Konten dari Pengguna

Oligarki, Titik Temu Energi Neraka dan Batubara

David Efendi
Pegiat Kader Hijau Muhammadiyah, Pendiri Rumah Baca Komunitas dan staf pengajar di UMY
7 November 2022 13:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari David Efendi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Krisis disadari oleh kelompok agama. Ragam respon diupayakannya dengan segala kontrodiksi di dalamnya. Haloqoh G20 dan R20 seperti haloqoh oligarki keagamaan. Nuansa ini penulis simpulkan dari bacaan redaktur islam bergerak yang memberikan kritik rasionalnya pada gelaran R20 sebagai bagian dari kelompok yang kurang memihak pada persoalan kerusakan lingkungan yang justru penyebabnya adalah putusan-putusan politik anggota G20 yang akan berkumpul di Bali. Memang kadang menjengkelkan, ada banyak produk legislasi dan event penting justru melanggengkan kuasa oligark tambang dan bahkan haji-haji batuneraka tetap lestari di tengah terpaan isu HAM dan demokrasi.
ADVERTISEMENT
Pernyataan yang sangat kuat sekali mengguncang kesadaran normalitas baru:
Proyek moderatisme agama inilah pada akhirnya secara politis justru mengekang metode perlawanan rakyat terhadap penindasan. Para penganjur moderatisme agama kemudian berkongkalikong dan melegitimasi pelabelan “subversif”, “radikal”, “ekstremis”, “fundamentalis”, yang digunakan secara ugal-ugalan oleh penguasa. Di sinilah, kita menemukan tendensi otoritarian dari Islam moderat yang memberangus ruang riil demokrasi, yang ironisnya, atas nama membela demokrasi. Ini diperkuat dengan konsolidasi elite agama-kekuasaan yang semakin erat sehingga bisa dengan mudah meminjam tangan negara untuk membungkam kelompok yang ditandai berada di luar barisan Islam moderat. Kita tentu tak boleh melupakan kekejaman negara saat memersekusi Hizbut Tahrir Indonesia dan Front Pembela Islam beberapa tahun belakang. Tak lupa juga bagaimana proyek CVE lahir seiring dengan diculik dan disiksanya kaum Muslim yang dituduh teroris dan ekstrimis di penjara Abu Ghraib dan Guantamo oleh Pemerintah AS tanpa proses pengadilan.(https://islambergerak.com/2022/11/tak-ada-keberpihakan-agama-pada-umat-tertindas-di-r20/)
ADVERTISEMENT
Walhi dalam posisi papernya memberikan banyak tuntutan yang berat tapi sangat masuk akal karena selama ini ada pengabaian luar biasa kepada hak-hak alam dan manusia kelompok rentan. Kepada anggota R20 ini adalah sikap Walhi yang penting dibaca (baca disini). Ada lima tuntutannya agar anggota G20 benar-benar (1) bertanggung jawab atas krisis ekologis dan krisis iklim yang terjadi di Indonesia, dengan secara serius menurunkan emisi GRK; (2) Pemerintah Indonesia segera melakukan penyelesaian konflik SDA, dengan mencabut izin-izin konsensi dan mengembalikan ruang hidup rakyat; (3) Mengubah sistem ekonomi yang lebih berorientasi pada kepentingan rakyat. Wilayah Kelola Rakyat (WKR) adalah solusi atas krisis ekologis dan krisis iklim yang terjadi saat ini; (4) Menghentikan segala bentuk solusi iklim palsu yang tidak menjawab akar persoalan krisis iklim, dan menjalankan skema solusi iklim yang berorinteasi pada kearifan lokal, keberlanjutan lingkungan dan ekologis, perlindungan HAM dan kelompok rentan lainnya; dan (5) Jalankan demokratisasi SDA dan hentikan segala bentuk ancaman dan kriminalisasi terhadap pejuang lingkungan dan HAM.
ADVERTISEMENT
Banyak persoalan, dan hijrah serta jihad ekologi barangkali dua kekuatan nilai yang masih bisa diupayakan menghadang ragam kehancuran sosio-ekologis yang dinormalisasi dengan beragam gelaran negara-negara maju seperti G20. Bahkan, komitmen zero emision hanya menjadi jargon palsu.
Foto aksi iman untuk keadilan iklim/Dokumentasi pribadi
Titik temu energi kotor atau energi neraka dengan batubara adalah kekuatan oligarkis yang membajak kebijakan pemerintah demi keuntungan dan nafsu serakahnya. Negara demokrasi seharunya punya kuasa kontrol untuk menahan laju kerusakan akibat ektratifisme yang multinational dan global dalam skema supplychain yang membuat ketimpangan melanda di mana-mana. Bukan hanya hak manusia tapi juga hak-hak kelestarian alam dikorbankan.
