news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Saweran pada Masa Lebaran Ala Adat Sunda

Deantama Dzikrika
Mahasiswa Jurnalistik, Universitas Padjadjaran yang masih lontang-lanting nyari passion.
Konten dari Pengguna
13 Mei 2022 20:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Deantama Dzikrika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kegiatan saweran pada saat halalbihalal di Pasirhayam, Cianjur, Jawa Barat
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan saweran pada saat halalbihalal di Pasirhayam, Cianjur, Jawa Barat
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian kelompok di suku Sunda, kumpul-kumpul dengan keluarga atau dengan orang lain merupakan suatu kegiatan yang sakral. Berbagai macam kegiatan saat kumpul-kumpul di suku Sunda pun memiliki namanya masing-masing, di antaranya ada sungkeman, ngadulag, nyekar, botram, munggahan, nyadran, papadangan, dan masih banyak lagi. Salah satu kegiatan yang paling menarik di adat Sunda adalah saweran.
ADVERTISEMENT
Budaya atau tradisi saweran merupakan sebuah budaya menaburkan benda-benda kecil (uang, beras, permen, beras, dll.) oleh pemilik acara kepada para hadirin. Meski begitu, tata cara tradisi saweran atau yang kegiatannya biasa disebut dengan nyawer itu berbeda-beda di tiap daerahnya. Tempat pelaksanaan kegiatan nyawer ini juga berbeda-beda, ada yang ketika nikahan, syukuran, dan juga halalbihalal. Meski pada masa sekarang saweran lebih terlihat ketika nikahan, tetapi tidak menghilangkan fakta jika saweran pun hadir ketika hari lebaran tiba.

Saweran Memiliki Makna yang Positif

Pada salah satu perhelatan halalbihalal suatu keluarga di Cianjur kemarin, terlihat adanya kegiatan saweran di tengah-tengah acara berlangsung. Kang Dikdik selaku master of ceremony (MC) bercerita sebelum melaksanakan kegiatan saweran, sebenarnya acara saweran tersebut melambangkan rasa syukur atas rezeki yang diberikan oleh Tuhan dan juga agar terus ingat akan rasa berbagi dengan orang lain. Biasanya kegiatan saweran tersebut dilaksanakan oleh seorang tetua sembari membacakan doa.
ADVERTISEMENT
Berbagai macam benda yang akan disawerkan sebenarnya memiliki filosofi atau maknanya tersendiri. Beras bermakna kesejahteraan, uang bermakna kemakmuran, permen bermakna kehidupan yang pahit harus diselesaikan dengan yang manis. Berbagai benda tersebut memiliki makna yang berbeda pula apabila saweran dilaksanakan di beda tempat. Apabila dilaksanakan di acara nikahan, biasanya terdapat kunyit sebagai simbol obat dan makanan.
Tradisi saweran ini sebenarnya tidak diketahui kapan awal mula dilaksanakannya, tetapi kegiatan saweran di acara halalbihalal keluarga biasanya terjadi secara turun menurun. Fakta bahwa tradisi saweran tetap ada hingga sekarang seakan-akan menandakan makna dari kegiatan tersebut tercapai dan benar adanya.

Meningkatkan Rasa Semangat dan Rasa Persaudaraan

Kegiatan halalbihalal
Sebelum dilaksanakannya kegiatan saweran, acara halalbihalal keluarga ini terasa cukup membosankan dan masing-masing orang hanya berbincang dengan keluarga kecilnya saja. Namun, ketika kegiatan saweran akan dimulai, para hadirin yang datang berbondong-bondong mendatangi tempat saweran dan tak sedikit pula yang mengeluarkan gawainya untuk merekam keadaan. Ketika penyawer mulai melemparkan benda-benda, sontak para hadirin mulai berteriak seru dan berkeliaran mencoba mengambil benda-benda yang dilempar penyawer.
ADVERTISEMENT
Dari yang mulanya keadaan cukup membosankan, dengan adanya kegiatan saweran semua orang mulai bergerak dan memperlihatkan semangat mereka. Tak sedikit juga orang-orang berebut dan bercanda dengan yang lainnya ketika benda saweran jatuh di dekat mereka. Mau itu orang dewasa atau anak-anak; perempuan atau laki-laki, mereka saling bersaing dan berebut benda-benda saweran. Meski terbilang singkat, tetap saja kegiatan saweran ini membawakan keseruan yang tidak sering ditemukan di berbagai tempat.