Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Efek Kepadatan di KRL Jabodetabek
24 Oktober 2024 16:31 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Debora Michelle Valencia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Naik kereta aja biar gak macet. Kereta emang gak macet ya?”
ADVERTISEMENT
“Naik kereta jam kerja, emang bisa duduk di KRL? napas saja susah”
Kereta rel listrik atau seringkali kita sebut KRL, merupakan transportasi publik yang besar, murah meriah, dan ramah lingkungan. Menurut data PT. Kereta Commuter Indonesia (2024), kereta ini mampu menampung 2 hingga 3 ribu penumpang dalam sekali jalan dan telah digunakan sebanyak 950.000 orang per harinya. Dilengkapi dengan 12 gerbong dalam 1 kereta, ditambah tarif yang sangat terjangkau mulai dari Rp3.000 hingga termahal Rp10.000, kita bisa berpergian antar Jabodetabek sesukanya. Jadwal keberangkatan kereta ini setiap 10 hingga 20 menit sekali juga sangat memudahkan kita untuk menggunakan kereta. Tak heran, kereta ini digemari oleh banyak masyarakat dimulai dari pelajar yang berangkat sekolah antar wilayah, pedagang, masyarakat umum, hingga orang kantoran pun menggunakan KRL ini untuk menunjang dalam berpergian sehari-harinya.
ADVERTISEMENT
Macet di KRL? Emang bisa
Macet di jalan raya pasti sudah biasa kita tahu, tapi apa jadinya jika kereta juga macet? Betul, kereta juga bisa macet loh. Macet di KRL bukan karena keretanya yang antre, tetapi orangnya yang antre dan sangat padat. Kok bisa begitu? Pada dasarnya kereta ini memiliki daya tampung yang besar dengan jenis penumpang yang beragam, mulai dari anak-anak hingga orang tua pun bisa naik kereta ini. Minat yang tinggi, apalagi saat jam berangkat dan pulang kerja membuat kepadatan di kereta tidak dapat dipungkiri sangat mungkin terjadi. Menurut penulis sendiri yang sudah 2,5 tahun menggunakan kereta setiap hari untuk berpergian ke kampus, “kereta sangat memudahkan, ongkosnya juga murah. Tapi, kadang cukup melelahkan karena setiap naik kereta pasti padat dan desak-desakan sampai-sampai susah buat bergerak maupun keluar peron”. Hal ini juga sejalan dengan tanggapan wawancara dari petugas kereta, Pak Manusamal, yang sudah bertugas selama 5 tahun di stasiun Pondok Ranji mengatakan, “saya membantu menertibkan keamanan penumpang, setiap jam sibuk pagi sekitar jam 6.30-8.00 pagi dan jam 17.00 – 18.00 sore kereta selalu penuh, kalau bisa digambarkan ramainya itu sampai tidak bisa ketutup pintu kereta dan orang harus mundur, menunggu kereta selanjutnya untuk bisa naik.” Begitulah yang dirasakan oleh pengguna maupun petugas KRL yang menyadari hal yang sama, KRL tidak seperti bayangan orang-orang yang akan selancar itu, tetapi KRL punya tantangannya juga dengan ramai dan penuhnya penumpang.
ADVERTISEMENT
Kepadatan KRL dan Efeknya bagi Kita
Kepadatan ini cukup mengganggu kita ketika mau beraktivitas menggunakan kereta. Apa saja efek kepadatan KRL ini bagi kita? Setidaknya ada tiga efek atau dampak dari kepadatan ini yang mungkin kita rasakan, apakah kamu pernah mengalami salah satunya? Yuk kita bahas bersama.
1. Kelelahan
Kondisi ramai dan desak-desakan membuat kita gampang merasa lelah, baik di dalam maupun saat setelah naik kereta. Kelelahan ini bisa memengaruhi kinerja dan semangat kita untuk melakukan sesuatu loh (Welong et al., 2020). Jika kinerja kita menurun maka capaian pekerjaan, konsentrasi, dan hasil pun jadi tidak maksimal. Kelelahan atau capek ini juga dirasakan saat pulang berakitvitas menuju rumah, bisa membuat tubuh merasa lemas dan gampang sakit.
ADVERTISEMENT
2. Stres dan moody-an
Pernahkah kamu merasa gampang marah ketika di tengah keramaian? Nah, dari psikologis ini bisa dijelaskan. Setiap kita memiliki jarak personal yang beda-beda yang dimana tidak sembarangan orang bisa mendekat ke kita, jarak ini tidak terlihat namun ada (Steg & Groot, 2018). Jadi wajar bisa berdampak ke kita saat di keramaian dan situasi yang padat, termasuk di kereta, yang buat kita terkena stres dan gangguan emosi menjadi mudah marah-marah. Sekali dua kali di kepadatan cukup membuat pusing dan stress, namun jika terjadi terus-menerus akan menjadi masalah dan gangguan stres yang berlebihan juga (Bechtel & Churchman, 2002).
