Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Stunting Pada Anak: Menuju Indonesia Emas
15 Maret 2022 13:25 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Dede Nasrullah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita. Prevalensi stunting ini telah mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. SSGI 2021 yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan tidak hanya memberikan gambaran status gizi balita saja tetapi juga dapat digunakan sebagai instrumen untuk monitoring dan evaluasi capaian indikator intervensi spesifik maupun intervensi sensitif baik di tingkat nasional maupun kabupaten/kota yang telah dilakukan sejak 2019 dan hingga tahun 2024. Saat ini, Prevalensi stunting di Indonesia lebih baik dibandingkan Myanmar (35%), tetapi masih lebih tinggi dari Vietnam (23%), Malaysia (17%), Thailand (16%) dan Singapura (4%). Meskipun angka stunting ini masih relative cukup tinggi pada angka 24,4 persen, ini masih menjadi PR bagi pemerintah untuk menurunkan angka tersebut sehingga tercapai tujuan di bawah angka 20%.
ADVERTISEMENT
World Health Organization (WHO) menyebut stunting adalah kondisi terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anak yang dipengaruhi oleh kurangnya asupan gizi. Dalam jangka waktu lama, masalah tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan anak, yang biasanya ditandai dengan tinggi badan yang lebih rendah dibanding standar usianya. Dampaknya, anak-anak yang mengalami masalah stunting akan memiliki kemampuan kognitif, motorik, dan intelektual yang rendah, serta daya tahan tubuh rentan sehingga mudah terserang penyakit. Hal tersebut akan menurunkan kualitas sumber daya manusia secara umum.
Jika kita melihat angka tersebut di atas, lantas apa yang yang harus kita lakukan agar anak kita dan generasi emas ini terhindar dari masalah stunting?
Peran keluarga
Stunting pada anak dapat dicegah sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun atau bisa disebut juga sebagai periode 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Peran keluarga dalam pencegahan stunting di 1000 hari pertama sangatlah penting, sehingga perlu beberapa hal yang harus dilakukan oleh keluarga dalam merawat 100 hari pertama kehidupan (HPK). Keluarga memegang peranan penting yaitu mencapai memberikan asuhan kesehatan keluarga yang bertugas dalam pemeliharaan kesehatan (care giver) para anggotanya. Salah satu tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga menurut Freidman (1981) yaitu memberikan pertolongan dan perawatan (care giver) kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu diri sendiri karena cacat fisik ataupun mental, karena apabila terdapat anggota keluarga yang sakit maka tidak bisa mandiri untuk memenuhi kebutuhan aktivitas hidupnya. Menurut ahli keluarga yaitu Friedman (1998, dalam Nasir & Muhith, 2011), menjelaskan bahwa keluarga dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya memiliki fungsi-fungsi dasar keluarga. Fungsi dasar tersebut terbagi menjadi lima fungsi yang salah satunya adalah fungsi efektif, yaitu fungsi keluarga untuk pembentukan dan pemeliharaan kepribadian anak-anak, pemantapan kepribadian orang dewasa, serta pemenuhan kebutuhan psikologis para anggotanya. Apabila fungsi efektif ini tidak dapat berjalan semestinya, maka akan terjadi gangguan psikologis yang berdampak pada kejiwaan dari keseluruhan unit keluarga tersebut.
ADVERTISEMENT
Merawat anak menuju indonesia emas memerlukan pengetahuan, keterampilan, kemauan, pengabdian dan kesabaran. Keluarga merupakan orang terdekat yang secara spontan, akan mengambil bagian menjadi care giver. Pada tahap ini, peran keluarga menjadi sangat penting dalam merawat anak sehingga anak kita terhindar dari stunting . Peran apa saja yang harus kita lakukan khususnya bagi keluarga yang memiliki anak atau bayi balita, yang pertama keluarga memberikan motivasi agar memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil, hal ini sangat dibutuhkan supaya sejak dini pada masa kehamilan gizi pada ibu hamil harus diperhatikan selain itu juga keluarga agar bisa memotivasi supaya rutin untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya. Kedua keluarga memotivasi agar dapat memberikan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan Air susu ibu (ASI) dapat mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu menyusui disarankan untuk tetap memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan kepada sang buah hati. Ketiga keluarga memotivasi ketika bayi sudah usia 6 bulan ke atas untuk memberikan MP-ASI yang sehat. pastikan makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting.
ADVERTISEMENT
Mari kita bersama-sama terus menjaga dan melindungi keluarga kita khususnya yang sangat rentan ini agar menjadi generasi emas.