Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Bak Film Survival, Jelajahi Nusakambangan Berteman Sepi dan Hujan Deras
4 Januari 2025 17:17 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Dea nanda Saputri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Byurrr……byurrrr….byurrrrrr
Deburan ombak menerpa bibir Pantai, sebuah perahu nelayan telah sampai dengan selamat ditujuan. Turunlah sepasang sahabat bergender Wanita dan pria bersama pria paruh baya yang mengatur jalannya perahu tersebut.
ADVERTISEMENT
“nanti kalau mas dan mba nya sudah mau pulang, langsung kirim pesan atau telfon ke nomor yang tadi sudah dicatat yaa” ujar Pria paruh baya yang berprofesi sebagai nelayan.
Rabu, 28 Juni 2023, Sepasang sahabat berlibur ke pantai Pasir Putih Nusambangan Cilacap, sepasang sahabat itu adalah aku dan temanku Abil. Kami berangkat dari pantai teluk penyu pukul 09.30 WIB dan sampai dengan selamat di dermaga cagar alam nusakambangan sekitar pukul 10.00 WIB, Perjalanan kami di pulau Nusakambangan ditemani awan gelap yang menyelimuti langit.
Perjalanan dari dermaga cagar alam nusakambangan ke pasir putih membutuhkan waktu sekitar hampir 1 jam, kami melewati hutan cagar alam nusakambangan yang masih dihiasi pohon-pohon asri nan sejuk dipandang mata. Aku mengerutkan keningku berkali-kali, karena merasa bahwa pengunjung di hari itu hanya ada aku dan Abil, berkali-kali pula aku merasa ragu untuk melanjutkan perjalanan menuju pasir putih, namun Abil meyakinkanku untuk terus berjalan menyusuri hutan cagar alam itu. Tempat-tempat yang biasanya dipenuhi orang-orang berjualan pun sama sekali tak menunjukkan adanya tanda-tanda kehidupan.
ADVERTISEMENT
Ditengah perjalan dengan sengaja kami berdua melewati sebuah benteng terbengkalai yang berada di hutan cagar alam tersebut. Melewati benteng tersebut adalah ajakanku, padahal disisi benteng ada jalan lain yang terlihat lebih aman. Namun aku memaksa, karena melihat tanda panah yang mengarah ke benteng tersebut sebagai tanda jalan terobosan menuju pasir putih. Awalnya Abil menolak karena dia berfikir masih ada jalan yang lebih normal dibandingkan harus berjuang melewati benteng terbengkalai yang gelap dan lembap itu, tapi akhirnya dia menyetujui ajakanku.
Benteng terbengkalai tersebut adalah benteng Karangbolong yang sudah ada sejak jaman penjajahan, benteng tersebut dibangun oleh Belanda pada abad ke -19. Suasana benteng begitu gelap dan lembap, sesekali aku berpegangan pada lengan Abil untuk menghalau rasa takut dan gelisah. Siapa yang ajak siapa yang takut, begitulah kalimat yang cocok menggambarkan kondisiku saat didalam benteng, Abil terlihat santai sedangkan aku sudah merapalkan banyak doa didalam hati dengan jantung yang berdegup kencang.
ADVERTISEMENT
Sekitar 10 menit kami melewati benteng, akhirnya sampai dititik keluar benteng tersebut. Kami kembali melewati hutan cagar alam yang dikelilingi suara-suara hewan liar seperti monyet dan lain-lain. Dengan hati-hati aku memegangi tasku untuk waspada siapa tahu hewan liar tersebut menyerang kami atau mungkin menyerang barang bawaan kami.
11.05 WIB Disinilah kami sekarang, pantai pasir putih yang dihiasi beberapa batu karang dengan ukuran yang bervariasi, Aku dan Abil sama-sama senang melihat laut dan hamparan pasir berwarna putih yang begitu indah dan elok dipandang mata. Kesenangan kami luntur, sebab air hujan tiba-tiba turun dengan cepat tanpa permisi, aku dan abil berteduh disebuah warung tak berpenghuni yang terbuat dari kayu rotan dan sebagian kayu tersebut sudah rapuh. Setauku warung tersebut masih digunakan, mungkin karena cuaca yang tidak terlihat bersahabat dihari itu, membuat warung tersebut tak digunakan sementara.
ADVERTISEMENT
Pukul 11.20 WIB, aku dan Abil masih berdiam diri di warung tersebut, hujan makin lama makin tak beraturan, angin dan cipratan air hujan pun menerpa wajah kami berdua. Sesekali pandanganku melihat kearah laut lepas yang sudah diselimuti hujan deras, 1 dan 2 perahu yang sempat lewat sesaat setelah kami sampai di pasir putih pun sudah tidak terlihat, entah kemana perginya perahu tersebut.
Perasaanku kalut, rasa takut semakin lama mulai menyelimuti hatiku, aku berpikir apakah nelayan yang mengantarkan kita tadi ke pulau ini mau menjemput kami dengan cuaca ekstrim seperti ini. Pikiran burukku kian bermunculan, dari yang membayangkan kami tidak bisa kembali ke pantai Teluk Penyu Cilacap hingga berpikir bahwa kita akan bermalam disini ditemani hewan-hewan liar yang mengerikan. Aku mulai menepis pikiran itu, aku memandang Abil yang terlihat santai tanpa ada rasa takut sedikitpun, dia masih beranggapan bahwa hujan akan segera reda dan kita masih bisa bermain dipinggir pantai sambil menikmati indahnya pemandangan sekitar.
