Jempol Untuk Taman RPTRA dan TMB di Jakarta, Harapan Agar Makin Keren

David Firnando Silalahi
ASN Kementerian ESDM, sedang menempuh studi di Australian National University. Kalau bukan anak bangsa yang membangun bangsanya, siapa lagi? Jangan saudara mengharapkan orang lain akan datang membangun bangsa kita - - BJ Habibie
Konten dari Pengguna
25 Juni 2022 14:04 WIB
comment
557
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari David Firnando Silalahi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pertama kali tiba di Jakarta, tahun 2010, saya ikut merasakan sulitnya menemukan ruang publik. Sebelumnya ketika masih di Yogyakarta, hampir setiap sore saya dan teman-teman kuliah bermain sepakbola di lapangan kampung. Namun Jakarta berbeda, tidak mudah menemukan lapangan kampung yang bebas dipakai bermain. Tidak banyak ruang publik yang bisa diakses dengan mudah.
ADVERTISEMENT

Kebutuhan ruang bermain anak

Saya melihat anak-anak harus bermain di gang-gang sempit. Main di teras rumah yang berdempetan. Main bola di badan jalan. Main bulu tangkis di badan jalan. Pastinya kurang nyaman bagi anak-anak itu sendiri, juga bagi pengguna jalan. Tempat publik yang agak lumayan paling-paling lapangan bulutangkis milik warga.
Sejumlah anak sedang bermain bola di gang kecil kawasan Benhil, Jakarta, 2015. Foto: Liputan6.com
Tidak mudah menemukan taman untuk tempat bersantai, jogging, dan seterusnya. Apa iya harus ke Gelora Bung Karno di Senayan untuk sekedar jogging. Pergi ke pantai pun, misalkan ke Ancol, harus membayar tiket masuk. Belum lagi ongkos kesana, belum lagi jajan disana yang mahal.
Tidak mudah menemukan dan menikmati ruang publik dengan hemat biaya. Ketika banjir kanal timur selesai dibangun, saya tidak heran ketika masyarakat banyak menggunakan bantaran sungai untuk bersantai.
Tepian Banjir Kanal Timur dimanfaatkan warga untuk bersantai. Foto: Tribun
Minum teh atau makan jajanan sore disana. Sangat wajar, mereka merindukan ruang publik. Mereka butuh bersantai dari penatnya keseharian di ibukota.
ADVERTISEMENT

Taman penuh manfaat

Dalam 10 tahun terakhir, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta semakin gencar membangun infrastruktur publik. Transportasi dibenahi dengan pembangunan Transjakarta dan jalur busway yang menghubungkan banyak titik strategis. Kemacetan terus diupayakan membaik. Namun, saya ingin menggaris bawahi, Pemprov DKI Jakarta tidak lupa pula menyediakan taman-taman sebagai ruang publik.
Tanah terlantar atau taman kota yang tidak terurus disulap menjadi ruang publik yang keren. Meski sempat menjadi polemik karena didanai oleh swasta melalui program Corporate Social Responsibility, pembangunan RPTRA ini patut diapresiasi. Bagi saya pribadi, sudah sewajarnya perusahaan swasta itu ikut berkontribusi sesuai porsinya.
Kelurahan kami memiliki satu RTRPA. Taman Cempaka namanya. Saya patut berterimakasih karena keberadaan taman ini pernah membantu program turun berat badan. Saya manfaatkan untuk jogging setiap sore. Kurang lebih dua bulan saya bisa turun 10kg.
ADVERTISEMENT
Sayangnya Taman Cempaka sempat ditutup lebih dari dua tahun. Sejak Januari lalu, ketika pandemi sudah melandai, saya sering sengaja lewat sekedar mengecek apakah taman sudah dibuka. Hampir enam bulan setiap kali lewat, hanya terpampang tulisan "Ditutup Sementara" di palang gerbang.
Saking kecewanya, saya sampai mencari arti kata sementara di KBBI. Apakah sementara itu sudah diganti artinya dari sebutan yang bersifat periode pendek menjadi bersifat panjang. Haha
Tulisan tutup sementara di Taman Cempaka, Jakarta Timur. Foto: Dokpri

