Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Nobar Battle of Surabaya di The Breeze XXI BSD City
26 Agustus 2019 18:27 WIB
Tulisan dari Dede Ariyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
KALO ada yang bilang, “Indonesia belum bisa bikin film animasi sekelas Jepang!” Aku yakin orang itu pasti belum pernah nonton film animasi karya anak bangsa Battle of Surabaya. Negara lain aja mengakui, lho. Masa kamu yang jadi warga negaranya nggak mengakui. :)
ADVERTISEMENT
Sejujurnya, aku juga baru nonton film ini. Padahal film ini udah lama banget tayang di bioskop. Sudah empat tahun yang lalu. Tepatnya tahun 2015. Dan betapa kagetnya aku setelah nonton film ini. Dari segi visual, aku kira film ini garapan Jepang. Tapi ternyata 100% hasil karya anak bangsa. Kurang lebih melibatkan 150 animator. Dengan lama durasi pembuatan selama 3 tahun.
Semakin bangga karena film ini banyak dapet achievement diantaranya: Grandprize Winner The 20th Seol International Cartoon & Animation Festival 2016, Gold Remi Award The Houston International Film Festival, Milan International Filmmaker Festival 2017, dan sederet penghargaan bergengsi lainnya. Padahal, film ini dulunya pernah ditolak sama salah satu stasiun televisi swasta. :)
ADVERTISEMENT
Beruntungnya, aku bisa nonton film ini bareng mas Aryanto Yuniawan, selaku Chief Executive Officer dari PT Mataram Surya Visi (MSV) Sinema. Sebuah perusahaan multimedia dan film animasi yang berlokasi di Jogja. Ada juga mas Panji Himawan, selaku Corporate Communication and Public Affairs Division Head at Sinar Mas Land.
Nonton bareng atau nobar film animasi Battle of Surabaya ini, ternyata rutin diadain setiap setahun sekali bareng Sinar Mas Land. Sebagai peringatan hari kemerdekaan RI sekaligus ngasih motivasi sama anak-anak sekolah. Kebetulan yang nonton pas barengan aku ada dari anak-anak IPEKA Plus BSD dan SMP Negeri 7 Tangerang Selatan.
Dalam sambutannya, setelah nobar, mas Panji Himawan menyampaikan ada kesamaan pesan dalam film ini sama program #satuBSD singkatan dari Silaturahmi AnTar Umat Berdikari, Sehat dan Damai. Sampai kapanpun, perang akan membawa luka, kesedihan, dendam dan korban. Maka dari itu, di situlah pentingnya arti perdamaian. Untuk itulah, kawasan BSD City sangat menjungjung tinggi makna dan arti perdamaian.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya adalah pesan kebinekaan dan keragaman agama. Dalam film Battle of Surabaya, terlihat keberagamaan agama dan bhineka. Seperti pemain utama bernama Musa, yang beragama Islam dan sahabatnya Yumna yang non-muslim. Terbukti keduanya bisa bersahabat. Bahkan sama-sama berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.
Masih menurut mas Panji Himawan, begitu juga sama warga yang tinggal di BSD City. Meskipun beraneka ragam suku, agama, ras dan antar golongan. Kesemuanya tetep satu kesatuan dalam bingkai bhineka tunggal ika.
Setelah sambutan dari mas Panji Himawan, berikutnya sharing dari mas Aryanto Yuniawan yang lebih banyak cerita tentang proses dari produksi film animasi Battle of Surabaya juga motivasi buat siswa-siswi IPEKA Plus BSD dan SMP Negeri 7 Tangerang Selatan yang ikutan nobar.
Dirinya juga nggak menyangka, kalo film animasi Battle of Surabaya yang semula ditolak oleh salah satu stasiun televisi swasta, sekarang sudah menyabet penghargaan dari 39 negara sampai artikel ini ditulis.
ADVERTISEMENT
Mas Aryanto Yuniawan juga menyampaikan kepada siswa-siswi pentingnya selalu mengasah kemampuan atau skill sesuai bakat dan keahlian masing-masing. Terutama mereka yang suka menggambar, sekarang udah ada wadah dan jalurnya. Asal kedua orangtua tau cara mengembangkan bakat dan minat anak-anaknya. Terbukti animator Indonesia nggak kalah sama animator luar negeri dari film Battle of Surabaya ini.
Dalam sesi tanya-jawab siswa-siswi sangat antusias bertanya kepada narasumber. Pertanyaannya pun cukup kritis. Seperti pertanyaan berapa budget pembuatan dari film Battle of Surabaya ini. Dan mas Aryanto Yuniawan pun nggak menutupi ongkos produksi dari pembuatan film ini. Dana atau budget dari pembuatan film ini adalah 15 Miliar. Menurutnya, angka ini masih kecil jika dibandingkan dengan dana pembuatan film yang ada di luar negeri.
ADVERTISEMENT
Oh iya, buat yang belum nonton film ini kalian masih bisa nonton film ini di Taman Mini Indonesia Indah. Di sana masih diputar. Udah dulu yah untuk postingan film ini. Semoga bermanfaat. Akhir kata, salam blogger! ● Dede Ariyanto