Agama dan Kalpataru

David Efendi
Pegiat Kader Hijau Muhammadiyah, Pendiri Rumah Baca Komunitas dan staf pengajar di UMY
Konten dari Pengguna
23 Februari 2024 13:37 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari David Efendi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pohon Kalpataru. Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Pohon Kalpataru. Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Agama dan lingkungan merupakan dua hal yang sering dilupakan jika di dalamnya ada nilai-nilai yang saling melengkapi. Di dalam islam, ayat tekstual dilengkapi ayat kontekstual. Ada ayat kauliyah dan kauniyah untuk menghubungkan nilai spiritual dengan yang kebumian.
ADVERTISEMENT
Karenanya, agama dan kalpataru adalah simbiosis yang fitrahnya adalah satu kesatuan. Kaum beragama atau beriman seharusnya juga memiliki keberpihakan dan kencitaan pada semesta kehidupan (biophilia).
Dikutip dari laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (19/11), Penghargaan Kalpataru merupakan penghargaan tertinggi di bidang lingkungan hidup dan kehutanan di Indonesia. Penghargaan ini telah dijalankan selama 41 tahun.
Ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, inovasi, kreativitas, dan prakarsa masyarakat, serta sebagai bentuk apresiasi dan motivasi kepada individu maupun kelompok yang telah berpartisipasi aktif dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan.
Penghargaan Kalpataru diberikan pertama kali pada 1980 oleh Presiden Kedua RI Soeharto di Istana Negara. Saat itu, penghargaan ini diberi nama "Hadiah Lingkungan" dan baru setahun kemudian namanya berganti menjadi Kalpataru.
ADVERTISEMENT
Pada 1981, sebanyak enam individu dari lima provinsi menerima Kalpataru kategori Perintis Lingkungan dan kategori Penyelamat Lingkungan diberikan kepada Pondok Pesantren Nuqoyah di Kabupaten, Sumenep, Madura, Jawa Timur. Namun belum ada yang menerima Kalpataru untuk kategori Pengabdi Lingkungan.
Selama 40 tahun hingga 2021 penghargaan ini diberikan pemerintah, sudah ada 388 pihak yang pernah menerimanya. Mereka terdiri dari 114 penerima untuk kategori Perintis Lingkungan, 116 penerima kategori Pengabdi Lingkungan, 99 nama untuk kategori Penyelamat Lingkungan, 59 nama untuk Kalpataru kategori Pembina Lingkungan. Dari sekian banyak, saya belum menemukan sosok yang berasal dari lembaga Muhammadiyah atau tokohnya. Pondok Pabelan Magelang yang menerima Kalpataru dua kali sebenarnya juga dikelola orang Muhammadiyah.
Pimpinan Pondok Pesantren Darul Hijrah Martapura Kalimantan Selatan KH Zakasyi Hasbi, BA, Lc. menjadi salah satu penerima penghargaan Kalpataru 2021 untuk kategori Pembina Lingkungan disusul penerimaan Penghargaan Kalpataru 2022 kategori pembina adalah Pendeta Rasely Sinampe 49 tahun, tokoh agama yang berasal dari Toraja tepatnya di Wilayah Rantepao, Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Sebelumnya di tahun 2016 ada TGH. Hasanain Juaini LC, MH (Lombok Barat, NTB) mendapatkan penghargaan mulia ini.
ADVERTISEMENT
Kiprah KH Zarkasyi Hasbi dan PP Darul Hijrah patut menjadi teladan bersama dalam konteks pelestarian lingkungan. Dikutip dari media Forest Digest, pengembangan eco-pesantren di Pondok Pesantren Darul Hijrah dirintis sejak awal pendirian pesantren ini pada tahun 1986. Dalam rentang sekian lama, saat ini berbagai kegiatan yang dijalankan Pondok Pesantren Darul Hijrah adalah pemanfaatan lahan pesantren untuk budidaya perikanan, pengelolaan dan pendirian bank sampah, pembibitan tanaman, peternakan, dan pertanian hidroponik.
TGH. Hasanain Juaini LC, MH adalah seorang guru agama sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Haramain Putra Putri. Tinggal di Desa Narmada, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kiprahnya di bidang lingkungan hidup diakui dengan diterimanya berbagai penghargaan seperti penghargaan dari Presiden RI atas Penyuksesan “Penaman Satu Milyar Pohon Tahun 2011”, penghargaan “Gerakan Penanaman Pohon Satu Milyar Pohon Tahun 2012”, Tokoh Perubahan Republika Tahun 2015, dan penerima National Trophy for 1 Billion Tres Planting tahun 2014.
ADVERTISEMENT

