Konten dari Pengguna

Saat Sedih Membuatmu Menangis, Depresi Membuatmu Mati Rasa

Davina wanda Aulia
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
10 Juni 2025 17:35 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Tulisan dari Davina wanda Aulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Depresi.  Sumber: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Depresi. Sumber: freepik.com
ADVERTISEMENT
Pernah nggak sih, kamu merasa kosong, nggak semangat ngapa-ngapain, bahkan hal-hal yang dulu kamu suka sekarang terasa hambar? Bisa jadi itu bukan sekadar lelah atau sedih biasa, melainkan bisa jadi kamu sedang mengalami depresi. Sayangnya, masih banyak yang menganggap depresi itu cuma “kurang bersyukur” atau “baper berlebihan”, padahal kenyataannya jauh lebih serius. Depresi adalah kondisi kesehatan mental yang bisa memengaruhi perasaan, pola pikir, bahkan cara kita menjalani hidup sehari-hari. Lewat blog ini, yuk kita bahas lebih dalam soal depresi, mulai dari gejalanya, penyebabnya, sampai hal-hal yang bisa kita lakukan untuk saling membantu.
ADVERTISEMENT
Apa Itu Depresi?
Depresi merupakan gangguan mental yang dapat membuat seseorang merasa sedih berkepanjangan, kehilangan semangat untuk menjalani hidup, dan merasa kosong dalam waktu yang cukup lama. Depresi bukan hanya sekedar perasaan bersedih atau baper biasa. Tapi depresi adalah kondisi serius yang mempengaruhi bagaimana seseorang dalam berpikir, merasa, dan menjalani aktivitas sehari-hari seperti makan, tidur, kerja, atau aktivitas sosial lainnya. Depresi dapat di alami oleh siapa saja, tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau bahkan status sosial.
Seseorang yang mengalami depresi memiliki gejala yang berbeda-beda, namun secara umum seseorang yang mengalami depresi memiliki beberapa gejala umum, seperti: merasa hampa dan kosong secara terus menerus, sulit untuk fokus, sulit untuk mengambil keputusan, sulit untuk tidur (insomnia), muncul perasaan untuk menyakiti diri atau bahwa mengakhiri hidup, serta munculnya pikiran dalam diri seseorang bahwa “aku ini cuma beban” atau “semua yang terjadi ini karena kesalahan ku”.
ADVERTISEMENT
Sedih vs Depresi, Apa Bedanya?
Perbedaan utama dari rasa sedih dan depresi dapat terlihat dari penyebab, durasi, serta dampaknya terhadap kualitas hidup seseorang. Sedih merupakan emosi yang muncul sebagai bentuk respon dari suatu peristiwa atau situasi tertentu, biasanya perasaan ini bersifat sementara dan akan menghilang seiring dengan berjalannya waktu. Rasa sedih yang muncul pada individu juga biasanya memiliki penyebab serta pemicu yang jelas, seperti rasa kekecewaan ataupun kegagalan. Dapat dikatakan bahwa seseorang cenderung merasa sedih apabila terdapat peristiwa atau faktor pencetus yang jelas. Sedangkan, depresi merupakan salah satu bentuk gangguan kesehatan mental dan biasanya berlangsung dalam durasi yang lama serta mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Individu cenderung merasa hampa dan kehilangan rasa semangat serta motivasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Depresi tidak memiliki faktor pemicu yang jelas dan bahkan seringkali muncul secara tiba-tiba pada diri individu. Hal ini berakibat pada pikiran, emosi, persepsi, tingkat produktivitas serta perilaku seseorang secara jangka panjang terutama jika depresi tidak segera ditangani, karena depresi tidak dapat hilang dengan sendirinya.
ADVERTISEMENT
Kenapa Ya Depresi Bisa Terjadi?
Depresi tentunya tidak muncul begitu saja tanpa sebab. Depresi dapat muncul dari interaksi antara faktor biologis, psikologis, dan lingkungan. Ketiga faktor ini saling berhubungan dan dapat saling memperkuat, dengan hasil yang berbeda beda antar satu individu dengan individu lainnya.
Berdasarkan faktor biologis, depresi dapat disebabkan salah satunya karena faktor genetik. Kok bisa? Jadi, apabila keluarga kita, seperti ayah, ibu, dan saudara kandung, memiliki riwayat depresi, maka kita bisa memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami depresi dibandingkan dengan orang yang keluarganya tidak memiliki riwayat depresi. Selain itu, gangguan pada sistem hormon seperti saat menstruasi, pasca-melahirkan atau perubahan hormon tiroid dan hormon reproduksi juga dapat memicu terjadinya depresi.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, jika dilihat dari faktor psikologis, depresi sering kali berawal dari pola pikir negatif, perasaan rendah diri, dan trauma masa lalu yang belum terselesaikan. Orang yang terbiasa menyalahkan dirinya sendiri, merasa tidak berharga, dan memiliki pemikiran pesimis cenderung lebih rentan terhadap depresi. Pengalaman traumatis seperti kekerasan fisik, kehilangan atau berpisah dengan orang terdekat, dan terabaikan/tidak dipedulikan saat masa kecil dapat meninggalkan luka batin yang berdampak jangka panjang terhadap kesehatan mental.
