Konten dari Pengguna

Pupuik Ketopong Alat Musik Tradisi Minangkabau

Muhammad Malik
Seorang Mahasiswa Universitas Andalas, Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Sastra Minnagkabau yang sedang mengembangkan minat bakat dibidang kepenulisan.
20 Juni 2022 18:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Malik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Foto : https://pixabay.com/images/id-1262036/
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto : https://pixabay.com/images/id-1262036/
ADVERTISEMENT
Musik adalah ilmu yang mengandung unsur-unsur bunyi di dalamnya. Unsur-unsur bunyi inilah yang membuat musik memiliki irama dan rima yang beragam sehingga enak untuk didengarkan oleh telinga. Dalam pembentukkannya musik selalu melihat aspek-aspek yang ada di lingkungan sekitar seperti lingkungan sosial, ekonomi, dan lingkungan budaya yang ada di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dalam sejarahnya, musik ini dimulai pada peradaban Mesir sekitar 2000 SM. Pada saat itu musik sering sekali digunakan oleh bangsa Mesir untuk mengadakan pemujaan, jamuan-jamuan, dan juga hiburan-hiburan untuk para Raja Mesir pada zaman itu. Dengan adanya musik juga memunculkan alat musik yang membawa perubahan bagi dunia. Di Yunani musik juga berkembang pesat mereka percaya bahwa musik dibawa langsung oleh para Dewa-Dewi Yunani. Sehingga musik menjadi kesenian yang sangat sakral yang ada di Yunani.
Jika tadi yang dibicarakan adalah sejarah dari perkembangan musik yang ada di dunia. Bagaimana dengan perkembangan musik yang ada di Indonesia?
Musik di Indonesia berkembang dari zaman prasejarah yaitu dengan adanya imigran Pra-Melayu pada tahun 2500-1500 SM. Perpidahan penduduk yang berasal dari Asia Tengah ke Asia Tenggara membuat kebudayaan musik di Indonesia berkembang. Kebudayaan-kebudayaan yang dibawa oleh bangsa imigran tersebut menjadi kebudayaan turun-temurun yang ada di Indonesia saat ini. Lalu ada juga bangsa imigrasi dari Proto-Melayu yang ada pada zaman perunggu sekitar abad ke 4 SM.
ADVERTISEMENT
Bangsa Proto-Melayu yang pindah pada saat itu dapat melahirkan sebuah alat musik dari perunggu yang bernama Gong-gong yang ditemukan di Pulau Jawa. Dari sejarah tersebut bisa disimpulkan bahwa musik membawa perkembangan yang sangat pesat terhadap kesenian yang ada di dunia.
Alat musik yang mengiringinya pun juga beragam yang menciptakan melodi-melodi indah yang enak untuk didengar oleh masyarakat luas. Alat musik pada zaman dulu sering sekali dibuat dengan menggunakan bahan-bahan dari alam seperti bambu, kayu-kayuan, dan bahkan ada yang dari daun.
Pembuatan alat musik seperti itu saat ini masih banyak ditemukan di Indonesia terkhususnya di daerah Sumatera Barat. Daerah yang berbudaya Minangkabau ini memiliki banyak sekali kesenian dan kebudayaan yang sangat popular seperti Tari piring, Talempong, dan Saluang. Kesenian-kesenian itu masih sangat popular hingga saat ini di Minangkabau. Salah satu alat musik yang masih popular hingga saat ini adalah Pupuik Ketopong.
ADVERTISEMENT
Pupuik Ketopong adalah sebuah alat musik tiup yang digunakan untuk mengiringi alat-alat musik lainnya seperti Talempong dan Gandang. Alat musik ini dimainkan dengan cara ditiup dengan mengatur nada pada lubang besar yang terletak di bawah. Alat musik ini terlihat sederhana namun, sangat sulit dimainkan jika baru-baru mempelajarinya.
Proses Pembuatan
Proses pembuatan alat musik ini dibuat dengan cara sederhana yaitu dengan menyiapkan daun kelapa sebanyak 20 lembar. Setelah mendapat daun kelapa sebanyak 20 lembar lalu pisahkan daun dengan batang lidinya menggunakan alat pemotong seperti cutter/pisau. Setelah dipisahkan dengan cutter lalu digulung kecil-kecil hingga membentuk corong. Lalu lakukan seperti sebelumnya dengan menyambung pada daun pertama yang dibuat corong hingga kedua puluh lembar daun tersebut.
ADVERTISEMENT
Setelah selesai barulah dicari peniup untuk menghasilkan bunyinya. Peniupnya ini biasanya menggunakan batang padi yang sudah panen dan sudah dibersihkan dan sudah digiling. Padi yang seperti itu bisa di ambil batangnya untuk dijadikan peniupnya. Cara membuatnya dengan memecahkan pangkal padi menjadi tujuh pecahan, lalu dipotong bagian bawah agar tidak terlalu panjang peniupnya. Sehingga menghasilkan suara yang nyaring dan khas yang dapat digunakan sebagai peniup untuk Pupuik Ketopong ini.
Alat musik ini dibawa oleh suku Marapi di Minangkabau. Alat musik ini sering sekali digunakan sebagai pengiring acara-acara adat di Minangkabau. Biasanya memainkan alat ini disandingkan oleh Talempong dan Gandang sebagai alat musik pengiring untuk sebuah tarian-tarian dan pertunjukan randai di Minangkabau. Alat musik ini juga bisa digunakan untuk mengiringi arak-arakan pada acara pernikahan di Minangkabau sebagai pemeriah dari acara pernikahan tersebut.
ADVERTISEMENT
Alat musik seperti ini harus kita lestarikan karena alat musik ini termasuk unik dan jarang. Jika kita melihat pada alat musik modern alat musik ini sangat mirip dengan terompet hanya saja cara memainkannya yang sangat berbeda dari terompet.
Dari alat musik ini kita bisa melihat bahwa dari dulu pengrajin dari Minangkabau sangatlah ahli dalam membuat sesuatu yang unik dan berbeda dari daerah-daerah lain yang ada di Indonesia. Di Minang masyarakatnya masihlah sanagt bergantung pada alam mereka karena mereka berguru dengan alam tersebut dan juga sudah menjadi landasan atau motto bagi masyarakat Minangkabau yaitu Alam Takambang Manjadi Guru. Dengan motto itulah masyarakat Minangkabau hingga saat ini masih bergantung pada alam yang mereka miliki banyak segala jenis tumbuhan ataupun hewan yang dapat mereka manfaatkan dan mereka olah.
ADVERTISEMENT
Adanya kreatifitas itulah membuat mereka memiliki berbagai macam benda yang unik salah satunya alat musik Pupuik Ketopong ini. Pupuik Ketopong adalah salah satu dari sekian banyak alat musik Minang yang memanfaatkan tumbuh-tumbuhan.
melestarikan alat musik ini menjadi suatu kewajiban bagi kita generasi muda agar alat musik Pupuik Ketopong tidaklah musnah dan punah dalam peradaban di Minangkabau karena musik Pupuik adalah salah satu alat musik dari suku Marapi yang ada di Minangkabau. Jadi jika sampai hilang dari peradaban masyarakat Minangkabau tentu kita akan merasa sangat rugi karena kita tidak lagi mengetahui tentang alat musik ini dan cara pembuatannya.