news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Penyebaran Penyakit TB Paru Dipengaruhi Kondisi Hunian Lingkungan Masyarakat

Dea Imelda Putri
Mahasiswa Sosiologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
2 Desember 2022 14:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dea Imelda Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai sentral yang mewadahi berbagai aktivitas penduduk, kota seiring berjalannya waktu menyebabkan pertumbuhan penduduk meningkat setiap tahun. DKI Jakarta merupakan salah satu kota yang memiliki laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Meningkatnya pertumbuhan penduduk menyebabkan permintaan lahan permukiman makin bertambah, dampak yang harus diterima adalah lahan-lahan yang illegal dan lahan yang sebenarnya tidak diperuntukkan sebagai lahan permukiman menjadi alternatif untuk dijadikan sebagai tempat tinggal. Fenomena ini akan menjadikan suatu kawasan yang padat dan tidak layak huni, biasa dikenal dengan permukiman kumuh. Permukiman kumuh berpotensi terhadap peningkatan berbagai macam penyakit bagi penghuninya, salah satunya adalah penyakit pernafasan.
Potret lingkungan kumuh di kawasan DKI Jakarta, 26 Januari 2022. (Sumber : Youtube Urban Slums)
Pada data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta tahun 2021, penyakit pernafasan tuberkulosis (TB) paru merupakan kasus dengan prevalensi tertinggi. Kasus TB paru di DKI Jakarta tahun 2021 ditemukan sebanyak 26.854. Menurut WHO, Tuberkulosis paru atau dikenal dengan TB paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis), yang biasanya menyerang paru-paru dan dapat mengenai organ apa pun di dalam tubuh. Penyakit TB paru menjadi salah satu penyakit yang menular dan menyebabkan kematian di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Penyakit TB paru dapat menular melalui droplet yang terinfeksi di udara, ketika bakteri memasuki udara, siapa pun bisa tertular. Infeksi TB paru dibagi menjadi dua jenis berdasarkan tingkat keparahannya yaitu tuberculosis laten dan tuberkolosis aktif. Pada tuberkulosis laten, penderitanya masih memiliki sistem imun yang kuat sehingga berhasil untuk mencegah kuman ditubuh supaya tidak menular. Sedangkan tuberculosis aktif, kuman pada tubuh penderita sudah berkembang biak dan menyebabkan gejala sakit yang dapat menular. Gejala yang dialami penderita TB paru diantaranya batuk terusmenerus, demam dalam jangka waktu yang panjang, sesak napas, nyeri dada, batuk mengeluarkan dahak yang bercampur darah, berkeringat di malam hari tanpa melakukan aktivitas, berat badan dan nafsu makan yang menurun (Rima Dwi Yanatika, 2022).
ADVERTISEMENT
Penyebaran penyakit TB paru berhubungan dengan kondisi lingkungan yang dihuni dan perilaku individu yang tidak memperhatikan kesehatan. Menurut APHA (American Public Health Assosiation), lingkungan yang sehat atau layak huni harus memenuhi kebutuhan fisiologis dan perlindungan terhadap penularan penyakit. Kebutuhan fisiologis yang dimaksud seperti, ventilasi atau jendela, suhu ruangan dan pencahayaan. Ventilasi atau jendela berfungsi sebagai pergantian keluarnya udara yang tercemar, diganti dengan udara yang segar dan bersih untuk sirkulasi udara tempat masuknya cahaya ultra violet. Apabila ventilasi kurang baik maka suhu dan kelembaban di dalam rumah menjadi meningkat sehingga kuman tuberkolosis akan tumbuh berkembang biak dan mengkontaminasi penghuni rumah (Dina Faizah, 2014). Selain itu, kepadatan penghuni juga berdampak pada cepatnya penularan penyakit TB paru. Jumlah penghuni yang tidak sebanding dengan luas rumah akan menimbulkan overcrowded, apabila salah satu penghuni terinfeksi TB paru, hal tersebut akan mudah menularkan penyakit.
ADVERTISEMENT
Permukiman yang kumuh merupakan gambaran dari kepadatan penduduk, kawasan yang tidak teratur dan tidak terencana serta kondisi lingkungan hunian yang buruk. Permukiman yang kumuh berpotensi menjadi penyebaran penyakit pernafasan TB paru. Kondisi ventilasi atau kondisi jendela yang buruk, kepadatan hunian rumah, dan pencahayaan yang kurang dapat menyebabkan penyakit TB Paru menular dengan cepat. Masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh ini perlu meningkatkan kesadaran kesehatan dan memperhatikan lingkungan fisik, lingkungan sosial dan sanitasi permukiman. Dengan begitu, dapat mengurangi intensitas penyakit yang muncul akibat lingkungan yang kumuh.
(WHO), W. H. (2022). World Health Organization. Retrieved from https://www.who.int/indonesia/news/campaign/tb-day-2022/fact-sheets
Dina Faizah, E. S. (2014). Hubungan antara Kondisi Lingkungan Rumah dengan Masalah Kesehatan Respirasi di permukiman Kumuh Jakarta.
ADVERTISEMENT
Saebani, B. A. (2017). Sosiologi Perkotaan Memahami Masyarakat Kota dan Problematikanya. Bandung: CV Pustaka Setia.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2021). Badan Pusat Statistik DKI Jakarta Dalam Angka 2021.
Rima Dwi Yanatika, d. (2022, Juli 4). Unit Penunjang Universitas Airlangga Pusat Pelayanan Kesehatan. Retrieved from Mengenal Gejala TBC Paru: http://plk.unair.ac.id/mengenal-gejala-tbc-paru/