ADVERTISEMENT
“aku yakin ujannya bentar lagi reda, udah ga usah panik de” Ujar Abil.
11.50 WIB, hujan yang semula deras berangsur reda hanya tersisa rintik-rintik air. Aku pun sedikit lega, Abil mengajaku untuk bermain di pinggiran pantai. Kami pun mengabadikan foto dan video untuk kenang-kenangan, pantai Pasir Putih Nusakambangan sendiri sangat indah bila dilihat secara langsung, Batu karang yang menghiasi tepi pantai seakan menjadi pelengkap di tempat itu. Pantai Pasir Putih ini sudah banyak dikunjungi beberapa orang, walaupun membutuhkan perjuangan yang panjang untuk bisa sampai sini, namun rasa lelah akan terbayarkan dengan pemandangan yang indah dan manjakan mata. Aku sendiri sudah tiga kali mengunjungi pantai Pasir Putih Nusakambangan Cilacap ini, maka dari itu tidak ada kata bosan dariku untuk kembali ketempat ini kecuali kalau cuacanya seperti tadi, akan ku pikirkan kembali.
ADVERTISEMENT
12.15 WIB, beberapa pengunjung baru tiba di pasir putih, mungkin saja mereka menerjang hujan untuk sampai disini pikirku. Aku pun sedikit lega karena tidak hanya Abil dan aku saja yang berkunjung ke tempat ini dan nekat melewati cuaca mengerikan yang tidak dapat diprediksi kedatangannya.
“ternyata masih ada orang-orang kaya kita de, yang nekat kesini di cuaca buruk kaya gini haha” Ujar Abil.
Hampir 1 jam lebih aku dan Abil menghabiskan waktu di pantai itu, tak berselang lama hujan kembali datang, namun tidak terlalu deras seperti diawal tadi hanya terlihat rintik-rintik air. 13.20 WIB, aku dan Abil memutuskan untuk segera pergi ke dermaga cagar alam Nusakambangan dan kembali pulang ke pantai Teluk Penyu Cilacap.
ADVERTISEMENT
Karena hujan gerimis masih bertahan, alhasil rambut kami basah karenanya, seperti orang habis mandi. Namun kami tak menghiraukan hal itu, kami tetap melanjutkan perjalanan agar cepat sampai di dermaga. Sekitar pukul 14.00 WIB, kami sampai di dermaga, sebelumnya ditengah perjalanan pulang tadi aku sudah menelfon bapak nelayan yang mengantarkan kami kesini untuk segera menjemput, namun sayangnya sesampainya di dermaga perahunya belum terlihat, maka dari itu aku dan Abil memutuskan bermain sebentar di tepian dermaga sambil menunggu jemputan perahu. Air laut memang sedang pasang hari itu, jadi pasir putih yang ada di dermaga banyak digenangi air.
Saat sedang asiknya bermain, kami dikejutkan dengan adanya kapal pesiar besar yang melewati tempat kita berada, saking takjubnya aku dan Abil berteriak dan melambaikan tangan kepada kapal besar tersebut seolah-olah akan ada balasan dari kapal tersebut. Lucunya lagi, Abil berjalan ketengah-tengah sambil melambai-lambai kegirangan pada kapal tersebut. Melihat momen itu aku membayangkan seperti menjadi lakon dalam film survival, terdampar disebuah pulau dengan ditemani hujan dan kesunyian lalu berhasil diselamatkan oleh sekelompok penyelamat.
ADVERTISEMENT
14.30 WIB, Perahu nelayan yang menjemput kami akhirnya tiba, bapak nelayan tersebut tidak sendiri melainkan bersama beberapa penumpang yang hanya lewat untuk sekedar mengelilingi Nusakambangan menggunakan perahu. Aku dan Abil segera menaiki perahu tersebut, tidak lupa bapak nelayan tersebut memberikan kami rompi pelampung untuk berjaga-jaga, karena ternyata ditengah lautan sana anginnya sangat kencang dan ombaknya pun tinggi. Perahu pun jalan, belum selesai kami diterjang hujan, kami pun terombang-ambing diperahu dikarenakan ombak yang lumayan tinggi, namun untungnya perahu bapak nelayan ini bukan perahu yang terbuka, namun sebelah kanan dan kirinya ada penutup, jadi menghalangi beberapa cipratan air yang ingin masuk kedalam perahu.
Sekitar pukul 15.00 WIB, kami tiba di pantai teluk penyu, aku dan Abil segera turun, dan sesaat kami turun dari perahu hujan deras kembali melanda. Berbeda dengan kami para pengunjung yang turun dari perahu, bapak nelayan tadi kembali berlayar ketengah lautan ditengah hujan deras dan angin kencang, dipikiranku hanya satu apakah bapak itu akan kembali kedaratan dengan selamat?. Sampai sekarang itu masih menjadi pertanyaan misteri jika aku mengingat momen liburanku dengan Abil pada saat itu.
ADVERTISEMENT
Berkunjung ke Pantai Pasir Putih Nusakambangan Cilacap adalah momen paling berharga, aku dan Abil mengambil hikmah dari perjalanan liburan kami hari itu bahwa nyatanya tanggal sial tidak ada di kalender manapun. Walau liburan kami sedikit buruk berkat hujan deras namun kami senang bisa berkunjung kembali ke pantai Pasir Putih Nusamkambangan yang indah dan masih terjaga keasriannya sampai sekarang, begitu pula cagar alamnya yang masih asri dan rimbun tanpa tersentuh oleh manusia manapun.
Live Update