Eksistensi Perempuan di Ranah Politik

Dea Ananda
Mahasiswi Jurusan Ilmu Politik, Universitas Andalas
Konten dari Pengguna
28 Juni 2022 20:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dea Ananda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber : http://unsplash.com/
zoom-in-whitePerbesar
sumber : http://unsplash.com/
ADVERTISEMENT
Dinamika persoalan keterwakilan dan eksistensi perempuan dalam ranah politik masih menjadi suatu persoalan dan perbincangan hangat dalam kehidupan masyarakat. Posisi perempuan yang dianggap sebagai makhluk kedua setelah laki-laki seringkali dianggap tidak mampu untuk menduduki suatu jabatan tertinggi dalam suatu pemerintahan. Lika-liku persoalan perempuan dalam kontestasi politik seperti tidak ada habisnya. Stereotip dan marginalisasi dari masyarakat terhadap perempuan menjadi suatu persoalan utama yang seringkali menjadi faktor penghambat perempuan untuk tidak ikut andil dalam dunia perpolitikan.
ADVERTISEMENT
Untuk menjawab stigma dan stereotip yang berkembang di masyarakat bahwasannya perempuan tidak mampu untuk mengambil keputusan dan untuk memimpin, harus dibuktikan dengan suatu keterwakilan perempuan dalam politik. Tak hanya itu, persoalan terkait dengan isu-isu yang berhubungan dengan perempuan, hak-hak perempuan yang harus diperjuangkan menjadi suatu alasan pentingnya eksistensi perempuan dalam ranah politik.
Partisipasi dan Peran Perempuan dalam Ranah Politik Indonesia
Posisi perempuan yang hanya sebagai second person atau makhuk kedua setelah laki-laki mengakibatkan kepada rendahnya partisipasi perempuan dalam ranah politik. Walaupun dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 telah menjelaskan bahwasannya keterwakilan perempuan dalam politik itu paling sedikit 30%, tetapi pada realitasnya partisipasi politik yang 30% tadi masih belum terpenuhi. Adapun perempuan yang terlibat dalam suatu ranah politik hanya mendapatkan posisi sebagai anggota saja, dan masih belum menempati posisi yang berperan sebagai pengambil kebijakan. Tidak bisa dipungkiri, bahwasannya persoalan terkait partisipasi perempuan dalam ranah politik masih menjadi sebuah tantangan yang besar.
ADVERTISEMENT
Membahas terkait perempuan dan politik memang menjadi suatu hal yang sangat rumit. Masih banyak perdebatan terkait dengan peran dan posisi perempuan. Namun, bisa kita lihat kembali bahwasannya partisipasi perempuan itu sangat penting dalam suatu pemerintahan mengingat masih banyak dinamika dan tumpang tindih dari isu-isu, dan hak-hak perempuan yang masih belum menemukan titik terang.
Banyak kita dengar sekarang ini berita terkait dengan pelecehan seksual yang sepertinya tidak menjadi suatu permasalahan yang serius, bahkan malah menyalahkan wanita yang menjadi korbannya. Selain itu, persoalan yang masih selalu menjadi suatu perbincangan di kalangan masyarakat yaitu terkait dengan persoalan kesetaraan gender.
Kesetaraan gender masih menjadi sebuah persoalan yang tidak pernah luntur dan lepas ketika membicarakan peran dan partisipasi politik perempuan dalam ranah politik. Isu gender yang terjadi akibat dari adanya perbedaan peran, sifat biologis, hak dan posisi serta kuatnya nilai budaya dan patriarki menempatkan suatu peran dan kedudukan antara perempuan dan laki-laki tidak setara. Kedua isu di atas menjadi suatu penguat bahwasannya peran perempuan dalam parlemen dan memerankan posisi sebagai pengambil kebijakan dalam pemerintahan sangat penting agar isu-isu dan hak-hak atas perempuan dapat diperjuangkan.
