Konten dari Pengguna

Menjaga Warisan Budaya: Tradisi Tulak Bala di Nagari Muaro Paneh

David Bekam
Mahasiswa Jurusan Agroteknologi Semester 7 Universitas Andalas
10 Agustus 2024 14:33 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari David Bekam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menjaga Warisan Budaya: Tradisi Tulak Bala di Nagari Muaro Paneh
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Nagari Muaro Paneh adalah nama sebuah nagari yang terletak di Kecamatan Bukit Sundi, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Nagari Muaro Paneh adalah salah satu daerah yang masih memegang erat tradisi budaya warisan leluhur. Salah satu tradisi yang masih dilestarikan hingga kini adalah "tulak bala", (tolak bala) yang merupakan sebuah upacara adat yang dilakukan masyarakat untuk menolak segala kejadan-kejadian bencana dan musibah yang tidak diinginkan masyarakat desa di Nagari Muaro Paneh.
ADVERTISEMENT
Tradisi tulak bala di Nagari Muaro Paneh telah dilakukan turun-temurun oleh masyarakat setempat. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada bulan Muharam, tepatnya pada tanggal 10 Muharram atau hari Asyura. Masyarakat percaya bahwa hari tersebut memiliki makna spiritual yang kuat untuk melakukan ritual penolakan bencana.
Upacara tulak bala yang dilakukan oleh masyarakat di Nagari Muaro Paneh akan melibatkan berbagai lapisan masyarakat,seperti pemuka agama, ninik mamak atau tokoh adat serta masyarakat biasa. Tulak bala merupakan salah satu upaya trakhir masyarakat apabila upaya yang dilakukan sebelumnya tidak memberikan hasil sesuai yang diinginkan
Persiapan upacara tolak bala dimulai beberapa hari sebelumnya. Masyarakat bergotong-royong membersihkan area yang akan digunakan untuk ritual, menyiapkan sesajian, dan melakukan doa bersama. Sesajian yang disiapkan biasanya dalam berbagai jenis bentuk makanan berupa nasi kunyit, telur ayam, buah-buahan, dan kue tradisional.
ADVERTISEMENT
Pada hari pelaksanaan, warga berkumpul di tempat yang telah ditentukan, biasanya di pusat nagari atau di dekat sungai. Upacara dipimpin oleh ninik mamak (tetua adat) atau alim ulama setempat. Mereka memimpin pembacaan doa-doa dan mantra-mantra khusus untuk menolak segala bentuk bencana dan keburukan yang mungkin menimpa masyarakat.
Setelah upacara utama selesai, dilanjutkan dengan prosesi arak-arakan membawa sesajian dan berzikhir sambil mengelilingi area yang dijadikan tempat acara tulak bala.Acara diakhiri dengan makan bersama dan saling berbagi makanan.
Tradisi tolak bala di Nagari Muaro Paneh tidak hanya dianggap sebagai ritual adat, tetapi juga memiliki nilai-nilai luhur yang tetap dijaga oleh masyarakat. Upacara ini menjadi sarana untuk mempererat kebersamaan, menumbuhkan rasa syukur, serta menjaga keselarasan antara manusia dengan alam dan Sang Pencipta.
ADVERTISEMENT
Meskipun zaman terus berubah, masyarakat Nagari Muaro Paneh tetap berkomitmen untuk melestarikan tradisi tolak bala ini. Masyarakat menyadari bahwa warisan budaya ini tidak hanya menjadi identitas lokal, tetapi juga memiliki makna spiritual yang penting bagi kehidupan mereka. Dengan terus mempertahankan tradisi ini, Nagari Muaro Paneh berharap dapat menjaga keharmonisan dan kesejahteraan bagi seluruh warganya.