Konten dari Pengguna

Ujung Kulon Kembali Tersenyum – Sebuah Perjalanan Wisata Menuju Mutiara Banten

Dede Nursaid
Senang bersepeda dan nge-gym, tapi nulis juga hobby sih.
3 November 2020 7:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dede Nursaid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sunset di Ujung Kulon, Banten
zoom-in-whitePerbesar
Sunset di Ujung Kulon, Banten
ADVERTISEMENT
Penghujung 2018, tepatnya 22 Desember 2018 menjadi duka mendalam bagi Indonesia, terutama Banten dan Lampung. Seluruh media meliput kejadian nahas tersebut yang mengakibatkan ratusan nyawa meninggal dunia, puluhan hilang, dan ribuan lain luka-luka. Rumah luluh lantah, pertokoan hancur, tempat wisata berantakan, juga kekacauan lain yang terjadi. Kejadian tsunami akibat meletusnya Gunung Anak Krakatau. Gunung Anak Krakatau yang menjadikan ombak tinggi dan menyapu pesisir Banten dan Lampung. Bahkan banyak video beredar bagaimana salah satu band Ibu Kota yaitu Seventeen yang dihempas ombak dari arah belakang panggung. Akibatnya, personil band meninggal dunia dan menyisakan sang vocalist yang masih selamat. Sekarang, sudah hampir 2 tahun peristiwa tersebut berlalu, perlahan mulai direkonstruksi segala fasilitas, rumah, dan juga trauma yang tersimpan. Pasti, trauma takan pernah hilang untuk selamanya, semuanya membekas dalam ingatan. Namun, kita sisihkan terlebih dahulu kesedihan tersebut, mari kita bangkit dan tersenyum untuk keindahan yang disimpan oleh Ujung Kulon, Banten.
ADVERTISEMENT
Setelah hampir 2 tahun berlalu, akhinya Ujung Kulon, Banten tersenyum kembali. Senyum merekah karena secara perlahan ia mulai menampilkan kecantikannya. Hamparan biru laut pun perpaduan biru langit sangat romantis tatkala melewati jalan di tepi pantai. Angin berhembus sejuk juga hijaunya pepohonan menambah khidmat siapa saja yang melewati jalan tersebut. Ya, saya dan teman-teman merasakan nyamannya berkendara melewati jalan tersebut. Tepat pada tanggal 5 September 2020 saya dan teman-teman berlibur sejenak menikmati pantai Ujung Kulon, Banten. Saya dan teman-teman berangkat di pagi hari dari BSD, Tangerang menuju Pantai Tanjung Lesung. Berangkat pada pukul 9 pagi, sampai pukul 5 sore dengan berbagai macam pemberhentian, baik isi bensin, ibadah, hingga mampir di minimarket untuk persediaan makanan. Berbondong dengan 5 motor dan 1 mobil yang menyusul di sore hari. Total saya dan teman-teman berjumlah 13 orang yang mana semuanya teman main kala SMP.
ADVERTISEMENT
Perjalanan panjang kami tempuh dengan tujuan awal yaitu Pantai Tanjung Lesung. Setiba di Pantai Tanjung Lesung mimpi kami semua buyar. Kami tidak tahu kalau Pantai Tanjung Lesung adalah pantai yang sudah diwadahi segala macam fasilitas. Mulai dari resort hingga villa keluarga juga museum kebudayaan yang berdiri kokoh. Sehingga untuk kami yang ingin mendirikan tenda sendiri sedikit sulit karena di Pantai Tanjung Lesung sudah disiapkan tenda dari pihak pemilik wisata. Otomatis dengan kondisi kami yang masih mahasiswa sedikit keberatan, karena tujuan kami ingin mendirikan tenda sendiri di bibir pantai sembari bercengkrama satu sama lain. Kami pun melanjutkan perjalanan dan keluar dari gerbang utama dan bertanya kepada satpam di pantai mana kami bisa mendirikan tenda secara pribadi. Beliaupun menunjukkan jalan menuju arah Cikujang (Sebelum kawasan Sumur, Banten) karena di sana bisa mendirikan tenda.