Banyak dari ekspansi ini yang tidak mungkin dilakukan tanpa dukungan pemerintah. International Energy Agency (IEA) menyatakan dalam laporannya pada bulan Juni 2010 mengenai subsidi bahan bakar fosil global dan dampak penghapusannya, bahwa konsumsi bahan bakar fosil global yang disubsidi berjumlah US$557 miliar pada tahun 2008, termasuk $40 miliar untuk konsumsi batubara. Pada bulan Juni 2010 Uni Eropa mempertimbangkan bantuan negara untuk batubara selama 12 tahun lagi, seperti yang tertulis dalam suatu rancangan dokumen Uni Eropa, sekalipun saat itu Grup 20 tengah bersiap-siap untuk mendiskusikan penghapusan bertahap subsidi bahan bakar fosil. IEA mengatakan bahwa, jika dibandingkan dengan keadaan di mana tingkat subsidi tidak berubah, penghapusan subsidi global secara bertahap akan memangkas permintaan energi global sebesar 5,8%, dan emisi karbon dioksida yang terkait dengan energi sebesar 6,9%, pada tahun 2020.9 Organisasi Kerja sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) telah mendesak para pemerintah untuk mengakhiri subsidi bahan bakar fosil dan berargumentasi bahwa hal ini dapat mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 10%.
ADVERTISEMENT
Hal lain yang menunjukkan bagaimana pemerintah negara industri mendorong penggunaan batubara adalah melalui sistem perdagangan karbon yang digunakan di Uni Eropa dan dipromosikan oleh Protokol Kyoto. Pemerintah yang berpartisipasi telah memberikan izin karbon gratis dalam jumlah besar kepada perusahaan-perusahaan yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik. Sebagian izin yang paling sulit diterima juga diberikan ke produser baja dan aluminium-yang disebut belakangan ini menggunakan lebih banyak listrik per unit output daripada kegiatan industri lainnya, selain produksi uranium heksaflorid. Izin ini dapat digunakan untuk meneruskan produksi karbon dioksida pada tingkat yang tinggi atau diperjualbelikan untuk memperolah uang tunai. Dengan cara demikian, perusahaan yang menimbulkan banyak polusi dapat terus mencemari dan mendapatkan keuntungan dengan memungkinkan perusahaan lain untuk mencemari.
ADVERTISEMENT
Hijrah dari Batu Neraka
Begitu bahan bakar fosil dibakar untuk menghasilkan energi, maka karbon dalam bahan bakar bereaksi dengan oksigen untuk membentuk gas karbon dioksida, CO2. Sebagian besar gas ini dilepaskan ke atmosfer. Pembakaran batubara (yang terdiri dari karbon 'bebas') menghasilkan lebih banyak karbon dioksida per unit energi yang dihasilkan daripada bahan bakar fosil lainnya. Dibandingkan dengan gas (yang sebagian besar terdiri dari metana dengan senyawa karbon, CH4), batubara melepaskan 66% lebih banyak CO2 per unit energi yang dihasilkan.
Tambang batubara melepaskan metana ke atmosfer. Metana dua puluh kali lebih kuat daripada karbon dioksida sebagai gas rumah kaca. Di AS pada tahun 2006, 26% dari pelepasan metana yang terkait energi adalah hasil langsung dari penambangan lapisan batubara yang terkubur. Di seluruh dunia, sekitar 7% dari emisi metana tahunan berasal dari tambang batubara.19 Metana ini dapat digunakan untuk menghasilkan energi dengan lebih efisien daripada batubara itu sendiri.20 Secara teoritik, metana dapat ditangkap dari lapisan bawah tanah sebelum dilakukan penambangan terbuka, tetapi kalau pun pernah, hal ini sangat jarang dilakukan. Lebih mudah menangkapnya dalam tambang bawah tanah.
ADVERTISEMENT
Penambangan batubara dan pembakaran batubara untuk pembangkit energi, pembuatan semen dan produksi baja merupakan mesin utama pemanasan global. Menurut Statistical Review of World Energy dari BP21, yang diterbitkan pada tanggal 9 Juni 2010, tahun 2009 merupakan tahun pertama sejak tahun 2002 batubara menjadi bukan bahan bakar yang tumbuh paling pesat di dunia. Ini terutama karena lesunya permintaan dari konsumen industri di negara-negara industri 'kelas berat' anggota OECD. Permintaan di wilayah Asia dan Pasifik serta Timur Tengah tumbuh sebesar 7,4%. Permintaan dari Cina mencakup 95% dari peningkatan itu dan secara keseluruhan merupakan produsen dan konsumen batubara terbesar di dunia. Konsumsi batubara Cina adalah sebesar 46,9% dari konsumsi global dan menghasilkan 45,6% dari pasokan global selama 2009, menurut laporan BP. Batubara yang diekspor oleh negara penghasil batubara lain proporsinya sangat beragam.
