Keadilan Tambang dan Warisan Pemikiran Keadilan Ekologi Amien Rais

David Efendi
Pegiat Kader Hijau Muhammadiyah, Pendiri Rumah Baca Komunitas dan staf pengajar di UMY
Konten dari Pengguna
23 November 2022 8:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari David Efendi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Warisan pemikiran Muhammad Amien Rais paling munumental adalah Tauhid sosial yang menjadi hasanah penting dan utama dan praktik amal kebajikan Muhammadiyah. Selain Amien Rais ada banyak tokoh Muhammadiyah yang memberikan kata sifat pada gerakan organisasi modern ini seperti Muslim Abdurahman, Syafii Maarif, Haedar Nashir, Dien Syamsuddin, dan seterusnya. M. Amien Rais, Mantan ketua MPR RI ini, bersaksi bahwa jiwa dan rasa kebangsaannya menggelegak melihat ketimpangan ekonomi politik di Papua yang kaya raya itu. Dalam konsep tertentu, kisah Papua adalah bentuk nyata kutukan sumber daya alam. Teman saya aktivis Walhi menyebutnya, kutukan kapitalisme. Saya menggunakan dua istilah kutukan tersebut saling menggantikan.
ADVERTISEMENT
Gagasan tauhid sosialnya yang memberontak atas hinaan terhadap rasa keadilan yang dinormalisasi sejak orde baru sampai hari ini. Dalam banyak gerakan Muhammadiyah ada di shaf terdepan mendukung gerakan yang Amin Rais menjadi lokomotif: reformasi, dan gugatan keadilan freeport. Gugatan Amien Rais ini adalah pertautan antara kesadaran akan pentingnya menegakkan keadilan dan HAM dan pentingnya mengutamakan kelestarian lingkungan hidup dan peradaban manusia. Hasanah ini penting membaca Amien Rais dalam konteks pemikiran keadilan lingkungan.
Foto: Aksi lingkungan aktifis Muhammadiyah di Jakarta/3 Nov 2022 (dok.pribadi)
Awalnya, ketika Amin Rais menjadi salah satu pimpinan Muhammadiyah pusat pada 1997 ia menyaksikan praktik pertambangan PT Freeport Indonesia sebagai kemunkaran yang mustinya dihentikan segera. Amien Rais mengumpulkan kesaksiannya dengan sangat marah dalam bukunya selamatkan Indonesia(2008) . Buku itu beredar versi elektroniknya sekarang.
ADVERTISEMENT
Sejauh mata memandang tampak ia rasakan fakta kerusakan ekologi yang demikian parah. Sangat mengenaskan. Saban hari ada puluhan truk raksasa membawa bongkahan batu, tanah, pasir dan reruntuhan gunung Jaya Wijaya yang dihancurkan lewat dinamit, diangkut ke milling machine, ke mesin penggerusan. Setiap hari ribuan ton bongkahan dari gunung-gunung itu diambil konsentrat emas, perak dan tembaganya sedangkan ampasnya, tailingnya atau limbahnya, dilemparkan ke lembah sekitar dan terutama ke sungai Ajkwa, sehingga menghancurkan tanah sekitar 250 km2 di sekitar daerah pertambangan. Kerusakan ekologis ini bukannya tanpa dampak politik dan sosiologis. Semua akibat itu disembunyikan dengan praktik KKN yang pol-pollan. Petaka yang didistribusikan dan bukannya berkah kebaikan. Inilah yang menjadikan Amin Rais menujukkan kebejatan kapitalisme Amerika.
ADVERTISEMENT
Itulah kesaksian Pak Amien yang terus digemuruhkan agar menjadi perhatian para pengambil kebijakan sejak dulu sampai sekarang ini. Pak Amien tidak pernah membiarkan kehancuran ini terus menerus terjadi dengan segala upayanya. Walau banyak kontroversi akhir-akhir ini, namun suara jernih akan keadilan ini tidak dapat dipungkiri.
ADVERTISEMENT
Ketimpangan demi ketimpangan pun menganga yang mengiris nurani Amien Rais sebagai anak bangsa. Papua terus menjauh dari sejahtera dan bangsa lain bisa kaya raya. Tentu saja kedzaliman ini dibaca oleh Amien Rais sebagai ketakberdayaan bangsa sendiri. Fenomena ini juga disebutkan oleh ilmuwan politik sebagai situasi failing state (negara sedang menuju kegagalan). Ia menuliskan begini dalam sebuah pengantar:
Pada 1997 itu, ketika Amien Rais membaca kondisi bobrok bahwa Freeport hanya menjadi pembayar pajak di nomor urut belasan, Ia langsung menulis di koran bahwa pasti telah terjadi penggelapan pajak oleh perusahaan Amerika yang arogan dan bereputasi buruk itu. Mungkin karena sentilan itu, pada tahun berikutnya Freeport menjadi pembayar pajak nomor satu. Entah sekarang. Sesungguhnya Freeport telah melakukan berbagai kejahatan di daratan dan di lautan sebagaimana fenomena yang digambarkan dalam al-quran tentang penyebab kerusakan dari tangan manusia (tangan pasar/korporasi/korporatokrasi).
