Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Sering Merasa Takut Kalah? Mari Kenali Sikap Kompetitif
18 Desember 2022 16:20 WIB
Tulisan dari Debora Michelle Valencia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Kenapa merasa tersaingi? Kamu lagi lomba lari dengan siapa?”
Mengenal Lebih Dekat Sikap Kompetitif
ADVERTISEMENT
Kata kompetitif atau kompetisi seringkali kita dengar di kehidupan kita, salah satunya dalam sebuah pertandingan baik itu olah raga, lomba debat, lomba 17-an, ataupun lomba lainnya. Menurut KBBI, kompetitif ialah sikap yang berkaitan akan motivasi seseorang untuk berkompetisi atau bersaing. Dalam sebuah pertandingan pastinya kita berkompetisi untuk mencapai kemenangan. Namun, layaknya pertandingan hanya ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, ada yang menang dan ada yang kalah. Sebagian besar orang merasa takut dan tidak ingin untuk kalah. Salah satunya cerita teman saya yang mengatakan bahwa ia berusaha keras dalam lomba renang agar tidak kalah, sehingga ia berusaha latihan renang rutin setiap minggunya agar bisa bersaing lebih unggul daripada orang lain.
Jika dalam pembahasan lomba sepertinya itu adalah hal yang wajarkan. Dalam waktu pertandingan itu kamu memiliki sikap kompetisi untuk bersaing dengan yang lain, lalu setelah pertandingan selesai kamu merasa biasa saja dengan lawan. Namun, apa jadinya jika kompetitif itu terjadi terus menerus di dalam kehidupan kamu sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Kita dan Sikap Kompetitif
Pada dasarnya sikap kompetitif itu bawaan alami kita sebagai manusia untuk bertahan hidup. Kita berkompetisi untuk lebih baik daripada orang lain. Hal itu bisa berdampak positif di saat-saat tertentu karena kita akan memanfaatkan kemampuan yang kita miliki untuk mencapai hasil yang paling terbaik (Suhanda, 2016). Akan tetapi bisa juga menjadi negatif, jika merugikan diri sendiri maupun orang lain karena kita cenderung memaksakan diri kita dan mencari kelemahan saingan kita agar kita lebih baik dari dia.
Menurut (Suhanda, 2016) dan (Raharja, 2022), seseorang yang memiliki sikap kompetitif memiliki ciri, diantaranya:
• Butuh Afirmasi orang lain atas Keberhasilannya
• Punya semangat dan ambisius yang tinggi untuk bekerja keras
ADVERTISEMENT
• Harus menjadi nomor satu dan tidak mau kalah
• mempunyai pola pikir yang maju dan percaya diri
Sikap kompetitif memang bagus untuk meningkatkan semangat kita dalam melakukan sesuatu. Akan tetapi, seperti halnya sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Akan berdampak negatif untuk diri sendiri maupun orang lain. Umumnya seseorang yang memiliki sikap kompetitif berlebih akan membebankan diri sendiri dan tidak memedulikan orang lain atau egois, serta individualis. Ia tidak membiarkan dirinya istirahat walaupun sedang lelah dengan semua usaha dia, ia takut untuk kalah sehingga mengorbankan banyak hal untuk mencapai tujuannya. Salah satu dampaknya seseorang akan merasa burnout atau merasa lelah dengan usaha yang selama ini dikerjakan, hingga dapat mengganggu kesehatan fisik dan mental seperti gangguan tidur dan timbul kecemasan berlebih atau anxiety (Kumbara et al., 2018).
ADVERTISEMENT
Coba tanyakan ke diri kamu, apakah kamu punya sikap kompetitif seperti beberapa ciri di atas dan menggganggu diri kamu? Jika iya, mungkin kamu memiliki sikap kompetitif berlebih yang harus dikurangi dan dikontrol. Lalu, bagaimana cara mengurangi sikap kompetitif yang dirasa berlebihan ini? Berikut ada tiga cara untuk kamu dapat mengurangi sikap kompetitif yang berlebihan.
