Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mengukur Indeks Kampus Hijau
25 Desember 2023 11:29 WIB
Tulisan dari David Efendi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejak dua tahun lalu meriset kecil-kecilan akan fenomena kampus hijau di Indonesia sebagai fenomena meluasnya ideoilogi sustainable development ke dalam lembaga pendidikan di universitas di dunia. pengukuran green campus yang dikreasi UI greenmaterik memperluas praktik ini. Saya bersama beberapa kolega peneliti mencoba membuat perbandinga di Indonesia dan Malaysia yaitu kampus swasta dan negeri di kedua negara. Apakah keterpaparan gagasan sustainable university memiliki modus operandi yang sama?
ADVERTISEMENT
Apa yang saya pahami sederhana dengan indikator "hijau" antara lain; Sumber energi listrik (apakah basisnya BBM energi neraka apa energi surga; fossil fuel atau EBT); jika pakai PLN berapa besar/boros/hemat/efisien di dalam penggunanya; Garbage management; Community service (kantin dll apakah pro lingkungan); Kurikulum dan kebijakan kampus yang diajarkan; dan green Public space (ruang terbuka hijau). Sebetulnya ke depan mestinya ada islamic green campus indeks yang saya promosikan khususnya untuk PTMA di lingkungan milik Muhammadiyah. Ada lebih dari 172 PT di Muhammadiyah sehingga prospek perubahan cukup menonjol.
Sejarah Green Campus
Meskipun bentuk politik lingkungan dapat ditelusuri kembali ke industrialisasi abad kesembilan belas, ekologi atau politik hijau selalu, dalam arti, reaksi terhadap masyarakat industri, lingkungan tidak menjadi isu nasional atau internasional yang signifikan sampai 1960-an dan 1970-an. Ini terjadi melalui munculnya gerakan lingkungan yang berusaha menyoroti biaya lingkungan dari peningkatan pertumbuhan dan peningkatan kemakmuran, setidaknya di negara maju Barat, menarik perhatian juga pada kesenjangan yang semakin besar antara manusia dan alam. Dipengaruhi secara khusus oleh gagasan ekologi, karya perintis politik hijau awal termasuk The Silent Spring (1962) karya Rachel Carson, sebuah kritik terhadap kerusakan yang terjadi pada satwa liar dan dunia manusia oleh meningkatnya penggunaan pestisida dan bahan kimia pertanian lainnya, dan Our Synthetic Environment karya Murray Bookchin ([1962] 1975) yang meneliti bagaimana pestisida, bahan tambahan makanan, dan sinar-X menyebabkan berbagai penyakit manusia, termasuk kanker.
ADVERTISEMENT
Periode tahun 1960-an dan 1970-an ini juga menjadi saksi lahirnya generasi baru aktivis LSM (lihat hal. 6) – mulai dari Greenpeace dan Friends of the Earth hingga aktivis pembebasan hewan dan apa yang disebut kelompok 'pejuang lingkungan' – berkampanye tentang isu-isu seperti bahaya polusi, cadangan bahan bakar fosil yang semakin menipis, penggundulan hutan dan eksperimen hewan. Sejak 1980-an dan seterusnya, pertanyaan lingkungan tetap menjadi agenda politik utama oleh partai-partai hijau, yang sekarang ada di sebagian besar negara industri, sering kali mencontoh diri mereka sendiri pada upaya perintis Partai Hijau Jerman.
Gerakan lingkungan setidaknya membahas tiga masalah umum antara lain: Pertama, mengurus masalah sumber daya. Upaya untuk melestarikan bahan alam melalui pengurangan penggunaan sumber daya tak terbarukan (batubara, minyak, gas alam dan sebagainya), meningkatkan penggunaan sumber daya terbarukan (seperti angin, gelombang dan tenaga pasang surut), dan mengurangi pertumbuhan penduduk, sehingga mengurangi konsumsi sumber daya.
ADVERTISEMENT
Kedua, masalah limbah. Pada umumnya gerakan lingkungan menjadi kekuatan prakarsa kolektif untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh produk limbah dari kegiatan ekonomi, misalnya, melalui pengurangan tingkat polusi, peningkatan daur ulang, dan pengembangan teknologi yang lebih hijau (kurang polusi).
Terakhir, masalah etika. Filsafat dan etika lingkungan bisa jadi prioritas diperdebatakan dan bisa jadi diakhirkan tergantung pemangku kepentingan. Jelasnya, upaya untuk mengembalikan keseimbangan relasi berkeadilan antara manusia dan alam melalui konservasi satwa liar, restorasi hutan belantara, menghormati spesies lain (hak-hak hewan dan kesejahteraan hewan), dan mengubah praktik pertanian (pertanian organik) yang lebih eco friendly, adil bagi semua dan lestari.
Konteks Indonesia Bagaimana?
