Konten dari Pengguna

Mata Uang Sampah, Satu Solusi Berjuta Harapan

Deaninda Kirana
Mahasiswi Jurnalistik Universitas Padjadjaran
3 Juli 2024 15:01 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Deaninda Kirana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tumpukan Karung Sampah yang Berisi Berbagai Jenis Sampah di Bening Saguling Foundation. Foto: Syifa Khairunnisa
zoom-in-whitePerbesar
Tumpukan Karung Sampah yang Berisi Berbagai Jenis Sampah di Bening Saguling Foundation. Foto: Syifa Khairunnisa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Harapan, bukankah berharap merupakan sebuah hal yang cuma-cuma? Namun, terkadang untuk mencapai harapan yang kita inginkan, kita masih takut untuk melawan hal yang tampaknya lebih besar dari kita. Menakutkan rasanya, seperti melawan dunia. Padahal, asalkan berani mencintai sepenuh hati dan jiwa, kita dapat menaklukkan harapan kita sendiri.
ADVERTISEMENT
Itulah langkah yang berani diambil oleh yayasan yang terletak di Kabupaten Bandung Barat, tepatnya di Cihampelas. Yayasan Bening Saguling, namanya. Sejak berdiri pada tahun 2014 silam, Yayasan Bening Saguling hadir sebagai bentuk jawaban dari doa dan harapan masyarakat Kabupaten Bandung Barat.
Yayasan ini pada awalnya didirikan oleh seorang Sarjana Jurusan Matematika Universitas Padjadjaran yang bernama Indra Darmawan. Sebelum dikembangkan menjadi Yayasan Bening Saguling, yayasan ini adalah sebuah koperasi milik masyarakat yang dinamakan “Koperasi Bangkit Bersama”.
Berangkat dari permasalahan lingkungan dan kemiskinan di sekitar tempat tinggal Indra, tepatnya di Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat. Lokasi ini berada di dekat Sungai Citarum tepatnya di KM 77. Persoalan mengenai lingkungan dan kemiskinan menjadi hal-hal yang sering muncul di sekitar Sungai Citarum di KM 70 hingga KM 100.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, Bening Saguling berkomitmen untuk mengumpulkan sampah yang menutupi perairan Sungai Citarum yang setiap harinya mencapai 1,2 ton hingga 60 ton jika dikumpulkan dalam sebulan.
Melalui keresahan dari permasalahan tersebut, Bening Saguling memberikan solusi dengan mengedepankan tiga fokus utama penyelesaian masalah. Mulai dari pelestarian lingkungan, kesejahteraan sosial dan ekonomi, hingga pendidikan bagi masyarakat sekitar.