ADVERTISEMENT
BP mengatakan bahwa batubara tetap merupakan bahan bakar fosil yang paling melimpah dari segi cadangan global, dan berjumlah 29% dari total konsumsi energi pada tahun 2009 - proporsi tertinggi sejak 1970. IEA meramalkan dalam World Energy Outlook for 200922 bahwa hingga 2030 permintaan global akan batubara akan tumbuh lebih besar daripada permintaan akan gas alam maupun minyak. World Coal Institute23 meramalkan bahwa penggunaan batubara akan meningkat sebesar 60% selama 20 tahun mendatang. Diperkirakan bahwa 45% emisi karbon dioksida pada tahun 2030 akan terkait dengan batubara
Batu bara itu disebut sebagai energi neraka karena panas dan dampak malapetakanya yang maha mengerikan apabila tidak dihadang sekarang. Jihad dan hijrah adalah dua kekuatan teologis yang layak diperjuangkan. Pertama, gerakan jihad lingkungan. Kata Jihad diartikans sebagai gerakan mendayagunakan sumber daya terbaik untuk melakukan perubahan secara radikal akan tata kelola lingkungan dan melawan nafsu antroposentrik yang merusak tatanan ekosistem global. Jihad adalah puncak ikhtiar sehingga ketika ada ecojihad harusnya ada gerakan massif dan sistematis dari tokoh agama untuk memihak pada bumi (bukannya oligarki).
ADVERTISEMENT
Kedua, Hijrah sebagai kekuatan ekoprofetik di mana nabi memberikan banyak nilai pembelaan kepada lingkungan hidup, pangan, dan sumber daya air. Himpunan hadis hijau menunjukkan etika lingkungan yang sangat memadai untuk memulai berhijrah jika memang kondisi tidak ideal semakin manifes. Jauhnya sunnah dan qur-an dari praktik relasi kaum muslim dengan alam semesta adalah krisis spiritual. Harus ada gerakan akseleratif untuk menyudahi krisis tersebut agar orientasi kehidupan kembali kepada hasanah islami: seimbang, tauhid, halal-haram, maslahat, dan setarusnya sebagai penuntut ekoteologi pembebasan.
Semua orang harus menjadi bagian dari perjuangan ini, semua dari kita sedang bergerak menuju ruang hidup bersama yang lebih adil dan inilah hakikat atau makna eko-hijrah (Dari kurangnya sentuhan agama dalam isu lingkungan menjadi kekuatan agama memberikan energi hijrah, dari energi kotor ke energi bersih, dari abai menuju peduli, dari merusak menjadi merawat, dari lokal menjadi global, dari moral ekonomi profit menjadi moral ekologis konservatif, pelibatan perempuan lebih signifikan, dan seterusnya). Tak boleh ada penumpang gelap/free rider dalam visi liberasi dan transendensi ini. Walaupun demikian, selalu ada fenomena silence mayority yang kadang menyulitkan gerak jihad ekologis ini. Ada kerja objektifikasi yang belum kelar, kerja sainstifikasi gerakan ekologi di kalangan kelompok beriman menunjukkan titik lemah sehingga perlu diupayakan lebih baik dan lebih militan lagi. Tanpa itu, jihad ekologi di kalangan umat islam hanya mentok sebagai seruan iman dan kehilangan ruang praksis. Bahkan buruknya, diam diam membesar kelompok beragama yang menyangkal adanya krisis iklim justru dengan dalih agamanya.
ADVERTISEMENT
Pentingnya obyektifikasi di dalam dakwah bidang lingkungan antara lain adalah untuk memastikan bahwa apa yang sedang kita hadapi adalah sebuah kenyataan nyata dan bukan halusinasi yang akan gampang disangkal kelompok kafir ekologis. Peran pengetahuan dan sains akan memperkuat gerakan kaum beriman di dalam kerja membela kedaulatan dan keseimbangan alam semesta. Kerja objektif akan memberikan peluang dukungan luas dari lintas generasi untuk terjun kerja hand in hand lintas kelompok agama dan kelompok kepentingan. Inilah ekosistem hidup yang bekerja untuk kehidupan seperti halnya berlakunya hukum organisasi ekologis: jaring jaring kehidupan kolektif (ekosistem).