3. Daya tahan tubuh menurun
Kepadatan KRL juga bisa memengaruhi imun tubuh kita jadi menurun, ini karena kita terpapar dengan banyak orang di satu waktu yang ramai. Kelelahan berlebihan, ditambah stres dan juga respon imun tubuh yang turun membuat kita rentan terkena penyakit (Dharmawan & Argaheni, 2021). Menurut seorang pengguna KRL sejak 2013 lalu, bernama M, berkata “KRL membuat daya tahan tubuh saya menurun karena keramaian dan tubuh saya yang tidak terlalu tinggi berdesak-desakkan jadi sulit napas juga. Mau tidak mau karena murah dan lebih cepat dibanding yang lain ya harus tetap naik kereta jadinya.”
ADVERTISEMENT
Ternyata efek kepadatan di kereta tidak bisa disepelekan. Lalu gimana caranya agar efek kepadatan KRL ini bisa berkurang atau teratasi? Setidaknya ada dua cara mengurangi kepadatan di KRL untuk para pengguna, ini berdasarkan pengalaman pribadi dan wawancara dengan pengguna, serta petugas KRL di stasiun. Mari kita bahas cara-caranya.
1. Pengaturan Jadwal
Cara pertama yang sangat mungkin bisa kita lakukan adalah menyesuaikan jam keberangkatan atau pulang kita agar tidak dapat kondisi jam puncak sibuknya. Misalnya saja kita harus sampai di tempat tujuan jam 8 atau 9 pagi, estimasi perjalanan 1 jam, biasanya kita selalu terkena kepadatan kereta karena pas sekali jam orang lain juga untuk berangkat. Solusi yang bisa kita lakukan adalah mengatur jam berangkat bisa lebih pagi agar tidak telat dan tidak berdesak-desakan parah, kita bisa berangkat jam 6 lalu sarapan atau mengerjakan sesuatu dulu saat sudah sampai. Dengan cara seperti ini, kita akan lebih tenang dan sedikit teratasi kepadatan kereta yang terjadi. Pengaturan jam berangkat ini juga akan meminimalisir kita dari risiko kecelakaan atau dorong-dorongan yang sangat mungkin terjadi di kereta.
ADVERTISEMENT
2. Pemilihan alternatif lain
Pada bagian ini, kereta memang bermanfaat. Namun, jika sangat padat dan tidak memungkinkan untuk menunggu kereta berikutnya beberapa kali. Maka kita bisa mempertimbangkan alternatif lainnya yang bisa kita lakukan. Misalnya saja kita ingin ke stasiun Grogol untuk ke tempat tujuan, akan tetapi perlu transit dua kali untuk mencapai stasiun tujuan. Kita bisa turun di stasiun yang sekiranya jaraknya dekat, seperti stasiun tanah abang dan naik angkutan umum lain atau sepeda Listrik yang tersedia di stasiun agar menghindari kepadatan di KRL itu dan efisiensi. Diperlukan juga kesadaran kita untuk mengatur alternatif ini, dipertimbangkan untuk menjaga personal space di tengah publik (Abrahamse & Matthies, 2018) agar efeknya tidak mengganggu kenyamanan diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari keadaan ini, kita sekarang tahu bahwa efek kepadatan bisa mengganggu diri sendiri maupun orang lain yang merasakannya (Abrahamse & Matthies, 2018). Walau begitu, KRL tetap bermanfaat dan menjadi alternatif transportasi yang murah meriah, serta membantu kalangan masyarakat menengah ke bawah untuk berpergian. Semoga kita bisa mengurangi kepadatan KRL yang mungkin kamu maupun orang lain sekitar rasakan dengan cara-cara yang telah disampaikan di atas. Mari lebih menjaga dan memperhatikan keadaan diri agar terhindar dari dampak buruk kepadatan. Kalau bukan dirimu yang menjaga, siapa lagi?
Referensi:
Abrahamse, W., & Matthies, E. (2018). Informational strategies to promote pro‐environmental behaviour. In Environmental Psychology (pp. 261–272). Wiley. https://doi.org/10.1002/9781119241072.ch26
Bechtel, R. B. , & Churchman, A. (2002). Handbook of environmental psychology. John Wiley & Sons, Inc..
ADVERTISEMENT
Dharmawan, C., & Argaheni, N. B. (2021). The impact of mental health on the immune system during the Covid-19 pandemic. PLACENTUM: Jurnal Ilmiah Kesehatan Dan Aplikasinya, 9(2), 16. https://doi.org/10.20961/placentum.v9i2.51164
PT. Kereta Commuter Indonesia. (2024). Perjalanan KRL. Commuterline.Id.
Steg, L., & Groot, J. I. M. de. (2018). Environmental psychology: an introduction (L. Steg & J. I. M. Groot, Eds.). Wiley. https://doi.org/10.1002/9781119241072
Welong, S. S., Manampiring, A. E., & Posangi, J. (2020). Hubungan antara kelelahan, motivasi belajar, dan aktivitas fisik terhadap tingkat prestasi akademik. Jurnal Biomedik:JBM, 12(2), 125. https://doi.org/10.35790/jbm.12.2.2020.29516