Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Titik Temu Kaum Muda dan Gerakan Lingkungan
12 November 2022 16:07 WIB
Tulisan dari David Efendi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kelahiran gerakan kultural anak muda muhammadiyah terkait lingkungan hidup nampaknya ditakdirkan dengan mulai dikenalkannya Greenfaith ke Indonesia dengan kampanye-kampanye yang menarik yang dapat disiarkan dari berbagai sosial media. Waktu permulaanya memiliki kedekatan tapi tak ada hubungan sejatinya. Pandemi menghubungkan (feeling connectedness). Independen dan otonom adalah nilai komunitas ini.
ADVERTISEMENT
Bahwasanya meluasnya kampanye lingkungan banyak ekosistem yang menopang menguatnya KHM di periode awal. Saya pribadi mengenal greenfaith dari twitternya @greenfaithworld lalu diperkuat dengan kehadiran di berbagai forum sosok dua perempuan Nana Firman dan Hening Parlan. Genealogi permufakatan baik dan ekologis perlu didokumentasikan dan dinarasikan untuk diambil kekuatan daya revolutifnya. Ini adalah tulisan yang secara sporadis menyatukan beragam dinamika di kalangan kaum muda Muhammadiyah menyangkut isu lingkungan hidup.

Nana tinggal di US dan Hening merupakan penggerak lingkungan di PP Aisyiyah sekaligus aktifis Walhi dan macam-macam lainnya. Tentu saja, Hening adalah alumni Greenfaith fellow serta mantan santrinya Al Gore bersama Nana Firman. Itu satu peristiwa saya bertemu aktifis lingkungan perempuan dan keduanya Muhammadiyah-Aisyiyah. Nana Firman di PCIM dan PCIA Amerika Serikat. Bukan main kerennya, juga karena keberaniannya statemen di media mengenai gerakan lingkungan bahkan berani membawa poster bertuliskan Pak Jokowi dalam kampanye non fossil fuel di dunia.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi itu membuat banyak kaum muda tertarik apalagi generasi KHM ini adalah anak-anak muda yang punya ikatan emosional dengan gerakan mutakhir menentang rezim dalam isu revisi UU KPK, Omnibuslaw, dan UU Minerba. Bahkan, praktik represifitas aparat menjadi energi untuk konsolidasi gerakan. Mereka merasa terpanggil karena isu lingkungan yang bertautan dengan isu lainnya seperti kedaulatan pangan, energi, agraria, kebebasan pers, dan keadilan gender.
Pertama, semesta memanggil kaum muda. Ada banyak ekosistem yang menjadikan beragam kaum muda masuk dalam isu ekologi bahkan bergabung atau membentuk komunitas baru. Faktor yang mengundang partisipasi kaum muda tidak tunggal dan mendiskusikan isu apa yang memiliki interseksi dengan isu organisasi atau komunitas kaum muda. Tidak sedikit yang menyatakan karen isu krisis iklim adalah masalah semua bangsa, setiap individu sehingga meresponnya adalah tindakan yang paling masuk akal. Ada juga unsur fleksibilitas dalam isu dan komunitas ini menjadi daya tarik khasnya. Tulisan refleksi dan berbasis pengetahuan muncul di platform gerakan-gerakan literasi seperti ibtimes, suara aisyiyah, mongabay, pustakamu.id, rahma.id, suara muhammadiyah, dan puluhan lainnya.
ADVERTISEMENT
Kalangan tua progresif yang punya concern ekologi juga mengamplifikasih wacana lingkungan di media mainstream seperti kompas, republika, dan media lokal. Prof Abdul Muti misalkan menulis tentang Hijrah Ekologis di republika. Panggilan lainnya adalah karena risalah-risalah di Muhammadiyah cukup memadai bicara ekologi seperti PHIWM, fikih air, fikih agraria, teologi lingkungan, dan juga isu-isu strategis di Muktamar sejak tahun 2000.
Pengalaman RBK diundang GF merupakan ruang aktualisasi untuk lebih kuat menyuarakan isu ekoliterasi. Begitu juga KHM dan IPM. Tidak berarti mereka terpanggil tetapi merasa ada nilai nilai yang saling berkecocokan. Ada banyak hal yang mengundang partisipasi kaum muda untuk berada dalam isu ekologi dan gerakan sosial. Ekosistem gerakan seperti walhi, greenpeace, Muhammadiyah, aisyiyah, ortom, kampus, riset, penerbit buku, dan sebagainya termasuk gerakan nobar film-film karya watchdog yang banyak memberikan dukungan pada konsolidasi kesadaran dan gerakan lingkungan.
ADVERTISEMENT
Suara kaum muda untuk krisis iklim. Tidak bisa hanya menunggu pemilik kuasa politik merubah dan membuat aturan yang memihak pada bumi dan kelompok masyarakat rentan, memberikan ruangh bersuara bagi kaum muda dan kelompok yang terdampak krisis iklim adalah keniscayaan. Mendengeungkan suara korban dan kesaksian-kesaksian mereka yang ada di garis depan menerima petaka demi petaka. Sementara segelintir orang hanya menikmati berkah dari eksploitasi tambang dan gas bumi. #faiths4climate tahun ini Rumah baca komunitas hadirkan serial obrolan iklim dari kaum muda belia sebagai kerja politik.
Undang-Undang Minerba jelas mengancam kedaulatan ekologis dan meresikokan masyarakat miskin termasuk yang tidak memiliki akses pada lahan pertanian atau aksesnya terbatas. Kebijakan tidak partisipatif dikebut di masa pandemi bernama UU Cipta kerja dan UU Minerba haruslah dilawan. demi iman, bumi, dan manusia kepentingan kelestarian bumi haruslah diutamakan bukan memberi karpet merah pada ketamakan dan keserakahan tambang.