Studi komparasi antara universitas di Indonesia dan di Malaysia 10 tahun terakhir ini rezim pengetahuan ekologi global semakin menguat terutama juga di negara-negara Global South atau negara di Selatan hal ini menunjukkan tren positif bahwa isu isu lingkungan bukan hanya menjadi monopoli.
ADVERTISEMENT
negara-negara di Eropa yang terlebih dulu mendapatkan kesejahteraan walaupun dengan berbagai konsekuensi yang dihasilkan oleh proses-proses kolonialisasi di masa lalu artinya ada beban kerusakan yang ditanggung juga oleh negara-negara Selatan ketika negara-negara Utara atau negara-negara barat mendapati berbagai macam kemajuan-kemajuan teknologis kemajuan-kemajuan di bidang pembangunan kesejahteraan masyarakat dalam hal kampus juga demikian kampus-kampus di barat menunjukkan model-model kampus yang hijau kampus yang ramah lingkungan yang itu juga mengalami get yang terjadi di kampus-kampus di negara Selatan Namun demikian dalam kenyataannya pada kata terakhir ini sudah banyak sekali kampus-kampus di Asia Tenggara khususnya di Indonesia juga sudah mendorong berbagai macam model pembangunan kampus yang ramah lingkungan. Hal ini juga salah satu dipicu oleh munculnya pengukuran indeks Matrix yang di indikasi oleh Universitas Indonesia di Indonesia di Jakarta
ADVERTISEMENT
Tujuan Green Metrik melakukan pemeringkatan ini adalah untuk memberikan hasil survei online mengenai kondisi terkini dan kebijakan terkait Green Campus dan Sustainability di Universitas di seluruh dunia. Diharapkan dengan menarik perhatian para pemimpin universitas dan pemangku kepentingan, lebih banyak perhatian akan diberikan untuk memerangi perubahan iklim global, konservasi energi dan air, daur ulang limbah, dan transportasi hijau. Kegiatan tersebut akan membutuhkan perubahan perilaku dan memberikan perhatian lebih pada kelestarian lingkungan, serta masalah ekonomi dan sosial yang terkait dengan keberlanjutan. Kami percaya bahwa universitas yang memimpin dalam hal ini perlu diidentifikasi dan kami telah memutuskan untuk memulai dalam melakukan hal ini. Awalnya, kami akan mengumpulkan data numerik dari ribuan universitas di seluruh dunia dan memproses data yang diberikan untuk mencapai skor tunggal yang mencerminkan upaya yang dilakukan oleh institusi untuk menerapkan kebijakan dan program yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Universitas akan diberi peringkat berdasarkan skor ini. Pemeringkatan ini bermanfaat bagi bagi beberapa perkata, pertama bagi pimpinan universitas dalam upaya menerapkan kebijakan ramah lingkungan dan mengelola perubahan perilaku civitas akademika di institusi masing-masing. Kedua, untuk mendapatkan rekognisi global sehingga dapat menjadi terkoneksi dengan dunia riset, pendanaan, dan juga promosi untuk banyak kepentingan kampus itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Ada banyak hal yang menarik pengukuran keberlanjutan Universitas. Tentu saja tidak boleh terjebak pada tataran teknis tetapi perlu juga diukur dalam konteks paradigmatik. Apa yang melatarbelakangi mengapa sebuah kebijakan Universitas itu mencerminkan rezim pengetahuan psikologi tertentu, Namun tentu saja ada banyak sekali varian-varian yang ada di dalam ekologi ada yang liberal, kapitalis, sosialis, radikal, dan spiritual.
Situasi situasi kemiskinan yang makin melebar akses pendidikan yang semakin mahal Tentu saja Ini juga akan mempengaruhi Citra pada gabus hijau apa? Apa arti kampus hijau jika biaya pendidikannya tidak terjangkau oleh masyarakat luas ini tentu saja menjadi dilematis yang sama halnya antara bagaimana orang negara-negara miskin yang masih berlomba-lomba untuk bisa makan kemudian berpikir tentang ekologi tentu saja menjadikan itu dianggap kurang masuk akal walaupun dalam beberapa hal Tentu saja itu masih bisa ditempuh.
ADVERTISEMENT
tujuan dan manfaat riset riset ini bertujuan untuk menemukan praktek-praktek dan pengambilan kebijakan di kampus yang memiliki perspektif ekologi kedua riset ini mencoba menghitung memberlakukan indikator-indikator untuk melakukan upaya-upaya ukuran kampus yang sustainable atau yang punya paradigma lingkungan membandingkan Bagaimana geneologi ide-ide bin kampus di Indonesia dan di Malaysia dengan mengambil contoh kasus di beberapa Universitas rumusan masalah bagaimana genealogi munculnya kampus-kampus yang pro lingkungan atau sustainable bagaimana kebijakan politik di negara dapat mempengaruhi rezim lingkungan yang ada di universitas di Malaysia dan di Indonesia
Kebijakan-kebijakan pasca konferensi Rio de Janeiro Protokol Kyoto pertemuan-pertemuan dan hasil-hasil riset dari panel iklim yang mengikat negara-negara di berbagai belahan di bumi harus terus mengadopsi berbagai macam kebijakan ekonomi dan politiknya untuk memasukkan isu-isu lingkungan hidup sebagai suatu yang sangat penting termasuk ide MDGS sdgs yang juga memiliki unsur-unsur lingkungan di dalamnya sebagai indikator pembangunan artinya ada pertautan antara wacana Global nasional dan juga kemudian di lingkungan universitas untuk turut memberikan kebijakan mengelola sistem kelembagaan baik infrastruktur kurikulum dan sebagainya berapa universitas di Indonesia juga memiliki pusat studi lingkungan hidup dari sekian banyak kampus yang tumbuh berkembang? masih minor dan kurang eksis peranannya.
