5 Cara Mendidik Anak Tunarungu

Deby Octavia
Mahasiswi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Konten dari Pengguna
9 April 2021 8:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Deby Octavia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tak seorang pun di dunia ini dapat memilih untuk terlahir dalam keadaan sempurna secara fisik maupun psikis, atau terlahir dengan memiliki keterbatasan dalam kedua aspek tersebut.
ADVERTISEMENT
Pada kenyataannya di sekitar kita ada banyak orang yang terlahir dalam kondisi terbatas pada beberapa hal, merekalah yang kita kenal dan sering kita sebut sebagai orang-orang dengan kebutuhan khusus.
Di atas segala perbedaan tersebut, manusia tetaplah ciptaan Tuhan yang harus diperlakukan dengan sama rata dan setiap haknya harus diperhatikan. Namun fakta di lapangan memperlihatkan bahwa masih adanya perbedaan yang tinggi dalam memperlakukan anak-anak dengan kebutuhan khusus dari anak-anak pada umumnya. Ada yang tidak peduli bahkan sampai dengan enggan untuk hanya sekadar berinteraksi dengan mereka.
Lalu bagaimana kelanjutan nasib dari anak-anak ini? Apakah mereka harus terus diam dirumah dan menarik diri dari masyarakat? Tidak layakkah mereka untuk bermimpi? Apakah mereka tidak layak untuk tersenyum dalam menjalani kehidupannya? Apakah mereka tidak layak untuk membangun dan mempersiapkan masa depan mereka?
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang harusnya kita renungkan sebagai orang-orang yang terlahir dalam keadaan lebih beruntung dari mereka, dan harus kita tanamkan juga dalam diri kita masing-masing bahwa di balik kekurangan pasti ada kelebihan. Begitupun dengan mereka yang memiliki kebutuhan khusus, pastilah juga ada kelebihan pada diri mereka.
Salah satu cara untuk dapat membantu anak-anak berkebutuhan khusus agar mampu menjalani hidupnya dengan baik dan menggapai impiannya adalah lewat pendidikan.
Beruntungnya kita di Indonesia sudah memiliki program pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang terwujud dalam sekolah luar biasa (SLB) yang lebih difokuskan pada pengembangan soft skill dan hard skill, juga pendidikan inklusif yang diatur dalam SK Mendik No. 002/U/1986 mengenai Pendidikan Terpadu Bagi Anak Cacat yang mencanangkan bahwa anak berkebutuhan khusus juga memiliki payung hukum yang menjamin hak mereka dalam memperoleh kesempatan belajar dengan anak non-difabel seusianya dalam satu atap pendidikan yang sama.
ADVERTISEMENT
Dilanjutkan dalam Permendiknas No 70 Tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa. Melalui peraturan ini Kemendikbud mewajibkan agar setiap kepala daerah Kabupaten dan Kota menetapkan minimal 1 SD dan 1 SMP di daerah tersebut yang harus menerima apabila ada orang tua yang mendaftarkan anaknya yang memiliki kebutuhan khusus untuk bersekolah di sekolah tersebut.
Program-program pendidikan dalam payung hukum tersebut telah diterapkan untuk membantu membina anak-anak berkebutuhan khusus di Indonesia hingga saat ini. Anak berkebutuhan khusus memiliki ragam karakteristik, salah satunya yakni tunarungu.
Mengutip dari Healthline, anak tunarungu adalah anak dengan gangguan pendengaran yang mengakibatkan sangat sedikit pendengaran atau bahkan tidak ada sama sekali. Sama seperti anak berkebutuhan khusus dengan karakteristik lainnya, anak tunarungu juga memperoleh kesempatan yang sama dalam dunia pendidikan melalui sekolah luar biasa maupun sekolah inklusif.
ADVERTISEMENT
Namun jika berbicara mengenai pendidikan atau mendidik anak-anak 'spesial' ini khususnya anak tunarungu, apakah hanya dapat dilakukan oleh tenaga pendidik pendidik saja? Apakah kita sebagai warga masyarakat tidak dapat mendidik mereka? Jawabannya bisa, lalu bagaimana caranya?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut berikut akan saya berikan beberapa cara yang dapat diterapkan oleh orang tua, anggota keluarga, maupun masyarakat dalam bekerja sama untuk mendidik ataupun membina anak tunarungu.

