Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.9
Konten dari Pengguna
Bukan Cuma Menara yang Berdiri, Tetapi Perasaan yang Belum Reda
9 April 2025 19:58 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari dede sulaiman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Purwokerto, Banyumas — Saat jam menunjukkan hampir magrib, langit di atas Purwokerto berubah jadi kanvas mood swing. Warna biru lembut bercampur jingga tipis, seperti teh manis yang kelamaan ditinggal. Di tengah lukisan alam itu, berdiri gagah Menara Pandang Teratai, seperti bunga yang lupa mekar tapi tetap estetik.
ADVERTISEMENT
Duduk bersila di balik pagar proyek, sosok misterius yang dikenal warga sebagai Merana Pandang—entah asli orang sini atau cuma wisatawan spiritual—menikmati sansut sambil menyalakan rokok rasa melon. “Aku ke sini bukan cuma buat lihat sunset, tapi buat lihat harapan,” ujarnya sambil nahan air mata yang nggak keluar-keluar.
Menara Teratai, dengan bentuknya yang seperti kuncup bunga alien, memancarkan cahaya lembut saat lampu-lampunya menyala satu per satu. Anak-anak muda, ojol, bapak-bapak yang baru pulang ronda, sampai kucing liar pun tampak berhenti sejenak. Semua hanyut dalam suasana langit yang syahdu, padahal tadi siang panasnya kayak neraka diskon.
“Ini tempat healing yang underrated. Orang-orang nyari laut, nyari gunung, padahal Purwokerto punya sansut rasa romansa,” ujar Merana, yang katanya dulu kuliah di sini tapi belum lulus karena "jatuh cinta kebanyakan."
ADVERTISEMENT
Tak jauh dari sana, warung kopi pinggir jalan mulai menyalakan lampu. Aroma gorengan, kopi hitam, dan suara azan membuat suasana makin sendu. Kabel-kabel listrik membingkai menara, seolah berkata, “Kadang yang bikin indah itu bukan pemandangannya, tapi luka yang kamu bawa ke sana.”
Akhir kata: Jika kamu ke Purwokerto dan ingin menenangkan hati tanpa perlu naik gunung, datanglah ke Menara Pandang. Duduklah sebentar, nikmati langit, dan biarkan hatimu jadi puisi gagal yang tetap layak dipajang di feed.