Konten dari Pengguna

Cinta Bertepuk Sebelah Tangan: Aktivitas Otak Ketika Cinta Tertolak

Dea Nurul Hilaliyah
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
27 November 2024 6:27 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dea Nurul Hilaliyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar: Dea Nurul Hilaliyah
zoom-in-whitePerbesar
Gambar: Dea Nurul Hilaliyah
ADVERTISEMENT
Entah kepada orang yang tepat atau salah, yang berakhir bahagia atau justru menyisakan luka. Ketika jatuh cinta, kita merasakan kebahagiaan, tetapi tak jarang pula perasaan cinta berujung pada kekecewaan karena tertolak ataupun tidak terbalas.
ADVERTISEMENT
Beberapa orang akan merasa sangat kecewa terhadap penolakan, tetapi beberapa orang juga mampu bangkit dari keterpurukan meski dengan penyebab yang sama. Lantas, sebenarnya apa yang terjadi di otak–sebagai pusat kendali perilaku–ketika kita jatuh cinta dan cinta tersebut bertepuk sebelah tangan?

Bagian otak yang aktif ketika jatuh cinta

Tidak seperti yang tertulis pada puisi-puisi, cinta sebenarnya bukan datang dari hati melainkan aktivitas cinta ada dan dapat dilihat di otak. Ketika jatuh cinta, bagian sistem mesolimbik atau reward system pada otak menjadi sangat aktif (Kumar, 2023). Reward system memiliki peran yang besar terhadap rasa senang dan bahagia yang terdiri dari ventral tegmental bagian (VTA) dan nucleus accumbens (NAc) sebagai kunci dalam mendeteksi rangsangan “penghargaan” atau bahagia. Keduanya akan memproyeksikan dopamin ke hipokampus, korteks insula, hipotalamus, striatum, dan sistem limbik lainnya. Bagian-bagian tersebut banyak berperan melepaskan hormon-hormon jatuh cinta seperti dopamin, oksitosin, serotonin, adrenalin, endorfin, dan vasopresin.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2004, Bartels dan Semir Zeki melakukan penelitian menggunakan fMRI untuk memindai otak seseorang yang diberikan stimulus foto orang yang dicintai. Ketika melihat foto orang yang dicintai, bagian yang memproduksi dopamin di VTA nampak sangat aktif. Bagian tersebut merupakan sumber yang berisi 90% dopamin dalam otak.
Di saat yang bersamaan, bagian prefrontal korteks justru mengalami deaktivasi sehingga memperlemah fungsi yang seharusnya bertanggung jawab atas logika, pengambilan keputusan, dan moralitas. Oleh karena itu, seseorang yang jatuh cinta cenderung tidak logis dan sulit untuk disadarkan (Tarlacı, 2012).
Tidak mengherankan, bukan, jika seseorang yang jatuh cinta terkesan buta akan kenyataan objektif yang justru dapat membuat mereka terluka?! Contohnya, ketika orang yang dia cintai ternyata tidak merasakan hal yang sama atau yang kerap disebut cinta bertepuk sebelah tangan.
ADVERTISEMENT

Lantas, bagaimana pengalaman cinta bertepuk sebelah tangan atau romantic rejected diproses di otak?

Penolakan akan cinta memicu protes terhadap pujaan hati yang dipengaruhi oleh aktifnya sistem limbik terutama di bagian amigdala–pemberi respon emosional. Selain itu, aktivitas di hipotalamus meningkat yang memicu hormon kortisol–hormon stres. Adapun area yang aktif saat jatuh cinta juga mengalami penurunan meski tidak jauh berbeda.
Berdasarkan penelitian menggunakan fMRI kepada 15 orang yang tertolak cintanya tetapi tetap memikirkan orang yang dicintai dalam 85% waktu sadar, Tarlaci (2012) menyebutkan bahwa otak seseorang yang mengalami penolakan atau cinta bertepuk sebelah tangan memperlihatkan aktivitas di bagian yang tidak jauh berbeda dengan orang yang sedang jatuh cinta. Hal yang berbeda adalah intensitas aktifnya bagian nukleus akumbens kanan dan ventral palidum.
ADVERTISEMENT
Penelitian dengan alat yang sama–fMRI–juga dilakukan David, dkk (2020) yang mempelajari respon neuron terhadap penolakan romantis pada individu dewasa yang sehat. Hasilnya adalah terdapat korelasi antara penolakan maupun penerimaan cinta dengan aktivasi neuron, utamanya di bagian prefrontal korteks ventrolateral (vIPFC) dan insula anterior (AI) yang sebelumnya memang terbukti aktif ketika mendapat penolakan sosial atau pengucilan. Selain itu, bagian operkulum presentral juga aktif untuk merespon penolakan maupun penerimaan.
ADVERTISEMENT
Intinya, penelitian ini menjelaskan bahwa ketika seseorang mendapat penolakan atau penerimaan atas cinta, bagian-bagian di otak yang aktif berperan untuk memahami tujuan orang tersebut menolak/menerima dan berusaha untuk meregulasi emosi.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, otak memproses jatuh cinta sebagai perasaan bahagia melalui sistem mesolimbik atau reward system. Sebaliknya, penolakan atau cinta yang tidak terbalas mengurangi aktivitas reward system dan mengaktifkan bagian otak yang terkait dengan rasa sakit serta regulasi emosi. Oleh karena itu, penting untuk bijak dalam menyadari perasaan kita, baik saat jatuh cinta maupun menghadapi cinta yang bertepuk sebelah tangan agar tidak terjerumus dalam perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
ADVERTISEMENT
---
Referensi:
Bartel, A., & Zeki, S. (2004). The neural correlates of maternal and romantic love. NeuroImage, 21(3), 1155-1166. https://doi.org/10.1016/j.neuroimage.2003.11.003
Emanuele, E. (2008). Of Love and Death: The Emerging Role of Romantic Disruption in Suicidal Behavior. Suicide and Life-Threatening Behavior, 38(4), 482. https://psycnet.apa.org/doi/10.1521/suli.2008.38.4.482
Hsu, D. T., Sankar, A., Malik, M. A., Langenecker, S. A., Mickey, B. J., & Love, T. M. (2020). Common neural responses to romantic rejection and acceptance in healthy adults. Social Neuroscience, 15(5), 571-583. https://doi.org/10.1080/17470919.2020.1801502
Kumar, A. (2023). Neurobiological Pathways of Romantic Attraction: How do the Neurobiological Pathways Involved in Romantic Attraction Parallel Those Involved in Addiction and Reward? Intersect, 17.
Tarlacı, S. (2012). The Brain in Love: Has Neuroscience Stolen the Secret of Love? NeuroQuantology, 10(4), 744-753. http://dx.doi.org/10.14704/nq.2012.10.4.581
ADVERTISEMENT