1. Beri Perhatian

ilustrasi memberi perhatian. freepik.com
Memberikan perhatian adalah dasar dari seluruh usaha dalam mendidik anak tunarungu, karena pada dasarnya mendidik anak-anak dengan berkebutuhan khusus adalah hal yang membutuhkan kesabaran dan juga perhatian ekstra.
Cara memberikan perhatian ini dapat diwujudkan dengan perilaku menghargai anak dalam apapun yang mereka lakukan, juga perhatian ini dapat diwujudkan dengan memberikan kasih sayang atau afeksi yang lebih kepada anak tunarungu sehingga mereka merasa dicintai, serta prioritaskan mereka dalam kegiatan-kegiatan yang yang kurang mampu mereka lakukan sendiri sehingga benar-benar mereka merasakan bahwa diri mereka diberikan perhatian.
ADVERTISEMENT

2. Tumbuhkan Pemahaman Diri

ilustrasi pemahaman diri. freepik.com
Menumbuhkan pemahaman diri merupakan salah satu kunci dalam membina ataupun mendidik anak tunarungu. Hal ini dapat diterapkan dengan cara memberikan pemahaman kepada mereka mengenai kondisi fisiknya, sehingga mereka mampu untuk memahami segala kekurangan fisik tersebut dan tetap menghargai diri sendiri meski memiliki keterbatasan.
Kita juga harus memberikan pemahaman kepada mereka tentang pentingnya memperhatikan perspektif orang lain, sebab pada umumnya karena kekurangan fisik yang dimilikinya anak tunarungu cenderung memiliki egosentrisme yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak normal pada umumnya. Sehingga dengan mengajarkan mereka pentingnya perspektif orang lain dapat mengurangi sifat egosentrisme yang ada dalam diri anak tunarungu.
Membantu mereka dalam mengenali minat dan bakat yang dimiliki serta menentukan cita-cita untuk masa depannya juga merupakan bentuk menumbuhkan pemahaman diri bagi anak tunarungu.
ADVERTISEMENT

3. Melatih Kemampuan Komunikasi

ilustrasi mendengar. freepik.com
Keterbatasan anak tunarungu dalam mendengar bunyi di sekitarnya membuat mereka juga kesulitan dalam berkomunikasi secara lisan. Di sini kita dapat mengajarkan mereka lewat beberapa hal seperti mengamati dan memahami gerak lidah dan bibir dari lawan bicara, kemudian menginstruksikan mereka untuk mengucapkan kembali ucapan dari lawan bicara tersebut.
Kita juga dapat melatih komunikasi mereka dengan membaca bacaan dengan mereka sehingga mereka memiliki kosakata yang beragam, serta mereka mampu memahami bunyi dari setiap kata yang dibaca ataupun yang didengarkan. Hal-hal tersebut dapat dilakukan untuk membantu anak terbiasa mengekspresikan diri dan berkomunikasi secara lisan, sehingga tidak hanya bergantung pada bahasa isyarat saja.
4. Memberikan Motivasi
ilustrasi memberi motivasi. freepik.com
Dalam proses mendidik anak tunarungu kita juga harus memberikan motivasi kepada anak lewat beberapa hal, seperti pujian secara lisan maupun lewat gerak tubuh dengan mengacungkan jempol, memberikan tepuk tangan, dan lain sebagainya. Kita juga dapat memotivasi mereka lewat pemberian reward untuk hal-hal yang telah mereka lakukan.
ADVERTISEMENT
Reward ini tidak selalu tentang hadiah yang besar, bisa juga dengan memberikan stiker bintang pada mereka ataupun hanya sekadar memberikan permen. Wujud motivasi lainnya yang dapat kita berikan adalah lewat dukungan kepada mereka untuk hal-hal yang ingin mereka lakukan atau mereka coba sepanjang hal itu itu adalah kegiatan yang positif.
5. Merencanakan Karier
ilustrasi merencanakan karier. freepik.com
Pendidikan yang kita berikan kepada anak tunarungu tidak lain adalah untuk membantu mereka, dalam merencanakan masa depan mereka lewat karier yang akan mereka tempuh. Oleh sebab itu kita juga dapat mendidik anak tunarungu dalam merumuskan karier yang akan mereka kerjakan dengan mengenalkan mereka jenis-jenis pekerjaan yang tidak membutuhkan kelihaian dalam berbicara dan mendengar, juga dapat membantu mereka melihat kesempatan karier yang ada sesuai dengan kelebihan yang mereka miliki.
ADVERTISEMENT
Kita juga dapat mengikutkan mereka dalam kursus/pelatihan untuk mengembangkan bakatnya, ataupun mengajarkan mereka menciptakan sesuatu yang bernilai jual dari kreativitas sendiri.
Pada hakikatnya mendidik anak tunarungu hampir sama dengan mendidik anak normal pada umumnya, namun membutuhkan kesabaran yang lebih besar serta usaha yang lebih keras, namun sejatinya mereka dan seluruh anak berkebutuhan khusus lainnya adalah anak-anak manis yang perlu ditopang dengan kasih agar dapat menegakkan kepala pada dunia dan melukiskan senyum di wajah.