ADVERTISEMENT
Menurut Amien Rais dua jenis kejahatan korporatokrasi ini antara lain kejahatan itu adalah; pertama yaitu pembunuhan terhadap lingkungan (ecocide) secara sistematik, terus menerus,dan by design (sengaja). Menurut harian The New York Times tertanggal 27 Desember 2005, volume buangan limbah Freeport sudah dua kali lebih besar dibandingkan luasan terusan Panama. Atau menurut buku Selamatkan Indonesia ini limbah Freeport mampu menutupi kota Jakarta, Depok dan Bekasi setinggi 5 meter dengan isi lumpur beracun. Sekali lagi, lumpur beracun.
Kedua, kejahatan pelanggaran pembayaran pajak. Pak Amin haqqul yakin bila ada audit pajak independen terhadap PT Freeport Indonesia niscaya akan ketahuan betapa perusahaan yang arogan ini telah mengemplang pajak sangat besar dan menyuburkan KKN. Ketika Pak Amien di lokasi beberapa insinyur Indonesia mengatakan bahwa alat-alat berat sampai alat-alat elektronik rumah tangga di Tembagapura masuk begitu saja lewat jalur khusus tanpa membayar pajak. Belum lagi intransparansi dalam “pembukuan” cash in & cash out Freeport yang nampaknya tidak mungkin dapat diketahui oleh pihak anak bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah diskusi dengan tokoh-tokoh senior pertambangan, antara lain Prof. Subroto dan Prof. Sadli, Amien Rais diberi tahu bahwa dalam kontrak karya I Indonesia-Freeport, ada sejumlah paragraf rahasia yang tidak boleh diketahui oleh pihak luar, bahkan oleh DPR-RI (wakil pemerintah Indonesia). Bukankah ini sebuah penghinaan terhadap kedaulatan bangsa? Bagaimana mungkin rakyat Indonesia tidak boleh mengetahui urusan yang menyangkut nasib anak bangsanya? kejanggalan yang luar biasa tak bisa dinalar.
Ketiga, telah terjadi kejahatan kemanusiaan yang berupa pelenyapan hak hidup, hak ekonomi, sosial dan budaya sebagian warga masyarakat yang telah dilakukan oleh Freeport. Ironisnya, sebagian oknum militer dan polisi telah berperan sebagai pelindung berbagai kejahatan kemanusiaan tersebut seperti dipaparkan dalam buku ini. Sudah sangat tinggi saatnya Indonesia mengakhiri penjajahan dan penghinaan yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia itu. Pemerintah Joko Widodo memang berupaya menegakkan keadilan ini, tapi nampaknya hasilnya belum nampak signifikan dan konflik akibat ketiadaan perasaan adil terus menjalar dan makin parah.
ADVERTISEMENT
Dana pensiun pemerintah Norwegia mencabut investasinya di Freeport Mc Moran Copper and Goldlnc. senilai US$ 240 juta atau sekitar Rp 2,16 triliun. Alasannya, Freeport telah menghancurkan ekologi Papua. Nah, Pemerintah Norwegia yang belasan ribu km jauhnya dari Indonesia, merasa berdosa kalau ikut menghancurkan lingkungan Papua, sementara kita begitu tenang dan merasa tidak bersalah sama sekali. Amien Rais mempertanyakan: What kind of nation are we? What kind of government do we have? pertanyaan retorik yang membutuhkan komitmen lebih kuat pemerintah Indonesia untuk mengakhiri kemelaratan sosioekologis ini.
Bangsa dan pemerintah macam apa kita ini? Dalam berbagai kesempatan Pak Amien katakan bahwa pertambangan PT Freeport Indonesia adalah sebuah pertambangan babon alias raksasa. Dan jangan lupa, izin pertambangannya baru berakhir pada 2041. Tahun itu mungkin para pemimpin yang berdosa membuat kontrak seperti, Presiden SBY dan Wapres J Kalla, Jokow Widodo dan pasangannya termasuk yang menggugat ini kira- kira sudah berada di alam baka. Pak Amien yakin pada saat Freeport meninggalkan Papua, selain reserve tembaga, emas dan perak di sana sudah ludes, lingkungan alamnya juga sudah hancur lebur dan kondisinya menyeramkan bagi keberlangsungan kehidupan.
ADVERTISEMENT
Setelah membaca buku berjudul Freeport: Bagaimana Pertambangan Emas dan Tembaga Raksasa “Menjajah” Indonesia (2006) yang diterbitkan oleh JATAM (jaringan Advokasi Tambang) dan WALHI mengenai kehancuran lingkungan di Indonesia, sudah tidak perlu lagi kita menanyakan bukti kejahatan multi-dimensional yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia. "Maaf, hanya manusia idiot saja yang masih menanyakan bukti pelanggaran atau kejahatan Freeport." Seloroh Amien Rais di akhir sebuah kata pengantar buku yang dipublikasi oleh Jatam.
Apa yang dinarasikan ini merupakan ekstraksi dari tauhid sosial yang berdaya ubah dengan teologi amar maruf nahi munkar yang diyakini sebagai energi perubahan di kalangan warga Muhammadiyah khususnya dan ummat islam pada umumnya.