Menyulap yang Terbuang Menjadi Mata Uang

Pernahkah terlintas di pikiran Anda, bahwa sampah bisa dijadikan sebagai mata uang di suatu tempat? Ya, hal itulah yang diterapkan dalam Proyek Berbayar Sampah milik Yayasan Bening Saguling. Proyek Berbayar Sampah merupakan salah satu solusi yang ditawarkan Yayasan Bening Saguling sebagai solusi dari ketiga fokus utama masalah di kawasan sekitar Yayasan Bening Saguling.
ADVERTISEMENT
Proyek Berbayar Sampah ini menjadikan sampah sebagai mata uang pembayaran segala bentuk pelayanan masyarakat yang disediakan oleh Yayasan Bening Saguling. Tujuannya adalah, untuk mengedukasi masyarakat sekitar agar lebih peduli mengenai sampah di sekitar mereka dan untuk menanggulangi masalah sampah di sekitar Yayasan Bening Saguling.
Hingga saat ini, bentuk Proyek berbayar sampah milik Yayasan Bening Saguling ini ada dua, yaitu Klinik Berbayar Sampah dan Sekolah Berbayar Sampah.
Klinik Berbayar Sampah yang beroperasi setiap hari Rabu dan Jum'at di lingkungan Bening Saguling Foundation | Sumber : Syifa Khairunnisa
Klinik Berbayar Sampah ini diadakan secara rutin setiap hari Rabu dan Jumat untuk masyarakat sekitar Yayasan Bening Saguling. “Ya membantu banget, Teh. Soalnya obat yang dikasih dari kliniknya juga langsung dari puskesmas, bagus sekali obatnya. Gratis lagi, cuman ngumpulin sampah aja,” ujar Holisoh (52), salah satu warga sekitar Bening Saguling yang menggunakan jasa klinik berbayar sampah ini. Jenis sampah yang diterima oleh Bening Saguling juga tidak ditentukan.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, para warga yang ingin mendapatkan fasilitas jasa klinik ini tidak perlu merasa kesulitan untuk mencari spesifikasi jenis sampah tertentu. Tidak hanya jenisnya, jumlah sampah yang harus disetorkan juga tidak memiliki batas maksimal maupun minimal pengumpulan.
Anak-anak yang dibantu dan difasilitasi oleh Bening Saguling Foundation | Sumber : Syifa Khairunnisa
Selain kesehatan, Yayasan Bening Saguling juga peduli dengan pendidikan masyarakat sekitarnya. Berawal dari pola pikir Indra bahwa pendidikan itu hak semua anak. Pada tahun 2014 Indra Darmawan akhirnya mendirikan sebuah sekolah bagi anak-anak pemulung, kemudian dinamakan “Sekolah Berbayar Sampah”. Indra mendirikan sekolah tingkat kanak-kanak (TK) bernama Sekolah Alam Tunas Inspiratif dan sebuah sekolah binaan.
Tidak jauh berbeda dengan konsep Klinik Berbayar Sampah, seperti namanya, Sekolah Berbayar Sampah turut menggunakan sampah sebagai alat tukar pembayaran iuran sekolah. Sampah yang digunakan juga tidak ditentukan jenis dan jumlahnya. Meskipun, pada akhirnya murid-murid sekolah binaan memilih untuk mengumpulkan sampah anorganik, berbentuk sampah plastik, seperti botol-botol minuman bekas.
ADVERTISEMENT
Sekolah binaan yang dijalankan oleh Bening Saguling juga memberikan berbagai kegiatan edukatif yang menarik, sehingga anak-anak dapat mengeksplorasi minat dan bakatnya melalui kurikulum yang ditawarkan. “Biasanya bikin kotak keranjang, kotak tisu,” ujar Absar (13) salah satu murid binaan yang telah menjadi anak binaan Bening Saguling sejak dirinya masih menduduki bangku kelas 5 SD. Tidak hanya diberikan fasilitas sekolah, anak-anak dari sekolah binaan juga diberikan tempat tinggal oleh Bening Saguling.
Magot yang dibudidayakan Bening Saguling Foundation | Sumber : Syifa Khairunnisa
Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) mencatat bahwa jika dilihat berdasarkan jenis sampah, ada 42,52% sampah organik yakni sampah sisa makanan yang ada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Atas permasalahan tersebut Bening Saguling mencoba untuk mengelola sampah organik dengan metode konversi massa.
ADVERTISEMENT
Newton et al. (2005) mendefinisikan biokonversi sebagai salah satu perombak sampah organik yang diolah dengan proses fermentasi yang melibatkan makhluk hidup. Makhluk hidup yang berperan sebagai organisme perombak yaitu Black Soldier Fly (BSF). Larva BSF merupakan serangga yang memiliki kandungan nutrien tinggi sekitar 40-50% dengan kandungan lemak berkisar 29-32% menjadikan larva BSF sebagai pakan alternatif untuk peternakan.
Bening Saguling mengadaptasi metode tersebut dengan membudidayakan dan memanfaatkan siklus hidup serangga BSF. Siklus serangga BSF dimulai dari induk serangga BSF yang dirawat di dalam sebuah jaring-jaring kotak berwarna hijau, lalu induk serangga BSF bertelur. Setelah 3 hari, telur tersebut berubah menjadi sebuah larva yang biasa disebut dengan maggot. Maggot memiliki manfaat yakni, sebagai pengurai bahan organik yang dapat mereduksi 35-45% masa limbah (Diener et a;.,2009).
ADVERTISEMENT
Maggot-maggot tersebut dikumpulkan oleh Bening Saguling ke dalam suatu tempat yang isinya merupakan sampah-sampah organik. Maggot akan memakan sampah-sampah tersebut dan akhirnya melemah. Tak berhenti sampai di situ, manfaat dari maggot-maggot tersebut digunakan oleh Bening Saguling sebagai pakan ayam. Ayam-ayam yang diberikan pakan dari maggot ini menghasilkan kualitas telur yang kaya dengan nutrisi dan albumin.
Selain itu, proyek ini memiliki keunggulan utama, yaitu tidak sedikitpun sampah yang tersisa pada setiap proses siklusnya, sehingga proyek ini menjadi metode yang efektif untuk mengelola sampah, dan proyek ini dinamakan Eggcologic.

