Konten dari Pengguna

Moms, Nusantics Dukung Kebijakan PTM, Serukan Gerakan Anak Kembali ke Sekolah

Dear Moms
dedicated for all moms and moms-to be. Let’s share inspirations and positive vibes to our motherhood!
29 November 2021 10:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dear Moms tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak sekolah tatap muka atau pembelajaran tatap muka (PTM). Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak sekolah tatap muka atau pembelajaran tatap muka (PTM). Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Nyaris dua tahun tak ada Pembelajaran Tatap Muka alias PTM buat anak-anak sekolah. Pandemi COVID-19 yang melanda dunia jadi faktornya.
ADVERTISEMENT
Alhasil, kegiatan sekolah berlangsung secara daring dan menimbulkan berbagai konsekuensi psikologis. Bukan hanya kepada anak-anak dan tenaga pengajar, namun juga kepada orang tua.
Menurut Hasil riset Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menyatakan, efek jangka panjang tidak bersekolah secara tatap muka mengakibatkan anak akan berisiko kurang kompetitif saat menghadapi dunia kerja dan potensi pengurangan pendapatan hingga -3% seumur hidup.
Melihat dampak negatif dari ditutupnya sekolah, tercatat ada 175 negara di dunia yang telah membuka sekolah, baik sebagian maupun seluruhnya.
Sejalan dengan berjalannya program vaksinasi nasional kepada tenaga pengajar dan untuk meminimalkan learning loss serta dampak psikologis yang bisa berakibat permanen, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbud Ristek) telah memulai kegiatan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan persyaratan khusus.
ADVERTISEMENT
Dalam konferensi pers yang diselenggarakan Nusantics secara daring pada 25 November 2021, Gita Wirjawan menyampaikan bahwa kebijakan PTM harus didukung dengan tetap menjalankan prinsip kepekaan, kehati-hatian, dan juga penuh kebijaksanaan.
"Pada situasi penuh tantangan saat ini, kebijakan PTM harus didukung untuk menyiapkan generasi muda untuk kepentingan jangka panjang. Namun harus tetap dilakukan dengan prinsip kepekaan, kehati-hatian, dan juga penuh kebijaksanaan dari berbagai pihak, mengingat kondisi setiap wilayah khususnya di kota besar dan kecil sangat berbeda," ucap Gita.
Sejalan dengan gagasan yang disampaikan oleh Gita Wirjawan, psikolog klinis anak Roslina Verauli mengatakan kalau orang tua harus memahami kebutuhan anak untuk kembali bersekolah dan menjalin relasi sosial dengan teman-temannya.
"Dalam situasi dilematis saat ini, orang tua butuh menunjukkan bahwa mereka memahami kebutuhan dan kekhawatiran anak untuk kembali ke sekolah, serta bertemu dengan teman-teman untuk menjalin relasi sosial. Orang tua juga harus memastikan dapat hadir dan memberikan dukungan dengan melibatkan teknik positive parenting," ujarnya.
ADVERTISEMENT

Anak 'Kembali ke Sekolah' bersama Nusantics

Dalam rangka membantu meningkatkan kepercayaan orang tua, tenaga pengajar, serta para siswa untuk melakukan PTM dengan aman dan nyaman, Nusantics selaku perusahaan bioteknologi meluncurkan kampanye dan kegiatan nasional 'Kembali ke Sekolah' bersama Nusantics.
Melalui kapabilitas utama dalam hal teknologi dan riset berbasis mikrobioma, Nusantics memberikan solusi komprehensif yang terdiri dari surveilans pada warga sekolah dengan PCR gargle (kumur) yang nyaman bagi anak, serta pemeriksaan kandungan virus dan sirkulasi udara di ruang kelas dengan layanan Air Scan.
Hasil penelitian pro-bono Nusantics pada 121 ruang kelas pada SDN di Jakarta menyatakan bahwa 119 ruang kelas terdeteksi aman pada periode sample September hingga Oktober 2021. Co-Founder dan CEO Nusantics, Sharlini Eriza Putri mengungkapkan kalau deteksi virus COVID-19 di udara dengan metode PCR dan pengukuran sirkulasi udara penting dilakukan untuk mengurangi resiko penularan dan memastikan keamanan proses PTM.
ADVERTISEMENT
"Kami menyadari ini adalah situasi yang dilematis, namun demi kebaikan jangka panjang dari sisi intelektualitas dan psikologis, PTM harus dilakukan dengan hati-hati. Oleh karena itu deteksi virus COVID-19 di udara dengan metode PCR dan pengukuran sirkulasi udara sangat penting dilakukan untuk memitigasi risiko penularan dan menentukan langkah strategis dalam memastikan keamanan ruangan kelas dan lingkungan sekolah," ujarnya.