Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Penggunaan Pupuk Kimia di Indonesia: Sebenarnya Inovatif atau Desktruktif, sih?
21 Oktober 2024 17:06 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Davina Almyra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penggunaan pupuk kimia awalnya merupakan cara alternatif karena melonjaknya permintaan masyarakat terhadap kebutuhan pangan. Namun saat ini, penggunaan pupuk kimia menjadi cara yang dianggap paling efektif untuk memenuhi permintaan pangan yang membludak akibat populasi manusia di Indonesia, sehingga petani lebih memilih pupuk kimia sebagai media pertanian. Data tercatat dalam Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP Pertanian) bahwa pada tahun 2019 telah ditemukan sebanyak 1,650 merk pupuk anorganik/kimia di Indonesia. Padahal, penggunaan kimia ini memberikan dampak buruk untuk lingkungan. Disebutkan dalam (Andriyani & Juliansyah, 2020), bahwa para petani lebih tertarik untuk menggunakan pupuk kimia yang membawa dampak negatif, mulai dari hilangnya kesuburan tanah, pencemaran air dan udara, perubahan iklim, hingga dampak kesehatan bagi tubuh manusia. Lantas, mengapa dengan banyaknya dampak negatif ini, para petani tetap memilih menggunakan pupuk kimia?
ADVERTISEMENT
Faktor Penggunaan Pupuk Kimia
1. Cuaca dan Iklim
Iklim dan cuaca yang selalu berubah menentukan waktu panen yang terbaik. Selain itu, petani juga harus menyiapkan pupuk yang dibutuhkan tergantung iklim dan cuacanya. Kelembapan dan suhu akan mempengaruhi kondisi tanah sebelum diberikan pupuk. Kelembapan tanah yang buruk adalah tanah yang kering tanda penyerapan tanah akan terhambat. Dalam buku (Steg & Groot, 2019) disebutkan bahwa jika terjadi kekurangan air di saat-saat tertentu dan terjadi beberapa kali dapat menyebabkan kehilangan hasil panen secara parsial bahkan keseluruhan. Begitu pula jika suhu yang terlalu tinggi atau rendah dapat mempengaruhi penyerapan pupuk. Agar tanaman mendapatkan nutrisi yang baik, maka perlu suhu optimal. Maka dari itu, karena petani harus menyesuaikan kelembapan dan suhu pada tanah, petani memilih menggunakan pupuk kimia yang telah dikustomisasi sesuai kebutuhan untuk mendapatkan hasil panen terbaik.
ADVERTISEMENT
2. Kebutuhan Nutrisi Tanaman
Nutrisi yang dibutuhkan tanaman cukup banyak. Dalam artikel gokomodo.com, disebutkan terdapat 2 jenis nutrisi yang dibutuhkan tanaman, yaitu nutrisi makro (nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah besar untuk tanaman) dan nutrisi mikro (nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah tidak terlalu banyak dan tergantung variasi tanaman). Selain itu disebutkan juga dalam (Jote, 2023) bahwa pupuk anorganik modern saat ini paling umum mengandung nitrogen, fosforus, dan potassium dan senyawa-senyawa ini merupakan kelompok dari nitrogenous fertilizers (DAP, NH4NO3, dan lain-lain). Nutrisi-nutrisi ini wajib untuk dipenuhi bagi tanaman untuk mendapatkan hasil panen dengan kualitas terbaik. Namun, karena proses penanaman yang berlangsung tanpa henti, persediaan alami dari tanah untuk memenuhi nutrisi ini lama kelamaan akan menyusut, sehingga membutuhkan pupuk kimia untuk memenuhi nutrisi tanaman agar hasil panen optimal dan dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
ADVERTISEMENT
3. Efisiensi Waktu dan Hasil Panen
Penggunaan pupuk kimia terutama urea pada penanaman padi membawa dampak positif yang membuat petani lebih memiliki pupuk tersebut. Dalam artikel adimitra.co.id menyebutkan bahwa peran urea dalam penanaman padi salah satunya adalah membuat hasil panen lebih besar dan berat serta berperan dalam peningkatan luas hasil panen per hektar. Selain itu, pupuk kimia urea juga memiliki harga yang ekonomis serta penggunaan pupuk kimia juga terbukti efisiensi waktunya karena mampu untuk diserap tanaman lebih cepat. Salah satunya adalah pupuk kimia urea yang mudah larut dengan air yang kemudian dapat meningkatkan produktivitas lahan dan memenuhi permintaan pangan karena efisiensi waktu.
