Wingko Babat LLI, Resep Tradisional Asli: Wingko Legendaris di Lamongan

Dea Novi
Mahasiswa Prodi Ilmu Sejarah, Universitas Airlangga Surabaya
Konten dari Pengguna
20 Oktober 2020 10:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dea Novi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Wingko Babat Loe Lan Ing (Foto: Instagram @loelaning)
zoom-in-whitePerbesar
Wingko Babat Loe Lan Ing (Foto: Instagram @loelaning)
ADVERTISEMENT
Wingko Babat merupakan jajanan sejenis kue yang memiliki tekstur lunak dengan cita rasa legit dan aromanya yang khas. Makanan berbentuk bulat ini terbuat dari tepung beras ketan dipadukan dengan gula dan parutan kelapa muda. Kuliner tradisional khas kota Lamongan ini sering dijajakan oleh pedagang asongan disekitar stasiun dan terminal kota. Makanan ini wajib dijadikan sebagai buah tangan bagi para pelancong yang datang ke Lamongan. Namun tahukah kalian, bahwa di Lamongan terdapat toko legendaris yang menjual panganan ini. Pemilik resep asli Wingko dari leluhur yaitu Omah Wingko Babat Loe Lan Ing.
ADVERTISEMENT
Sejarah Wingko Babat
Omah Wingko Babat Loe Lan Ing yang terletak di Jl. Raya Babat – Bojonegoro No.189, Banaran, Babat, Kabupaten Lamongan merupakan produsen Wingko Babat yang pertama. Toko ini didirikan oleh Loe Lan Ing sejak tahun 1898. Ayahnya yang bernama Loe Soe Siang adalah pencipta dari resep Wingko Babat. Dia merantau dari Tiongkok dan menetap di Babat. Pada masa itu, Loe Soe Siang menghidupi kedua anaknya yakni Loe Lan Ing dan Loe Lan Hwa dengan menjajakan Wingko Babat. Resep ini kemudian diturunkan kepada anak-anaknya. Loe Lan Ing bersama dengan suaminya, Go Kiaw Ken, mendirikan toko Wingko Babat di Lamongan. Sedangkan Loe Lan Hwa merantau ke Semarang bersama dengan suami.
ADVERTISEMENT
Loe Lan Hwa dan suaminya, The Ek Tjong (D. Mulyono) merantau ke kota Semarang pada tahun 1944 di tengah kecamuk Perang Dunia II. Mereka kemudian membuat dan menjajakan Wingko Babat di Semarang tahun 1946. Awalnya wingko yang mereka jual belum memiliki label. Kemudian mereka sebut wingko tersebut dengan nama Wingko Cap Spoor, diambil dari bahasa Belanda berarti “Kereta Api” karena lokasi berjualan mereka di stasiun Tawang, Semarang. Saat ini berganti nama menjadi Wingko Babad Cap Kereta Api karena menyesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia.
Telah Digemari Sejak Zaman Kolonial
Puisi Wingko (Foto: Dea Novi)
Sejak zaman kolonial Belanda, Wingko Babat telah populer baik dikalangan penduduk lokal maupun bangsa Belanda. Dalam tulisan perjalanan Dr. Coert yang dimuat di koran Soerabaijasch Handelsblad (Surat Kabar Perdagangan Surabaya) menyebutkan bahwa pada tahun 1934, di Babat terdapat kuliner yang sangat terkenal akan kelezatannya yaitu “Wingko”.
ADVERTISEMENT
Usaha Wingko yang dirintis oleh Loe Lan Ing bersama suami ini tetap bertahan dan diwariskan kepada anak cucunya. Wingko Babat Loe Lan Ing diwariskan kepada anaknya yang bernama Go Kiok Nio dan Go Kiok Hien sebagai generasi ketiga. Kemudian dilanjutkan kepada generasi keempat yaitu Kristiana, anak dari Go Kiok Nio.
Merek LLI dengan Identitas Ganda
Kemasan Wingko Babat Loe Lan Ing (Foto: Instagram @loelaning)
Kristiana bersama dengan suaminya yakni Supriyadi Gondokusumo mengembangkan produksi Wingko Babat Loe Lan Ing dengan memodernisasi kemasan wingko yang awalnya berupa daun pisang beralih menggunakan kertas dengan desain khusus. Pada generasi ini pula industri Wingko Babat Loe Lan Ing memperoleh izin usahanya di tahun 1951.
Bila dicermati secara seksama, label Loe Lan Ing ini disingkat LLI dan dibawahnya tertulis “Lunak Lezat Istimewa”. Nama merek LLI memiliki identitas ganda karena sempat mengalami perubahan dari ‘Loe Lan Ing’ menjadi ‘Lunak Lezat Istimewa’ saat muncul Ketetapan MPR Sementara (MPRS) No.32 Tahun 1966 yang tidak memperbolehkan penggunaan aksara dan bahasa Cina untuk media massa dan toko/perusahaan.
ADVERTISEMENT
Wingko Tampil Kekinian
Varian Rasa Wingko (Foto: Instagram @loelaning)
Saat ini industri Wingko Babat Loe Lan Ing dikelolah oleh Olivia Gondo, generasi kelima, bersama suaminya yakni Setiabudi. Di tangan Olivia Gondo, ketenaran Wingko Babat semakin melejit karena pemanfaatan media sosial oleh Olivia sebagai media promosi dan pemasaran.
Untuk dapat memenuhi pesanan, industri Wingko Babat Loe Lan Ing juga memanfaatkan teknologi mesin dalam proses penggilingan beras ketan dan pemarutan kelapa. Tapi masih mempertahankan proses pembakaran yang tradisional yakni dengan menggunakan tungku batu. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan wingko dengan kualitas tekstur yang lunak dan rasa yang klasik.
Selain mempertahankan cita rasa yang klasik, Wingko Babat Loe Lan Ing pun berinovasi dengan varian rasa terbaru seperti rasa coklat, keju, durian, dan nangka. Selain itu, terjadi pembaruan dalam segi arsitektur toko yang semula bergaya klasik direnofasi menjadi gaya industrial kekinian.
ADVERTISEMENT
Kini kalian tidak perlu jauh-jauh datang ke Lamongan untuk mencicipi wingko dengan resep asli tradisional karena telah dibuka beberapa cabang Wingko Babat LLI di luar kota Lamongan, serta dapat melayani pemesanan baik ke luar kota hingga luar pulau.
Dea Novi Mahfiro, Mahasiswa Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga Surabaya.
Sumber:
Husain, S.B., dkk. 2018. Sejarah Lamongan dari Masa ke Masa. Surabaya: Airlangga University Press.
Natadjaja, Listia dan Elisabeth Christine Yuwono. 2017. Kearifan Lokal Kemasan Panganan Tradisional. Yogyakarta: ANDI.
Nur Lailatun Nimah, Etnis Cina Babat: Perkembangan Kota dan Potensi Kuliner Khas Lamongan Tahun 1942 – 1998, diakses dari http://lailahistoria-fib11.web.unair.ac.id/artikel_detail-109949-History%20Sentris-Etnis%20Cina%20Babat.html