Konten dari Pengguna

Menuju ASEAN Berkelanjutan: Kerja Sama Ekonomi Sirkular sebagai Langkah Awal

Dea Amelia Putri
Mahasiwi S1 jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada
26 Juni 2021 14:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 14:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dea Amelia Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pemandangan hijau. sumber foto: https://libreshot.com/free-images/nature/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemandangan hijau. sumber foto: https://libreshot.com/free-images/nature/
ADVERTISEMENT
Kawasan ASEAN merupakan salah satu pasar terpenting di dunia mengingat letak geografisnya yang menjembatani kawasan Eropa dengan Asia Timur. Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Sekretariat ASEAN tahun 2020, selama 1980-2019 populasi di ASEAN meningkat tiap tahunnya, mencapai 655,9 juta jiwa di tahun 2019 (ASEAN, 2021). ASEAN menempati peringkat kelima dengan ekonomi terbesar di dunia setelah AS, Cina, Jepang, dan Jerman (ASEAN, 2021). Sejak 2000 hingga 2019, peningkatan GDP di ASEAN memperlihatkan tren yang positif. Hingga 2019, ASEAN menyumbang GDP sebesar 4,82 triliun Dolar AS (ASEAN, 2021). Tren positif dari jumlah GDP di ASEAN dan peningkatan jumlah penduduk ini sejalan dengan semakin banyaknya sumber daya dan energi yang harus digunakan untuk memproduksi jumlah barang sesuai permintaan pasar yang meningkat. Sayangnya, hingga kini ASEAN masih menggunakan sistem ekonomi linear “beli-pakai-buang” yang jika dilanjutkan akan mengakibatkan kelangkaan sumber daya dan semakin merusak kondisi lingkungan sekitar.
ADVERTISEMENT
Alternatif dari sistem ekonomi linear, yakni ekonomi sirkular. Karakteristik dari ekonomi sirkular berupa pelaku ekonomi memastikan sumber daya dapat digunakan selama mungkin dengan tetap memperhatikan nilai maksimum dari barangnya; memanfaatkan sumber energi terbarukan untuk produksi dan daur ulang; mengoptimalkan penggunaan dan menggunakan kembali semua produk, komponen, dan material produksi, sehingga dapat meminimalkan sampah. Tren peralihan menuju ekonomi sirkular terlihat dari beberapa negara yang telah menerapkannya, seperti Denmark, Italia, Prancis, dan Jepang. Sedangkan di kawasan ASEAN, Singapura menjadi negara yang memimpin peralihan menuju ekonomi sirkular. Dilansir dari laporan Badan Lingkungan Nasional Singapura, hanya 2% sampah Singapura yang akhirnya dibuang ke tempat pembuangan sampah, sementara 60% didaur ulang dan 38% dibakar untuk menghasilkan energi terbarukan (Visvanathan and Anbumozhi, 2018: 81).
ADVERTISEMENT
Jika dilihat, ekonomi sirkular sangatlah penting untuk mengurangi emisi CO2 di bumi dan mendorong terciptanya pembangunan berkelanjutan. Tulisan ini berargumen bahwa negara-negara di ASEAN perlu untuk saling bekerja sama agar terciptanya kawasan ASEAN yang berkelanjutan, salah satunya dengan menerapkan ekonomi sirkular. Elaborasi lebih lanjut mengenai urgensi dilakukannya kerja sama dan beralih menggunakan ekonomi sirkular dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, implementasi ekonomi sirkular dapat mengurangi ketergantungan pada pasar sumber daya di mana hal ini dapat mengurangi kerentanan suatu negara atau perusahaan terhadap biaya yang dihasilkan (Visvanathan and Anbumozhi, 2018). Konsep ekonomi linear yang terlalu bergantung dengan virgin materials akan membuat perusahaan maupun negara rentan terhadap kenaikan harga, terutama jika dalam keadaan krisis. Ekonomi sirkular bertujuan untuk memisahkan ekonomi dengan konsumsi sumber daya yang berlebihan, sehingga konsep ekonomi sirkular lebih menekankan implementasi 5R (Visvanathan and Anbumozhi, 2018: 76). Dengan begitu, implementasi ekonomi sirkular akan memberikan kondisi ekonomi yang cenderung lebih stabil.