ADVERTISEMENT
Kedua, mengkonsolidasikan kekuatan yang beragam bertemu lebih luas lagi dengan keragaman warna komunitas. Ada ratusan diksusi lingkungan saat dua tahun pandemi menimpah dunia, tidak sedikit merupakan hasil kolaborasi dengan beragam komunitas dan lembaga. Nalar ekosistem dan ekoliterasi terlihat dari derajat kolaborasinya dengan kelompok lain. IPM punya kolaborator sangat beragam, LLHPB Aisyiyah, IMM, Kader Hijau Muhammadiyah dan sebagainya juga menempuh strategi bergerak yang sama.
Menurut mereka, dengan berjejaring gerakan akan lebih cepat dan dampaknya akan lebih muluas. Ada kolaborator dari pemerintah, lintas jenjang struktur organisasi, kementerian, organisasi sosial, pesentren,m sekolah, kampus, organisasi keagamaan, NGO seperti walhi, greenpeace, Jatam, dan media massa. Pilihan gerakan ini jelas seperti gerakan ekologis di dalam ekosistem yang beragam. Biodiversitas aksi ini akan mencipta kelanggengan, kekuatan, ketergantungan, dan kelestarian jejaring untuk melawan perubahan ekologis dalam dunia kenyataan.
ADVERTISEMENT
Gerakan sosial harus menjadi antitesis dari tesis normatif yang kini berkuasa. Anak muda bukan komoditas, tetapi anak muda adalah masa depan sebuah ruang hidup yang tengah mereka tempati sekarang. Mereka yang paling terdampak dan mengemban tugas berat untuk menghambat terjadinya kiamat ekologis. Jadi, suara anak muda adalah suaranya sendiri, bukan suara orang lain, bukan suara pemerintah, juga bukan suara aktivis senior. Sebab, anak muda sedang tidak memperjuangkan orang lain, tapi memperjuangkan diri mereka sendiri yang saling terhubung dengan yang lainnya (Wahyu Eka Stywan, 2022)
Ketiga, aksi langsung dan pembelajaran mengapresiasi peran yang sudah diupayakan. Tahun ini misalnya, aksi-aksinya fokus terhadap isu-isu climate crisis dan tidak banyak isu lingkungan hidup secara umum. Seperti yang sudah pernah saya sampaikan bahwa aksi-aksi yang dilakukan & pesan-pesan yang disampaikan fokus pada tuntutan utk penghentian segera proyek bahan bakar fosil baru dan proyek yang mengakibatkan deforestasi; mendorong transisi cepat ke 100% energi terbarukan dan penghentian bahan bakar fosil secara adil; komitmen untuk transisi yang adil bagi pekerja yang terkena dampak dan komunitas yang rentan terhadap iklim (pengungsi iklim).
ADVERTISEMENT
Gerakan ini diikuti sangat antusias kader-kader muda, the rising agency for climate strike now and on. Tak ada alasan paling paripurna mengapa gerakan pelajar muhammadiyah ini niscaya dan mendesak diperkuat karena ada isu keadilan antar generasi yang disebabkan bisnis energi kotor dan ektraktifisme yang menghancurkan alam dan tak menyisakan space untuk generasi mendatang. Visual ini jelas menunjukkan suara mereka tidak mau ditraktor/ditraktir oleh generasi tua (pemangkukuasa). Kedua, suara "nyaring" melalui gerak yang sedang dibentuk oleh ekosistem gerakan lingkungan menciptakan kondisi belajar yang baik bagi pelajar Muhammadiyah untuk memperkuat dan mencipta peristiwa perubahan paradigma, kesadaran, gaya hidup, dan imajinasi ekologis dalam semesta masa depan. Terhadap G20 dan COP27, pelajar dan kaum muda Muhammadiyah terus perlu menjaga daya kritisnya karena generasi baru tidak boleh dikooptasi oleh agenda oligarkis apa pun. Tradisi kritis adalah kemewahan yang masih bisa dipertahankan.
ADVERTISEMENT
Di bulan aksi iklim global yang muncul tahun ini menjelang COP27 menunjukkan keterlibatan yang kuat kalangan kaum muda. Bukan hanya di Indonesia tapi di berbagai belahan dunia dengan beragam agenda aksi mulai seminar, pendidikan, training, aksi langsung di kantor pemerintahan, kesaksian kurban keruskana lingkungan, podcast, dan sebagainya. Sebagain besar aksi damai tanpa kekerasan diupayakan. Aksi damai berupa kegiatan berdoa dan renungan banyak secara simbolis dilakukan di ruang terbuka umum, di tempat-tempat institusi keuangan serta institusi politik dan pemerintahan seperti kantor bupati, DPRD, istana presiden, dan seterusnya.
Mereka mendorong penyampaian aspirasi kepada pihak-pihak jejaring aktor yang membuat kebijakan atas penggunaan energi fosil secara masif serta deforestasi atas nama pembangunan (progress). Masih besar energi kaum muda dibuktikan dengan aktifismenya yang terus menerus mengkritisi kebijakan pembangunan nasional dan lokal dengan beragam tindakan sebagai awal mula menguatnya respon kaum muda terhadap isu krisis ekologi global.
ADVERTISEMENT
Keadilan antar generasi adalah salah satu nilaiu utama kenapa kaum muda bergerak di jalanan dan bergerak dalam sunyi untuk menyelamatkan bumi/manusia sebagai ruang tumbuh peradaban.