ADVERTISEMENT
Perjalanan menuju Cikujang tidak terlalu jauh dari pintu gerbang Pantai Tanjung Lesung. Di sepanjang jalan disuguhi dengan indahnya pemandangan yang menyejukkan mata. Tak henti mulut berkata yang “gila indah banget, parah coy!”. Sebagian dari kami memotret dan membuat video karena sepanjang jalan ke Cikujang benar-benar cantic sekali. Jalanan yang tidak hancur, pula pemandangan yang sangat indah. Sangat kaget ketika mengetahui bahwa benar, ini adalah “Mutiara Banten” yang tak kalah dari Bali. tak sia-sia tidak ke Tanjung Lesung namun menemukan mutiara lain. Setibanya kami di Cikujang, kami melihat pantai yang tidak ada pengunjungnya. Sepi sekali, hanya ada bangunan baru yaitu beberapa gazebo dari kayu yang baru selesai dibangun. Di situ kami berhenti dan ternyata kami bertemu dengan Akang Diki yang awalnya kami temui di Gerbang Tanjung Lesung. Sungguh suatu kebetulan bisa bertemu lagi dengan Akang Diki. Spesifik tempatnya yaitu seberang Bumi Perkemahan Cikujang, Banten. Terdapat musola di pinggir jalan dan sekolah SD di seberangnya.
Sunset di Ujung Kulon, Banten
Kami tiba dan bertanya kepada Akang Diki apakah kami bisa mendirikan tenda di sini untuk bersantai dan menikmati malam. Ternyata boleh, sangat boleh, bahkan usut diusut kawasan tersebut baru saja dibuka. Kami adalah pengunjung pertama tempat tersebut yang benar-benar sangat beruntung bagi kami. Kami juga menanyakan tarif untuk menginap dan berwisata di sana. Sangat murah, satu motor hanya dihargai 10.000 rupiah, dan 1 mobil 30.000 rupiah. Karena total kami 5 motor 1 mobil, kami hanya merogoh kocek 80.000 rupiah dengan pemandangan yang sangat indah, super indah. Karena kami sampai di tempat tersebut pada sore hari tepatnya jam 5 sore, maka sunset sedang berlangsung. Tanpa basa basi, kami langsung menuju sisi pantai dan berfoto ria di bawah naungan senja jelita Ujung Kulon, Banten. Setelah puas berfoto, kami mendirikan tenda dan menyiapkan peralatan untuk memasak.
ADVERTISEMENT
Tenda di siang hari selepas berenang - doc pribadi
Foto ciamik perpaduan awan, pantai, dan tenda - doc pribadi
Pada malam hari kami saling berkumpul dan bercerita ria baik hal penting maupun tidak penting seraya ditemani api unggun yang menghangatkan badan. Kami juga diajak oleh Akang Diki untuk mencari rajungan atau hewan laut lain pada dini hari nanti. Akhirnya beberapa dari kami terbangun dan ikut mencari. Selepasnya, kami memasak hasil buruan kami dan menikmati bersama. Selain pantai, di situ juga terdapat danau air payau yang jernih dan diselimuti lumut sebagian. Pemandangan yang indah ketika bisa melihat pantai sekaligus danau dalam satu tempat.
Danau air payau
Pagi datang, kami menyiapkan sarapan dan menyantapnya di pinggir pantai. Selepas menyantai sarapan, kami langsung bermain air pantai dan berfoto ria bersama-sama. Sungguh, ini pengalaman yang tak bisa kami lupakan sampai kami tua nanti. Hamparan pantai yang cantik, juga pemandangan nelayan yang baru kembali dari pantai menyajikan suasana baru bagi kami yang tinggalnya jauh dari pesisir. Ujung Kulon sudah tersenyum kembali, siap menyambut wisatawan untuk disuguhkan indahnya senyuman itu. Sang “Mutiara Banten” sudah berkilau dengan pantulan warna indah siap menyuguhkan kilauan cantiknya Pantai Ujung Kulon, Banten. Kami sangat merekomendasikan tempat tersebut, selain karena ramah kantong, juga segala bentuk keindahan yang kami dapatkan kala itu. Akhirnya, pukul 1 siang kami beranjak pulang dan sampai di rumah pada pukul 10 malam. Perjalanan indah bersama teman-teman, pun Senyuman Manis Sang Mutiara Banten telah kembali merekah.
ADVERTISEMENT
doc pribadi
doc pribadi
Bermain pasir - doc pribadi
Indahnya Mutiara Banten yang sedang tersenyum - doc pribadi