disajikan, dan dikonsumsi. Pada akhirnya CDC mengingatkan, “Jangan berciuman atau berpelukan dengan reptil dan amfibi karena hal ini dapat meningkatkan risiko Anda jatuh sakit,”