ADVERTISEMENT
Kedua, ekonomi sirkular dapat membuka peluang kerja baru bagi masyarakat ASEAN. Salah satu karakteristik ekonomi sirkular adalah pentingnya penerapan reduce, reuse, repair, recycle, dan renewing. Proses tersebut membutuhkan kolaborasi antar stakeholders yang ada di mana hal ini akan membuka peluang kerja baru. Sebagai contoh, program Net-Work Philippines yang membeli jaring ikan bekas dari komunitas lokal dan mendaur ulangnya kembali menjadi karpet baru berbahan dasar nilon bekas (Visvanathan and Anbumozhi, 2018: 81). Program ini berkolaborasi dengan perusahaan Interface, Aquafil, dan Zoological Society of London. Dalam proses produksinya, komunitas lokal yang menjual jaring ikan bekasnya akan mendapat bayaran. Jaring dikumpulkan dan diekspor ke Aquafil dengan teknologinya untuk mengubah jaring ikan bekas tersebut menjadi bahan baku (benang nilon) untuk diproses menjadi karpet baru.
ADVERTISEMENT
Selain itu juga terdapat PT Enviropallets Bali yang bergerak di bidang perusahan manufaktur untuk menyediakan industri palet yang terbuat dari limbah plastik daur ulang alih-alih palet dari kayu. Perusahaan membeli sampah plastik dari pengepul sampah lokal dengan harga minimal US$0,09 per kilogram di mana hal ini menciptakan lapangan kerja bagi banyak orang (Visvanathan and Anbumozhi, 2018: 86). Model bisnis seperti ini tidak hanya membantu perusahaan akan kebutuhan berkelanjutan, tetapi juga ikut memberdayakan dan mendorong komunitas lokal untuk ikut serta dalam ekonomi sirkular. Ketiga, implementasi ekonomi sirkular yang dikombinasikan dengan ekonomi digital dapat menghasilkan keuntungan baru dalam aspek produktivitas dan efisiensi. Saat ini, ekonomi digital ASEAN menghasilkan pendapatan sekitar 150 miliar dolar AS per tahun (Wyes, 2018). Konektivitas dan e-commerce adalah komponen terbesar, masing-masing menyumbang 35%–40% dari keseluruhan pendapatan.
ADVERTISEMENT
Langkah ASEAN untuk beralih menuju ekonomi sirkular di satu sisi akan memberikan keuntungan tersendiri, terutama sebagai salah satu pasar terbesar di dunia. Negara-negara di dunia mulai berinvestasi dan bekerja sama menggunakan konsep ekonomi sirkular, misalnya Uni Eropa yang cukup ketat mengenai kebijakan ekonomi sirkular dan isu lingkungan. Hal ini seharusnya menjadi dorongan bagi ASEAN untuk mulai menerapkan ekonomi sirkular dengan memberikan kerangka kerja yang membutuhkan kolaborasi dari semua stakeholders yang ada. Kerja sama kolaboratif tersebut akan berdampak pada terciptanya lapangan pekerjaan baru serta memberdayakan komunitas sekitar. Selain itu, implementasi ekonomi sirkular akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Referensi
ASEAN, 2021. ASEAN Key Figures. [online] ASEAN Secretariat. Available at: https://www.aseanstats.org/wp-content/uploads/2020/11/ASEAN_Key_Figures_2020.pdf
ADVERTISEMENT
Enviro pallets bali. n.d. About PT. Enviropallets Bali. [online] Available at: https://enviropalletsbali.web.indotrading.com/about
Net-Works. n.d. About Net-Works - Net-Works. [online] Available at: https://net-works.com/about-net-works/#next-steps
Visvanathan, C. and Anbumozhi, V., 2018. Evolutionary Acts and Global Economic Transition: Progress of the Circular Economy in ASEAN. In: V. Anbumozhi and F. Kimura, ed., Industry 4.0: Empowering ASEAN for the Circular Economy. [online] Economic Research Institute for ASEAN and East Asia, pp.67-105. Available at: https://www.eria.org/uploads/media/ERIA-Books-2018-Industry4.0-Circular_Economy.pdf
Wyes, H., 2018. Connecting Sustainable Lifestyles, Industry 4.0, and the Circular Economy. In: V. Anbumozhi and F. Kimura, ed., Industry 4.0: Empowering ASEAN for the Circular Economy. [online] Economic Research Institute for ASEAN and East Asia, pp.36-66. Available at: https://www.eria.org/uploads/media/ERIA-Books-2018-Industry4.0-Circular_Economy.pdf
ADVERTISEMENT