'Healing' hemat, semua bahagia

Sejak dibuka awal Juni, saya mencoba rutin jogging setiap sore. Mencari keringat sambil menemani anak bersepeda. Hehe
Banyak juga warga yang datang ke taman. Ada yang berolahraga senam. Ada yang berlari-lari atau jogging di track taman. Kelompok anak-anak bermain bola kaki. Ada yang sekedar duduk-duduk bersantai dengan menggelar tikar. Ada pula yang memancing. Kebetulan ada danau kecil di tengah.
Jogging dan bersepeda santai di Taman Cempaka, Jakarta Timur. Foto: Dokpri
Bayangkan jika harus jajan ke mall atau bepergian keluar kota. Menghabiskan biaya yang lumayan besar. Tidak semua orang mampu untuk itu.
ADVERTISEMENT
Keberadaan Taman Cempaka ini menjadi pilihan rekreasi untuk kami. Hemat dan juga menggerakkan ekonomi setempat. Abang tukang somay bisa mendulang untung. Gerobak bakso laris manis.
Ilustrasi seorang pedagang bakso dan gerobaknya. Foto: Kartika Pamujiningtyas/kumparan
Penjual kopi juga ramai. Penjual es kelapa muda bisa tersenyum. Pedagang mainan anak juga cuan. Ekonomi setempat menjadi bergerak. Senang melihatnya.
Tidak hanya itu. Satpam yang biasanya muka berkerut selama pandemi, pun ikut senang, dapat uang tambahan dari pemberian sukarela parkir motor dan mobil pengunjung.

RPTRA menjadi Taman Maju Bersama

Program yang digagas oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki T. Purnama, awalnya hanya menargetkan RPTRA dibangun di 267 lokasi. Namun, pada akhir 2019 berhasil melampaui target. Total 290 RPTRA telah ada di seluruh Jakarta.
ADVERTISEMENT
Meski program RPRTA ini sempat dihentikan karena kesulitan pembebasan lahan, Gubernur Anies Baswedan melanjutkankannya. Namun RPTRA berganti nama dengan sebutan baru Taman Maju Bersama (TMB). Nampaknya beliau menyadari akan tingginya kebutuhan masyarakat terhadap tempat-tempat publik baru seperti RPTRA.
Tebet Eco Park, yang terletak di Tebet Timur Raya, Jakarta Selatan langsung ramai dipadati pengunjung sejak dibuka. Paska diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bulan April lalu, taman itu dikunjungi ribuan warga.
Dahaga masyakarat nampak terpuaskan dengan banyakanya ruang publik. Anak-anak sangat menikmati area bermain.
Masyarakat memadati Tebet Eco Park, Jakarta pada Minggu (5/6/2022) pagi. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan

Terus tambahkan ruang publik, namun perlu tata kelola

Meski sempat terhenti pembangunannya karena pandemi, ada 20 Taman Maju Bersama yang telah terealisasi hingga tahun 2021. Saya sangat mengapresiasai ketika Pemprov DKI Jakarta masih akan menambah 31 TMB lokasi baru pada tahun 2022.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian setidaknya akan ada lebih dari 340 RPTRA dan TMB yang sangat dibutuhkan oleh Jakarta dan warganya. Tidak hanya sebagai wadah untuk bersosialisasi, taman-taman ini juga berfungsi sebagai ruang terbuka hijau yang dapat mengendalikan banjir.
Saya salut dengan kerja keras Pemerintah DKI Jakarta ketika mensukseskan perhelatan Jakarta E-Prix atau Formula E. Dengan segala upaya, ditengah banjir kritikan, perhelatan internasional yang mengharumkan nama Jakarta itu berhasil dilaksanakan.
Saya berharap Pemprov DKI Jakarta memiliki semangat yang serupa untuk memperhatikan perawatan taman-taman ini.
Misalnya Taman Cempaka di tempat kami, sudah dibuka kembali untuk umum, namun saya melihat beberapa permainan anak sudah rusak dan karatan. Bisa jadi hal sama terjadi di RPTRA lainnya. Perlu pengecekan dan perbaikan segera agar tidak membahayakan pengunjung, terutama anak-anak.
Kondisi mainan anak yang sebagian rusak di RPTRA Kebon Sirih, di Gondangdia, Jakarta Pusat, Jumat (15/4/2022). Foto: Kompas/Erika Kurnia
Entah itu namanya RPTRA atau Taman Maju Bersama yang dibangun oleh Gubernur yang berbeda, perlu ditinjau kembali untuk perawatan yang mendesak. Kami para warga sangat membutuhkannya.
ADVERTISEMENT
Terimakasih Jakarta! Semoga ruang-ruang publik bisa semakin banyak dan berkualitas. Selamat ulang tahun ke-495 Jakarta-ku.
#HUTDKI495