Selanjutnya faktor lingkungan, lingkungan tempat kita tinggal dan bertumbuh memiliki peran besar terhadap kesehatan mental kita. Jika kita hidup di lingkungan toksik, penuh permusuhan, tekanan, dan minimnya dukungan sosial dapat membuat kita merasa terisolasi serta meningkatkan risiko depresi. Selain itu, beban kerja berlebih, kemiskinan/masalah finansial, konflik keluarga, hingga bullying, baik di dunia nyata maupun media sosial, adalah contoh yang dapat menjadi penyebab awal munculnya gejala depresi, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Peristiwa kehilangan mendadak seperti kematian orang tercinta, putus cinta, perceraian, atau kegagalan besar dalam hidup bisa menjadi titik balik emosional yang membuat seseorang mengalami depresi berat.
ADVERTISEMENT
Mengapa Depresi Harus Diperhatikan dan Apa Yang Bisa Kita Lakukan?
Depresi bukan sekadar perasaan sedih biasa, ia adalah gangguan mental serius yang bisa mengganggu berbagai aspek kehidupan seseorang, mulai dari kesehatan fisik, relasi sosial, hingga produktivitas akademik atau pekerjaan. Sayangnya, banyak orang masih menganggap depresi sebagai kelemahan atau sekadar “kurang bersyukur”. Padahal, jika dibiarkan tanpa penanganan, depresi bisa semakin memburuk dan berdampak pada risiko menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri. Inilah mengapa depresi perlu mendapat perhatian serius, bukan hanya dari individu yang mengalaminya, tetapi juga dari lingkungan sekitarnya.
Lingkungan sosial, seperti keluarga, teman, dan komunitas, memegang peran penting dalam proses pemulihan seseorang yang mengalami depresi. Dukungan emosional yang tulus dapat menjadi penopang ketika individu merasa tidak mampu lagi menanggung beban sendirian. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menciptakan lingkungan yang aman dan suportif. Ketika ada teman atau kerabat yang menunjukkan tanda-tanda depresi, hal pertama yang bisa kita lakukan adalah mendengarkan mereka tanpa menghakimi. Hindari memberi komentar yang meremehkan, seperti “kamu harusnya lebih bersyukur” atau “jangan baper”. Sebaliknya, berikan empati dan tunjukkan bahwa mereka tidak sendiri. Mengajak mereka melakukan aktivitas ringan bersama, menjaga komunikasi secara rutin, serta mendorong mereka untuk mencari bantuan profesional adalah bentuk dukungan nyata yang bisa kita berikan.
ADVERTISEMENT
Kita semua bisa menjadi bagian dari sistem pendukung yang membantu orang lain melewati masa sulitnya. Menumbuhkan kesadaran, menghapus stigma, dan menunjukkan empati adalah langkah-langkah kecil yang berdampak besar dalam membantu seseorang bertahan dan bangkit dari depresi.
Bagaimana Cara Kita Mengatasi Depresi?
Ngelawan depresi itu nggak bisa sendirian harus ada langkah yang tepat dan dukungan dari orang lain. Langkah awal yang bisa dilakukan adalah cari bantuan ke profesional, kayak psikolog atau psikiater, biar bisa dapet penanganan yang sesuai. Terapi, baik konseling maupun pengobatan, bisa bantu banget buat pelan-pelan pulih. Selain itu, penting juga buat jaga pola hidup sehat: tidur cukup, makan teratur, dan coba rutin gerak, meskipun cuma jalan kaki. Ekspresiin perasaan juga bisa bantu, misalnya lewat nulis, gambar, atau aktivitas lain yang bikin lega. Support dari teman atau keluarga juga nggak kalah penting, asal nggak nge-judge.
ADVERTISEMENT
Kalau kamu atau orang di sekitarmu lagi struggling sama depresi, jangan ragu buat cari bantuan. Sekarang udah banyak layanan yang bisa diakses dengan mudah, mulai dari psikolog kampus, puskesmas, dan lain sebagainya. Minta bantuan itu bukan tanda lemah, justru itu langkah awal buat nyembuhin diri dan bangkit lagi.
Depresi bukan akhir dari segalanya, tapi tanda bahwa seseorang butuh ruang, perhatian, dan bantuan. Memahami apa itu depresi dan bagaimana cara menghadapinya adalah langkah penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih peduli dan suportif. Kalau kamu sedang berjuang, ingat: kamu nggak sendiri, dan meminta bantuan bukanlah kelemahan, melainkan itu merupakan suatu keberanian. Mari sama-sama kita hilangkan stigma, mulai terbuka, dan saling menjaga! Karena dengan dukungan yang tepat, harapan dan pemulihan selalu mungkin untuk ditemukan.
ADVERTISEMENT