ADVERTISEMENT
Universitas pada peta lingkungan hidup yang menarik untuk dijadikan referensi ya Muhammadiyah yang juga punya beberapa apa namanya pusat studi lingkungan tentu saja kita akan memperlihatkan Bagaimana proses transformasi pengetahuan lingkungan yang melakukan yang terasi wilayah-wilayah? yang multilevel yang termasuk juga dalam wilayah-wilayah keagamaan riset-riset saintifik telah men-trigger agama untuk mengevaluasi dan mengoreksi serta memberdayakan ajaran-ajaran agama yang ternyata setelah jangan lama terabaikan padahal dalam banyak institusi keagamaan telah jelas adanya afirmasi yang sangat powerfull(berdaya ubah) terhadap pentingnya menjaga keselamatan alam semesta sebagai tempat satu-satunya Planet yang layak ditinggali oleh umat manusia.
isu lingkungan sendiri dapat menjadi pintu masuk sebuah universitas organisasi atau negara terkoneksi dengan dunia yang lebih luas membicarakan keselamatan planet bumi adalah membicarakan tentang kehidupan yang lebih luas dalam banyak hal suatu negara tidak mungkin dapat mengatasi persoalan lingkungan hidup Sehingga butuh kerjasama lintas negara (Global Civil Society)
ADVERTISEMENT
World Class University untuk turut andil terlibat di dalam mendorong kebijakan-kebijakan yang lebih ramah lingkungan menghasilkan riset-riset yang berguna untuk menjaga keseimbangan ekosistem baik riset di bidang teknologi riset di bidang geologi bisa di bidang antropologi maupun riset di bidang lain ini adalah salah satu keunggulan Universitas yang memiliki potensi Ali tas yang sangat besar untuk terlibat aktif di dalam menjaga perdamaian di dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan mendamaikan berbagai macam kepentingan politik secara lebih objektif karena notabene universitas adalah lembaga produsen pengetahuan yang walaupun dalam banyak hal dari berbagai macam survei banyak hasil-hasil riset yang bersifat saintifik tidak serta-merta dibaca dan digunakan oleh aktor-aktor pengambil kebijakan politik sebagai rekomendasi atau sebagai pijakan Sehingga dalam banyak hal problem universitas adalah bahwa hasil-hasil riset hasil-hasil kerja profesornya tidak diberdayakan oleh negara oleh kelompok-kelompok yang memiliki kuasa merumuskan kebijakan dan serta mengambil keputusan inilah barangkali yang menjadi PR bersama kita semua
ADVERTISEMENT
Jajang cop 26 misalnya kita tidak banyak mendengarkan suara-suara dari akademisi murni karena selama ini lebih banyak
kelompok yang percaya terhadap global warming percaya terhadap climate change dan sebaliknya tidak percaya adalah seringkali kelompok-kelompok yang direpresentasikan oleh aktor-aktor non Universitas walaupun sejatinya mereka juga produk dari universitas
Catatan Kaki
Penulis melacak geneologi Bagaimana pemikiran lingkungan itu bertransformasi atau kampus-kampus dan pimpinan mengalami? transmisi ke dalam lembaga-lembaga pendidikan saja ini sangat sangat menarik di banyak tempat Universitas harus berpuas dengan cukup bisa menghemat energi tapi tidak memiliki orientasi yang sangat kuat dengan memobilisasi sumber dayanya untuk mencari energi alternatif ada banyak kampanye yang mengatakan bahwa penggunaan energi dan tidak terbarukan itu sangat negatif dampaknya bagi lingkungan tapi tidak ada cara yang jitu untuk beralih kepada energi yang bersih hal ini karena peta roadmap alih sumber daya ke atay dari tidak terbarukan terbarukan belum menjadi kekuatan kebijakan yang powerful di kalangan pengelola lembaga pendidikan.
ADVERTISEMENT
Parahnya, kondisi makronya yang tak kondusif, investasi investasi pendanaan dari perbankan lebih banyak selama ini di berikan untuk bisnis-bisnis energi seperti tampang dan ekeonomi ekstraktif dan sebagainya ini sebetulnya penting untuk didiskusikan arah transisi energi berkeadilan yang adil sejak dalam pikiran.
Live Update