Menjadi Harapan Masyarakat Sekitar

Metode yang dilakukan oleh Bening Saguling dalam memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat, pada dasarnya dapat memberikan manfaat positif, serta kemudahan bagi yayasan ini untuk mengumpulkan sampah yang ada pada masyarakat. Selain itu, konsep memberikan fasilitas jasa yang dibayarkan dengan mata uang sampah ini, dapat menumbuhkan kebiasaan atau rutinitas yang baik bagi masyarakat sekitar dalam menumbuhkan rasa kepedulian untuk tidak membuang sampah secara sembarangan.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, konsep mata uang sampah juga dapat memberikan kesan bahwa sampah juga dapat memberikan manfaat bagi setiap orang. Ketua Operasional Bidang Lingkungan dan Sosial, M. Dzikri Fauzan, menjelaskan bahwa hasil sampah yang telah dikumpulkan oleh para warga yang ingin mendapatkan fasilitas jasa klinik dan anak sekolah binaan tersebut, kemudian akan diolah langsung oleh Bening Saguling untuk dijadikan plastic board (papan plastik) biasanya dari jenis MLP (Multi Layer Pack) HDPE (Kantung Kresek) sama PP (Plastik Lembaran Bening). Selain diolah secara langsung, hasil dari sampah yang potensial, sebagian akan dijual kepada pabrik pengolahan dasar daur ulang yang lebih besar.
Hadirnya Bening Saguling mendapatkan respon positif oleh masyarakat sekitar. Bagi Holisoh, Bening Saguling cukup membantu keluarganya dalam mengorganisir sampah rumah tangganya. “Jadi teh, sampah di rumah teh, bersih gitu. Jadi diangkat sama dia, seminggu dua kali,” ujar Holisoh. Meskipun ia masih harus membayar uang sampah kepada Bening Saguling sebesar Rp 20.000 per-bulan.
ADVERTISEMENT
Namun, jika dibandingkan dengan membayar jasa sapu jagat, Holisoh merasa lebih hemat dengan bantuan Bening Saguling. Selain itu, dengan adanya solusi mata uang sampah, Holisoh mewakili warga sekitar merasa mendapatkan manfaat dari fasilitas-fasilitas yang diberikan, serta merasa bersyukur ketika melihat anak-anak murid TK Sekolah Alam Tunas Inspiratif dan sekolah binaan mendapatkan berbagai pembelajaran dari Bening Saguling.
Lebih jauh daripada itu, Yayasan Bening Saguling juga merupakan sebuah wujud pengharapan untuk anak-anak kurang beruntung seperti korban broken home, yatim piatu, atau bahkan anak pemulung yang tidak memiliki tempat tinggal layak.
“Iya, kalau anak-anak sekolah binaan, itu sekolah formalnya kami sekolahkan di luar. Biasanya masih sekitar sini, namun untuk tinggal dan biaya sekolah atau biaya hidup mereka semua ditanggung oleh Yayasan Bening Saguling,” ujar Dzikri (21) selaku Ketua Operasional Bidang Lingkungan dan Sosial.
ADVERTISEMENT
Memang sudah menjadi kodratnya bahwa sampah adalah barang yang sudah tidak memiliki nilai guna lagi dan harus dibuang pada tempatnya. Namun, bukan berarti sampah tidak perlu memiliki manajemen pengelolaan yang baik lagi karena sudah tidak memiliki nilai guna.
Justru, manajemen pengelolaan sampah yang buruk akan menimbulkan akar masalah baru yang lebih berbahaya, seperti timbulnya bau tak sedap, bahkan menyebarkan penyakit ke masyarakat di sekitar tempat pembuangan sampah.
Padahal sebenarnya, melalui manajemen pengelolaan sampah yang baik, sampah yang pada awalnya sudah tidak memiliki nilai guna, bisa disulap menjadi barang yang kembali memiliki nilai guna, bahkan nilai jual tinggi. Oleh karena itu, pengelolaan sampah merupakan hal yang sangat penting baik itu untuk pelestarian lingkungan, atau bahkan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat di sekitar pembuangan sampah. Siapa sangka, dibalik hadirnya pengelolaan sampah yang baik, merupakan sebuah wujud pengharapan dan jawaban doa dari masyarakat sekitar.
ADVERTISEMENT