Konten dari Pengguna

Hijau di Tengah Kota: Kisah Sukses Budidaya Selada Hidroponik di Banyumas

David Friday barkah
mahasiswa ilmu komunikasi konsentrasi jurnalistik universitas amikom purwokerto
29 Desember 2024 14:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari David Friday barkah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
budidaya selada hidroponik (dokumentasi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
budidaya selada hidroponik (dokumentasi pribadi)
ADVERTISEMENT
Di sudut kecil Banyumas, di balik deretan rumah sederhana, berdiri sebuah kebun hijau yang tak biasa. Deretan selada hijau segar tumbuh rapi dalam pipa-pipa putih yang disusun bertingkat. Suara gemericik air terdengar lembut, menyiram akar-akar tanaman yang melayang di udara. Di sinilah, Rahmat (35), seorang petani muda, merajut mimpi besarnya melalui metode bertani yang ramah lingkungan: hidroponik.
ADVERTISEMENT
Rahmat memulai budidaya selada hidroponik ini tiga tahun lalu. Awalnya, ia hanyalah seorang karyawan swasta yang merasa lelah dengan rutinitas kerja kantoran. Pandemi yang melanda membawanya pada keputusan besar: kembali ke desa dan membangun sesuatu yang bermakna.
“Saya mulai dengan modal kecil dan banyak belajar dari YouTube,” kenang Rahmat sambil menunjukkan instalasi hidroponik yang kini memenuhi halaman rumahnya. Namun, jalan yang ditempuh tidak semulus daunnya yang kini tampak segar. Ia sempat gagal beberapa kali karena nutrisi yang tidak seimbang dan serangan hama.
Rahmat tidak menyerah. Ia terus melakukan riset dan bergabung dengan komunitas hidroponik lokal di Banyumas. Dari sana, ia menemukan solusi inovatif untuk meningkatkan kualitas tanaman. Sistem pengairan yang efisien dan penggunaan nutrisi organik menjadi kunci keberhasilannya.
ADVERTISEMENT
Kini, kebunnya mampu menghasilkan ratusan kilogram selada setiap bulan. Selada-seladanya telah menjadi langganan tetap restoran dan pasar modern di sekitar Banyumas. Bahkan, Rahmat juga membuka pelatihan bagi masyarakat yang ingin belajar bertani hidroponik.
Bagi Rahmat, hidroponik bukan sekadar sumber penghasilan, tetapi juga jalan untuk mengedukasi masyarakat tentang pertanian berkelanjutan. “Saya ingin orang-orang tahu bahwa bertani bisa dilakukan di mana saja, bahkan di lahan sempit. Ini adalah cara kita menjaga lingkungan dan ketahanan pangan,” jelasnya.
Ia juga menggandeng komunitas lokal untuk memberdayakan ibu rumah tangga dan anak muda agar dapat memanfaatkan halaman rumah mereka sebagai lahan produktif. Program ini berhasil menggerakkan ekonomi warga sekitar dan memberikan penghasilan tambahan bagi banyak keluarga.
ADVERTISEMENT
Kini, Rahmat berencana memperluas kebunnya dan mencoba jenis sayuran lain yang juga cocok untuk sistem hidroponik. Ia bermimpi menjadikan Banyumas sebagai pusat budidaya hidroponik di Jawa Tengah.
Di tengah tantangan perubahan iklim dan keterbatasan lahan, kisah Rahmat membuktikan bahwa inovasi dan ketekunan dapat membuka jalan menuju masa depan yang lebih hijau. Selada hidroponiknya bukan hanya memberi warna pada Banyumas, tetapi juga harapan dan inspirasi bagi banyak orang.