1. know and love yourself
Kenali dan cintai diri kamu sendiri adalah kunci awal kamu untuk melangkah dan menjalankan kehidupan kamu. Kamu perlu tahu akan diri kamu bagaimana sikap kamu, perasaan yang timbul saat keadaan tertentu, dan lainnya. Sehingga kamu tahu juga kelebihan dan kekurangan diri kamu. Kamu bisa mencintai diri kamu dan mengatur diri kamu untuk lebih baik dengan cara kamu. Karena setiap orang memiliki caranya sendiri untuk menyikapi hal tertentu, jadi kamu harus mengenali diri kamu.
ADVERTISEMENT
2. Tidak membandingkan pencapaian diri dengan orang lain
Kita seringkali membandingkan diri kita dengan orang lain, baik itu kita sadari ataupun tidak kita sadari. Tidak ada salahnya untuk sesekali membandingkan untuk hal yang positif agar memotivasi kita. Tetapi biasanya orang yang membandingkan cenderung ingin menyaingi dan menjadi hal yang negatif. Kamu ada di jalan kehidupan kamu, tanpa perlombaan. Setiap orang memiliki waktu yang berbeda-beda untuk berhasil. Bisa saja orang lain waktunya lebih cepat untuk lulus, tetapi ada juga orang yang sangat lambat untuk lulus. Tolak ukur atau perbandingan kamu itu diri kamu yang sebelumnya, bukan orang lain.
3. Mengubah pola pikirmu atau mindset tentang keberhasilan
Kita memiliki perbedaan, bahkan anak kembar sekalipun yang kita anggap sangat mirip tetap punya perbedaan (Hadi, 2017). Setiap orang punya definisi berhasil yang berbeda-beda juga. Fokuslah dengan keberhasilan kamu sendiri dengan mengubah pola pikir kamu akan arti keberhasilan itu. Berhasil atau tidaknya kamu, itu tidak menjadi masalah yang besar. Kamu perlu menikmati proses diri kamu mencapai keberhasilan itu. Tanyakan ke dalam diri kamu, keinginan kamu yang hendak dicapai tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Apa arti berhasil menurut kamu apa? Dengan begitu kamu dapat mengetahui yang perlu kamu fokuskan apa saja. Sehingga tidak perlu berkompetisi dengan orang lain yang punya fokus yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Tidak ada salahnya merasa takut. Akan tetapi, jika membuat diri sendiri tidak tenang dan berdampak ke orang lain. Jangan-jangan sikap kamu itu sudah berlebihan dan harus dikendalikan. Jika dalam pertandingan berkompetisilah dengan sehat. Hidup kamu bukan lomba lari, kamu tidak sedang berlomba dengan siapa pun. Kamu adalah kamu. Tolak ukur keberhasilan kamu bukan dari pencapaian orang lain, tapi dari keberhasilan diri kamu sebelumnya. Tetaplah menjadi diri kamu sendiri, karena kamu hebat dengan cara kamu.
Referensi:
Hadi, I. A. (2017). Pentingnya pengenalan tentang perbedaan individu anak dalam efektivitas pendidikan. Jurnal Inspirasi, 1, 71–92. https://core.ac.uk/download/pdf/285985582.pdf
Kumbara, H., Metra, Y., & Ilham, Z. (2018). Analisis tingkat kecemasan (anxiety) dalam menghadapi pertandingan atlet sepak bola kabupaten Banyuasin pada porprov 2017. Jurnal Ilmu Keolahragaan, 17, 28–35. https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/JIK/article/download/12299/10616
ADVERTISEMENT
Raharja, A. D. B. (2022, October 5). 5 tanda seseorang yang kompetitif beserta kelebihan dan kekurangannya. EKRUT Media. https://www.ekrut.com/media/kompetitif-adalah#4_kelebihan_dan_kekurangan_dari_sikap_kompetitif
Suhanda, E. (2016). Model penumbuhan sikap kompetitif melalui metode bercerita. direktori.pauddikmasjabar.kemdikbud.go.id. http://direktori.pauddikmasjabar.kemdikbud.go.id/MODEL/TAHUN%202016/A.%20Model%20Kompetitif%20Melalui%20Bercerita%202016%20FINAL.pdf