Pendidikan Islam untuk Lingkungan

Terdapat kontrak jangka panjang batu bara dan nikel dan dominasi korporasi besar yang menyandera politik pengelolaan energi. Lokasinya sebagian besar adalah di ruang hidup komunitas agama dan adat. Ini tantangan yang besar dan berisiko. Nalar ayat semesta tidak mengizinkan pengrusakan yang luar biasa dan berkelanjutan.
Akhlak dan etika agama dalam relasi manusia dan alam digadaikan jika tidak berbuat banyak. Etika lingkungan yang berbasis kesadaran ilahiah sangat penting untuk terus disuarakan selama iman, sebagai konten pendidikan lingkungan berwawasan Islam.
Meski dampaknya tidak terlihat dalam jangka dekat, etika lingkungan membangun kesadaran fundamental untuk bertahan menghadapi gempuran kepentingan eksploitatif terhadap alam (Saiful Maarif, 2021).
Hal ini menunjukkan, tantangan etika lingkungan yang tidak ringan. Etika lingkungan menempatkan upaya pelestarian dan pembinaan lingkungan menjadi perhatian utama. Dalam konteks demikian, kiprah PP Darul Hijrah menunjukkan upaya yang relevan. Penghargaan Kalpataru 2021 dan kiprah eco-pesantren yang dijalankan, mestinya mampu menjadi pendorong kesadaran bersama untuk mengenai pentingnya pelestarian alam dan lingkungan. Capaian Kalpataru mendorong komunitas agama untuk serius berperan serta mempertahankan lingkungan hidup tetap adil dan lestari.
ADVERTISEMENT
Peran inspirasi dari penghargaan ini adalah membangun kesadaran baru mengenai etika lingkungan. Ada banyak ruang untuk capaian Kalpataru dari kerja kerja membangun pesantren, program Sekolah Adiwiyata, Sekolah Hijau, Pesantren Hijau, energi masjid dan berbagai prakarsa ekologis sejenisnya.
Kelompok iman perlu memperkuatnya menjadi program dan habitus ekologis bagi komunitas beragama di berbagai ruang hidup sebagai wahana dakwah dan pemberdayaan. Program-program tersebut perlu dikembangkan menjadi karakter warga beragama di Indonesia di mana pun bumi dipijak langit dijunjung.
Tantangan krisis sosio-ekologis semakin nyata dan semakin parah terlebih sudah memasuki apa yang disebut sebagai pendidihan global (global boiling). Sesuai kesepakatan global, pada 2050, perkembangan besar akan terjadi saat bahan bakar listrik berbahan fossil menjadi dominan. Kondisi ini membutuhkan tata pemahaman dan etika lingkungan yang lebih radikal.
ADVERTISEMENT
Pendidikan Islam memiliki kesempatan yang besar dalam ikut mengakselerasi kesadaran masyarakat mengenai perubahan iklim dan problem dampak krisis lingkungan hidup. Pendidikan agama memiliki kesempatan strategis untuk memerankan diri dalam kebijakan lingkungan hidup karena bangsa Indonesia adalah bangsa mayoritas pemeluk agama yang mana nilai-nilai ekologis ajaran agama masih belum didayagunakan secara maksimal. B
anyak risalah dan ajaran berhenti sebagai bahan khotbah. Itu saja belum maksimal. Indikator sederhana, minimnya materi khotbah keagamaan bertemakan krisis iklim dan planet bumi. Praktik adalah teladan terbaik dari sejuta khotbah bukan? Kalpataru adalah hadiah karena praktik, bukan karena "gosip" dibalut materi keagamaan.
Pendidikan agama dapat memulainya dengan memasukkan permasalahan lingkungan dan krisis perubahan iklim lebih intensif ke dalam kurikulum pendidikan, AIK, dan olah pikir kritis berdasarkan realitas. Salah satu rekomendasi adalah pendayagunaan pembelajaran melalui film dokumenter mengenai fenomena alam dan krisis ekologis akibat salah tata kelola dan kebijakan.
ADVERTISEMENT
Salah satu channel rekomendasi saya adalah indonesia biru dan Indonesia Baru. Hali ini semoga bisa menginspirasi kerja pahlawan lingkungan di akar rumput untuk memandang perannya sebagai nilai yang sangat mulia di sisi alam semesta dan ilahiyah.