Dampak Penggunaan Pupuk Kimia pada Manusia
Penggunaan bahan kimia untuk tubuh manusia tentu tidak dianjurkan. Apalagi digunakan secara berlebihan. Salah satu dampak penggunaan pupuk kimia untuk manusia adalah air yang terkontaminasi kandungan nitrat nitrit. Dengan tingkat senyawa nitrat dan nitrit tinggi yang masuk ke dalam tubuh manusia, resikonya tubuh akan mengalami Blue Baby Syndrome (kondisi dimana tubuh bayi berubah menjadi kebiruan karena kurangnya oksigen dalam darah) atau biasa dikenal juga dengan sebutan Methemoglobinemia (Fewtrell, 2004). Hal ini terjadi karena leaching, yaitu aktivitas dalam sektor agrikultural yang dapat menyebabkan air tercemar senyawa nitrat nitrit. Dikutip dalam artikel health.state.mn.us, jika air mengandung nitrat sebanyak 10mg/L dapat menyebabkan penyakit yang serius untuk bayi. Reaksi dari konsumsi air yang mengandung nitrat nitrit terlalu banyak adalah membuat sel darah merah berhenti melakukan tugasnya, yaitu membawa oksigen. Ketika hal ini terjadi pada bayi usia di bawah 12 bulan, maka tubuh bayi akan berubah menjadi kebiruan atau kecoklatan.
ADVERTISEMENT
Dampak Penggunaan Pupuk Kimia untuk Tanah
Jika penggunaan pupuk kimia terus digunakan dalam jumlah yang melebihi angka yang aman, dampak dari penggunaannya dapat berujung pada kualitas makanan untuk manusia. Tidak hanya manusia, bahkan dapat mematikan serangga yang memiliki rantai makanan alami. Jika kualitas makanan manusia kian memburuk, maka kesehatan manusia juga terancam memburuk akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan.
ditunjukkan dalam (Jote,2023) bahwa penggunaan pupuk kimia dengan jumlah yang berlebih menghasilkan penurunan tingkat nutrisi pada tanah seiring berjalannya waktu saat panen padahal telah disebutkan sebelumnya bahwa nutrisi yang baik di tanah diperlukan demi kualitas hasil panen. Selain itu, dikatakan dalam artikel oneearth.org bahwa penggunaan pupuk kimia merupakan pengaruh utama terjadinya greenhouse gas emissions. Gas emissions dapat menyebabkan kualitas udara menjadi buruk. Dalam buku (Wiley & Sons, 2002) disebutkan gejala bahwa udara memburuk adalah sakit kepala, mata yang kering dan gatal, sakit tenggorokan, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Penggunaan pupuk kimia merupakan hal yang inovatif karena dapat melakukan penyesuaian pupuk yang dibutuhkan tanah dan tanaman. Disamping hal yang menguntungkannya dalam penggunaan pupuk kimia untuk memudahkan kebutuhan pangan populasi manusia, penggunaan pupuk yang berlebihan ini benar-benar membawa masalah yang serius dan dapat berujung destruktif jika terus dinormalisasikan untuk generasi masa depan.
Pada tahun 2019, masyarakat FMIPA UI dalam artikel web sci.ui.ac.id melakukan pengenalan pupuk organik pada petani Desa Sembalun di Lombok, NTB sebagai solusi dari penggunaan pupuk kimia karena petani di desa tersebut ditemukan lebih memilih menggunakan pupuk kimia, maka masyarakat FMIPA UI membuat program Depot Pupuk Cair yang dapat diakses oleh petani desa setempat. Adanya pertanian yang organik ini dapat membuat petani lebih memperhatikan kondisi alam dan lingkungan dengan meningkatkan pengetahuan mereka dalam mengelola dan budidaya yang ramah lingkungan (Paryono et al., 2012). Penulis berharap semoga kedepannya lebih banyak manusia yang sadar dampak penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dapat berujung destruktif untuk generasi di masa depan.
ADVERTISEMENT
Referensi
Andriyani, D., & Juliansyah, H. (2020). Peningkatan Produktivitas Lahan Dan Pendapatan Petani Melalui Penggunaan Pupuk Organik Didesa Blang Gurah Kecamatan Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara. Jurnal Ekonomi Pertanian Unimal, 3(2). https://doi.org/10.29103/jepu.v3i2.3256
Fewtrell, L. (2004). Drinking-Water Nitrate, Methemoglobinemia, and Global Burden of Disease: A Discussion. Environmental Health Perspectives, 112(14), 1371–1374. https://doi.org/10.1289/ehp.7216
Jote, C. A. (2023). The Impacts of Using Inorganic Chemical Fertilizers on the Environment and Human Health Organic & Medicinal Chem IJ The Impacts of Using Inorganic Chemical Fertilizers on the Environment and Human Health. Organic and Medicinal Chemistry International Journal, 13(3). https://doi.org/10.19080/OMCIJ.2023.13.555864
Paryono, T. J., Samijan, Romdon, A. S., & Piay, S. S. (2012). Pertanian Organik (Persyaratan, Budidaya, dan Sertifikasi).
ADVERTISEMENT
Steg, L., & Groot, J. I. M. (2019). Environmental Psychology. http://psychsource.bps.org.uk/
Wiley, J., & Sons. (2002). Handbook of Environmental Psyhcology.