news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pesan yang Terkandung dalam Cerita Cinta Dushmanta Terpaut di Hutan

Dede Raisman
Sastra Indonesia, Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
21 Desember 2022 16:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dede Raisman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Gambar Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Gambar Pribadi
ADVERTISEMENT
Cerita “Cinta Dushmanta Terpaut Di Hutan” merupakan kisah yang menarik untuk kita baca di awal buku Mahabharata. Pentingnya suatu janji yang harus dipenuhi melekat pada tokoh-tokoh yang tertulis di kisah wayang Mahabharata karya Nyoman S. Pandit tersebut. Kisah epos ini dengan jelas menggambarkan bahwasanya manusia juga memiliki nilai dharma yang dapat menjadi refleksi kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Berbicara tentang Mahabharata, kisah ini bukan hanya ditulis di suatu buku, melainkan suatu karya kesusasteraan wiracarita yang sangat amat luas cakupannya dan disusun dalam jangka waktu yang sangat lama. Kisah "Cinta Raja Dushmanta Di Hutan" yang tertulis di awal cerita Mahabharata memiliki pesan-pesan untuk menjadi refleksi kehidupan sehari-hari.
Sejak awal cerita yang memperlihatkan tokoh seperti kisah cinta Raja Dushmanta, dan Syakuntala memiliki makna yang menarik serta nilai-nilai yang tergambar untuk merefleksikan pesan kehidupan, diawali dengan kegiatan sang Raja yang berburu di hutan bersama para prajuritnya. Dalam aktivitas berburunya Raja Dushmanta pergi menuju pertapaan Resi Kanwa. Ketika Raja Dushmanta masuk ke dalam pertapaan dan menyuruh Prajurit nya untuk menunggu di luar. Sang Raja lalu bertemu dengan seorang gadis yang amat cantik keturunan bidadari yang bernama Syakuntala.
ADVERTISEMENT
Selayaknya terpaut oleh kecantikan yang dimiliki oleh Syakuntala, sang Raja mulai berkenalan sembari menanyai keberadaan Resi Kanwa. Syakuntala pun menceritakan siapa dia, dan kaitannya dengan Resi Kanwa yang mencetus sang Raja terkejut, sebab Syakuntala merupakan anak dari Resi Kanwa yang memiliki keturunan dari bidadari.
Syakuntala merupakan keturunan dari Wiswamitra yang tidak puas oleh kesakitan. Karena hal tersebut Wiswamitra terus-menerus bertapa dengan khusyuk. Begitu kuat tapanya, hingga mencetus Batara Indra ketakutan. Andai saja, pertapaan Wiswamitra berhasil, bisa menggulingkannya dari tahtanya di kahyangan.
Untuk menggagalkan tapa Wismamitra, Batara Indra memanggil Dewi Menaka dan diperintahkannya bidadari itu untuk menggodanya. Lalu, pergilah Dewi Menaka ke tempat Wiswamitra bertapa, dan merayu Wiswamitra tergoda dengan kecantikannya hingga pertapaannya gagal.
ADVERTISEMENT
Wiswamitra yang tidak melanjutkan tapanya, dan lebih memilih sang Dewi Menaka untuk menjadi pendamping hidupnya. Sampai ketika, Dewi Menaka mengandung. Menjelang melahirkan, ia menuju ke tepi Sungai dan melahirkan seorang bayi perempuan meninggalkan bayi itu di tepi sungai lalu kembali ke kahyangan. Resi Kanwa menemukan bayi itu, lalu dipungut dan diangkat anak. Bayi yang dilindungi oleh burung-burung di tepi sungai diberi nama Syakuntala Menganggap, dan Resi Kanwa pun menjadi Ayah nya.
Setelah Raja Dushmanta tahu, ia mengajak Syakuntala menikah dan mengucapkan janji dengan menawarkan seluruh kerajaan akan menjadi milik Syakuntala. Syakuntala pun menyetujui pernikahan tersebut. Dalam menjalin kasih, Dushmanta sering sekali berjanji kepada Syakuntala bahwa ia akan mengirim seorang utusan untuk menjemputnya. Namun, Tatkala Raja Dushmanta mengumbar janji dan puas Raja pun kembali ke kota Raja tanpa kembali untuk menepati janjinya dengan dengan mengirim utusan menjemput Syakuntala.
ADVERTISEMENT
Hingga pada suatu hari Resi Kanwa memanggil Syankuntala, menyuruhnya agar menghadap sang Raja. Resi itu berpendapat bahwa sudah tiba waktunya untuk mengantarkan Sarwadamana menghadap ayahnya. Lalu berangkatlah Syakuntala dan Sarwadamana diiringkan beberapa resi sebagai pengawal hingga bertemu sang Raja. Ketika bertemu Raja Dushmanta, sang Raja pun ingat semua yang telah terjadi. Tetapi, ia malu. Di hadapan para perwira dan menteri kerajaan, ia malu mengakui perkawinannya dengan gadis pertapa yang tak jelas asal keturunannya.
Pesan dalam tokoh Raja Dushmanta, dan Syakuntala ini dapat dijadikan acuan kehidupan, bahwasanya janji itu harus ditepati. Berjanji adalah tanggungan ke orang lain yang harus segera diselesaikan. Menepati janji adalah suatu bukti bahwa telah melakukan suatu hal yang bertanggung jawab dengan perkataan.
ADVERTISEMENT