ADVERTISEMENT
Eksistensi Perempuan dalam Politik
Tidak bisa dipungkiri bahwasannya keberadaan atau eksistensi dari perempuan dalam ranah politik dan memainkan peran sebagai pemimpin atau pengambil kebijakan masih terbilang rendah. Minimnya keberadaan perempuan dalam ranah politik tak lepas dari faktor yang mempengaruhinya, baik itu dari diri perempuan itu sendiri ataupun dari pengaruh luar. Dari dalam diri perempuan itu sendiri contohnya, masih banyak perempuan yang tidak percaya diri dan takut untuk ikut andil dalam politik karena stigma negatif tentang politik yang berkembang dimasyarakat bahwasannya politik itu kotor.
Tak hanya sampai disitu, penulis beranggapan bahwasanntya dinamika dan hiruk pikuk perpolitikan di Indonesia saat ini memberikan pengaruh kepada diri perempuan itu sendiri bahwasannya perempuan tidak mampu untuk menghadapi persoalan tersebut yang akhirnya masih berdampak kepada hilangnya rasa percaya diri perempuan untuk ikut andil dalam ranah politik.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari faktor internal atau dalam diri perempuan itu sendiri kita juga tidak bisa memungkiri adanya faktor eksternal yang mempengaruhi minimya keberadaan perempuan dalam ranah politik. Faktor eksternal ini juga menjadi faktor yang selalu menjadi penghambat minimnya eksistensi perempuan dalam politik. Adanya budaya patriarki, pembagian kerja, marginalisasi terhadap peran perempuan, stigma bahwasannya perempuan tidak bisa memimpin dan mengambil keputusan, stereotip yang berkembang dalam masyarakat bahwasannya perempuan itu tidak tempatnya di ranah politik.
Faktor-faktor tersebut selalu saja menjadi perbincangan ketika membahas terkait isu dan persoalan perempuan dan politik. Hal ini yang kemudian menjadi sutu persoalan yang menarik untuk dibahas. Mimimnya eksistensi perempuan dalam ranah politik tidak hanya bisa dilakukan dengan upaya afirmative action yang menempatkan perempuan dalam ranah politik paling banyak 30%. Hal ini sepertinya tidak menjadi suatu solusi atau pengaruh yang signifikan untuk meningkatkan eksistensi perempuan dalam ranah politik.
ADVERTISEMENT
Afirmative action tidak cukup menjadi suatu solusi dalam melihat persoalan terkait dengan keberadaaan atau eksistensi perempuan dalam politik. Realitasnya, juga dibutuhkan solusi dari dalam diri perempuan itu sendiri untuk ikut andil dalam dunia perpolitikan. Perempuan harus lebih percaya diri bahwasannya perempuan mampu untuk ikut berperan dan berada pada ranah politik. Tak hanya itu pendidikan politik bagi perempuan juga menjadi hal yang urgen untuk mengatasi minimnya keterwakilan perempuan. Dengan adanya pendidikan politik bagi perempuan, perempuan lebih kritis lagi dalam mengangkat isu-isu serta hak perempuan yang harus diperjuangkan.
Membahas perempuan dan politik memang suatu pembahasan yang rumit dan tidak ada habisnya. Tetapi terlepas dari dinamika dan lika-liku persoalan perempuan dalam politik serta minimnya eksistensi perempuan dalam politik, tak sedikit juga banyak perempuan hebat yang mampu memimpin dan berjuang dan menginsipirasi banyak perempuan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kita tidak boleh lupa perjuangan Ibu Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan. Selain itu juga banyak tokoh-tokoh yang menginspirasi wanita di Indonesia seperti Rasuna Said seorang tokoh pejuang wanita asal Sumatera Barat yang memperjuangkan hak-hak perempuan, memperjuangkan pendidikan dan juga politik bagi perempuan.
Berkaca dari para tokoh politik dan emansipasi wanita di atas tidak dapat dipungkiri bahwasannya perempuan itu mampu untuk berperan dalam ranah politik, terlebih lagi Indonesia merupakan negara dengan sistem pemerintahan demokrasi yang mana dalam partisipasi politik memberikan hak yang sama kepada masyarakat untuk ikut andil dalam berbagai kegiatan politik. Sehingga dengan begitu tidak menutup kemungkinan perempuan untuk menjadi pemimpin dan mampu berperan sebagai pengambil kebijakan dan mampu mengangkat serta memberikan solusi atas berbagai dinamika isu-isu perempuan.
ADVERTISEMENT