Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Indonesia Terserah vs Berdamai dengan Corona
26 Mei 2020 8:08 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Dede Nasrullah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini banyak yang meperbincangkan terkait dengan hastag Indonesia Terserah dan ungkapan Presiden Indonesia Jokowi tentang berdamai dengan corona. Tentu hal ini sangat menarik dan membuat perhatikan masyarakat tertuju kepada kedua pernyataan tersebut.
ADVERTISEMENT
Hastag Indonesia terserah yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sampai saat ini masih terus diperbincangkan di media sosial sehingga hal ini membuat penulis untuk tertarik untuk menuliskan 2 kalimat yang sampai saat ini terus menjadi sorotan mata publik.
Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Pada tanggal 7 Januari 2020, RRT mengidentifikasi virus jenis baru yang disebut Coronavirus Disease-19 (COVID-19).
Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan sebagai pandemic global. Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara. Sampai saat ini (25/05/2020) kasus di Indonesia yang sudah terlaporkan sebanyak 22.271, kasus kematian kurang lebih dari 1.372 yang tersebar di banyak provinsi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Seiring bertambahnya jumlah orang yang terpapar virus COVID-19 di Indonesia, bahkan Indonesia pernah terjadi peningkatan sampai 1000 kasus baru positif covid 19. Hal ini tentu membuat masyarakat kian sulit.
Runtuhnya aspek ekonomi, dan terganggunya bidang kehidupan lainnya membuat rakyat makin tersiksa dengan situasi seperti ini. Rendahnya perilaku disiplin masyarakat dan terdapatnya sejumlah kebijakan Kementerian yang seolah tumpang tindih dengan skema protokol yang ditetapkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 juga jadi problem serius yang terus dihadapi.
Lantas apa yang harus kita lakukan melihat jumlah kasus yang terus meningkat? Apa kita harus menyerah dan berdamai dengan virus corona jika terus kondisi seperti ini?
Adanya tagar Indonesia terserah dan pernyataan pemerintah tentang berdamai dengan corona ini tentu kedua ini tidak dapat dipisahkan dan bukan merupakan pernyataan yang saling bersinggungan akan tetapi hal ini membuat refleksi untuk kita semuanya untuk terus tidak pernah menyerah dan tetap berdamai dengan corona.
ADVERTISEMENT
Memang kalau selintas kita membaca terkait dengan kata “menyerah” dan “berdamai” ini rawan misinterpretasi dan bahkan kita semua akan jengkel ketika mendengarkan dua kata tersebut. Tapi dibalik itu semua jika kita lebih jauh memperhatikan dua kata tersebut tentu memiliki makna dan refleksi untuk kita semua.
Hal ini akan menjadi motivasi tenaga medis untuk terus berjuang dan tidak pernah menyerah melawan corona, begitu juga pemerintah tidak pernah menyerah dan harus bisa menyesuaikan dengan kondisi baru yaitu era new normal.
Patuhi Protokoler Pemerintah
Kita harus terus berjuang untuk melawan corona, tidak boleh menyerah untuk terus melawannya. Jika kita perhatikan masih banyak masyarakat yang melalaikan aturan protokoler yang telah dibuat oleh pemerintah, masyarakat kita masih banyak yang tidak peduli terhadap hal tersebut dan masih mementingkan dirinya sendirinya.
ADVERTISEMENT
Beberapa hal yang harus dilakukan agar kita dapat berdamai dengan corona, Pertama terapkan pola hidup bersih dengan tidak berjabat tangan, tetap menggunakan masker dan cuci tangan secara teratur setiap kita selesai melakukan aktivitas.
Kedua tetaplah dirumah jika anda merasa sakit atau anda memiliki anggota keluarga yang sedang sakit dirumah. Ketiga batasi pertemuan dan perjalanan yang tidak penting.
Kesadaran masyarakat kita masih sangat kurang terhadap tiga hal tersebut sehingga hal ini yang menyebabkan angka covid di Indonesia terus bertambah baik yang positif dan yang mengalami kematian.
Beradaptasi Menuju Era New Normal
Berdamai dengan corona tentu suatu saat akan kita lakukan agar kita siap untuk menghadapi era yang disebut dengan New Normal. Dimana manusia dituntut untuk dapat beraktivitas dan beradaptasi dengan kehidupan yang baru karena kita tidak akan mengandalkan yang disebut dengan herd immunity yang mana kita masih membutuhkan sekitar 54% orang terinfeksi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari sebuah teori keperawatan yang dicetuskan oleh roy tentang adaptasi menyatakan bahwa bahwa manusia memiliki sistem adaptasi terhadap berbagai stimulus atau stressor yang masuk.
Mekanisme koping merupakan proses penerjemah stimulus dengan dua sub system yaitu sub system kognator dan sub system regulator. Hasil dari proses adaptasi akan menghasilkan respons adaptive atau maladaptive, Sebagai sistem yang dapat menyesuaikan diri manusia dapat digambarkan secara holistik (bio, psycho, sosial) sebagai satu kesatuan.
Ada empat objek utama dalam teori roy tentang adaptasi yaitu manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan, empat objek ini akan terus berkaitan dan saling mendukung untuk menuju era new normal.
Agar kita bisa beradaptasi dengan COVID-19 ini tentu harus memperhatikan protokoler yang sudah ditetapkan oleh pemerintah seperti yang di atas misal dengan tetap memperhatikan physical distancing, social distancing (menjaga jarak) untuk menghindari dari kerumunan jika itu tidak memungkinkan, tetap terus melakukan cuci tangan dengan sabun, mulai berfikir dengan cermat tentang keputusan untuk keluar rumah.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya pertanyaan yang ada di benak saya, mampukah masayarakat kita semua untuk menerapkan semua protokler yang sudah ditetapkan oleh pemerintah untuk memutus COVID-19 serta membantu tenaga kesehatan dalam memerangi virus ini. Mari kita harus produktif dan tetap aman untuk diri sendiri dan orang lain dari covid 19 untuk menuju era new normal.