Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Kasus Dokter PPDS dalam Sudut Pandang Bahasa
10 April 2025 17:16 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Dede Fatinova tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Bahasa, Keadilan, dan Isu Kekerasan Seksual
ADVERTISEMENT
Kasus dugaan pemerkosaan yang melibatkan seorang dokter peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung memberikan kesempatan untuk menerapkan analisis linguistik forensik dalam memahami narasi yang berkembang di media. Linguistik forensik adalah cabang ilmu yang mempelajari penggunaan bahasa dalam konteks hukum, termasuk analisis wacana, pemahaman makna, dan identifikasi pola komunikasi. Dalam konteks ini, penting untuk mengeksplorasi bagaimana bahasa digunakan untuk membangun narasi yang memengaruhi opini publik dan menciptakan stigma terhadap pelaku dan korban.
ADVERTISEMENT
Dalam pemberitaan mengenai kasus ini, istilah "pemerkosaan" dan "kekerasan seksual" digunakan secara konsisten untuk menekankan sifat serius dari tindakan pelaku. Penggunaan istilah-istilah ini tidak hanya menyampaikan fakta tetapi juga membangun makna tertentu yang memengaruhi persepsi masyarakat. Dalam analisis linguistik forensik, penting untuk mempertimbangkan dampak emosional dari kata-kata yang dipilih oleh media. Istilah dengan konotasi negatif seperti "perbuatan bejat" atau "tindakan tidak terpuji" memperkuat pandangan bahwa pelaku harus dihukum berat, sementara perhatian terhadap korban sering kali terabaikan.
Selain itu, analisis linguistik forensik juga mencakup cara penyampaian informasi oleh pihak berwenang, seperti pernyataan resmi dari rumah sakit dan institusi pendidikan. Dalam pernyataan tersebut, terdapat penekanan pada tindakan disipliner terhadap pelaku dan komitmen institusi untuk menjaga keadilan. Namun, kurangnya informasi tentang dukungan bagi korban dalam pemberitaan dapat menciptakan kesan bahwa fokus utama adalah pada tindakan disipliner daripada kesejahteraan korban. Hal ini menunjukkan adanya pelanggaran maksim relevansi dalam komunikasi, di mana informasi yang disampaikan tidak sepenuhnya mencakup aspek-aspek penting dari situasi yang terjadi.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks sosial Indonesia yang masih tabu membicarakan isu kekerasan seksual, pemberitaan semacam ini dapat memperburuk stigma terhadap profesi medis. Banyak individu merasa tertekan untuk melaporkan kejadian semacam ini karena takut akan stigma atau penolakan dari masyarakat. Pemberitaan tentang pemerkosaan oleh dokter PPDS ini dapat memperkuat stereotip negatif terhadap tenaga medis dan menciptakan ketidakpercayaan di kalangan pasien terhadap institusi kesehatan. Dalam hal ini, analisis linguistik forensik membantu kita memahami bagaimana bahasa dapat membentuk persepsi masyarakat terhadap profesi medis dan isu kekerasan seksual.
Penggunaan bahasa dalam berita juga menciptakan kerangka berpikir tertentu di benak pembaca. Ketika istilah-istilah seperti "tindakan kriminal" digunakan secara berulang-ulang, hal itu menciptakan kesadaran akan seriusnya tindakan tersebut dan mendorong pembaca untuk mengecam pelaku. Namun, penting untuk memastikan bahwa pemberitaan tidak hanya fokus pada sanksi bagi pelaku tetapi juga memberikan perhatian pada dukungan bagi korban. Dalam hal ini, pendekatan linguistik forensik dapat membantu mengidentifikasi kekurangan dalam narasi yang disampaikan oleh media.
ADVERTISEMENT
Peran dokter forensik juga sangat krusial dalam kasus ini. Mereka bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan medis terhadap korban dan mengumpulkan bukti-bukti yang diperlukan untuk proses hukum. Dokter forensik harus memiliki sikap objektif dan profesional selama pemeriksaan serta memberikan penjelasan yang jelas tentang proses pemeriksaan kepada korban agar mereka merasa nyaman untuk berbagi informasi penting. Dalam konteks linguistik forensik, komunikasi antara dokter forensik dan korban menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa bukti-bukti yang dikumpulkan akurat dan relevan.
Kesimpulannya, analisis wacana linguistik forensik dalam kasus dugaan pemerkosaan oleh dokter PPDS di RSHS Bandung menunjukkan kompleksitas isu kekerasan seksual serta tantangan yang dihadapi oleh individu maupun institusi dalam menavigasi norma-norma sosial tradisional dan tuntutan modernitas. Melalui analisis ini, kita dapat memahami bagaimana bahasa digunakan untuk membingkai narasi tertentu serta dampaknya terhadap opini publik dan kebijakan internal institusi.
ADVERTISEMENT
Penting bagi masyarakat dan media untuk terus berdialog tentang isu-isu sensitif seperti ini demi menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan adil bagi semua orang. Dengan demikian, pendekatan linguistik forensik tidak hanya membantu kita memahami konteks hukum tetapi juga memberikan wawasan tentang dampak sosial dari penggunaan bahasa dalam berita mengenai kekerasan seksual.***
---
Dede Fatinova, Dosen Universitas Pamulang.