Konten dari Pengguna

Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Perairan Indonesia

Dedi S Adhuri
Research Center for Society and Culture, Indonesian Institute of Sciences, Guest Lecturer at University of Diponegoro
12 Oktober 2018 15:48 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dedi S Adhuri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Nelayan Maluku mengangkat ikan di pesisir pantai (Foto: Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP))
zoom-in-whitePerbesar
Nelayan Maluku mengangkat ikan di pesisir pantai (Foto: Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP))
ADVERTISEMENT
Tulisan singkat ini akan menjelaskan tentang optimalisasi pemanfaatan sumber daya ikan yang ada di perairan laut Indonesia. Untuk ini, pertama akan dibahas mengenai perspektif sistemik dalam melihat sektor perikanan, kemudian karakter perikanan laut Indonesia, potensi sumber daya ikan, dan terakhir, strategi untuk mengoptimalkan pemanfaatannya.
ADVERTISEMENT
Perspektif sistemik dalam melihat sektor perikanan
Perikanan adalah dunia usaha yang mensyaratkan untuk dipahami dengan pendekatan sistemik, yakni melihat sistem produksi, distribusi/pemasaran, dan konsumsi sebagai suatu sistem tunggal karena kaitan yang kuat antara satu dengan yang lainnya.
Dalam dunia perikanan di mana komoditinya bersifat cepat rusak (perishable), keberhasilan menangkap ikan (sistem produksi) tidak serta merta akan mendatangkan keuntungan bagi nelayan.
Nelayan hanya akan mendapatkan keuntungan apabila ikan-ikan hasil tangkapannya terhubung dengan pasar (sistem distribusi) secara cepat. Tanpa ada pasar, nelayan bisa saja terpaksa harus membuang kembali ikannya karena busuk.
ADVERTISEMENT
Tentu saja serapan pasar akan sangat tergantung pada permintaan konsumen atas ikan (konsumsi). Secara sosial, tuntutan pemasaran yang cepat, pada satu pihak, dan curahan waktu di laut, sering kali menciptakan ketergantungan nelayan pada pihak lain, agen pemasaran.
Karakter perikanan laut Indonesia
Perikanan laut Indonesia dengan jumlah nelayan sebanyak 2.261.874 (2016), didominasi oleh armada kapal skala kecil di bawah 10 Gross Ton (GT). Pada tahun 2014, saat total armada 625.633, jumlah boat di bawah 10 GT adalah 597.945 buah (95,57%).
Ukuran kapal yang kecil tentu saja daya jelajahnya juga terbatas. Oleh karenanya bisa dipastikan lokasi tangkap dari mayoritas usaha penangkapan di Indonesia terjadi di perairan pantai atau pesisir. Karakter ini juga mencerminkan kapasitas permodalan nelayan yang rendah.
ADVERTISEMENT
Senyatanya, penelitian di berbagai komunitas pesisir menunjukkan bahwa, karena keterbatasan modal tersebut, nelayan sering kali juga bergantung pada pihak lain untuk memodali pengadaan alat-alat dan kegiatan produksi mereka.
Potensi sumber daya ikan (SDI)
Seorang elayan menangkap ikan Kerapu di perairan Kepulauan Spermonde, Sulawesi Tengah. (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Seorang elayan menangkap ikan Kerapu di perairan Kepulauan Spermonde, Sulawesi Tengah. (Foto: Istimewa)
Data resmi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan bahwa total SDI yang tersedia di perairan laut Indonesia adalah 12,5 juta ton/tahun. Tentu saja ini merupakan jumlah yang sangat besar dan under-exploited karena kita baru mampu menangkap sebesar 6,83 juta ton (2016).
Namun demikian, kita harus hati-hati melihat angka total ini karena data detail per wilayah pengelolaan perikanan (WPP) menunjukkan bahwa gejala tangkap untuk jenis-jenis ikan tertentu telah terjadi di kesebelas WWP yang ada di tanah air.
ADVERTISEMENT
Mengingat karakteristik armada dan wilayah tangkap, bisa dipastikan bahwa jenis-jenis ikan yang sudah lebih tangkap (over-exploited) itu adalah jenis ikan yang menjadi target tangkapan dari mayoritas armada perikanan dan jenis-jenis ikan yang hidup di daerah tangkap nelayan kebanyakan, yakni perairan pesisir.
Dengan ini jelas bahwa dari total 12,5 juta ton ikan yang tersedia di perairan kita yang under-exploited adalah ikan-ikan yang hidup di daerah tak terjangkau oleh mayoritas armada tangkap, yakni perairan lepas (offshore).
Strategi optimalisasi pemanfaatan sumber daya ikan
Kondisi Stok atau Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan (Foto: Dok: Direktorat Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan )
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi Stok atau Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan (Foto: Dok: Direktorat Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan )
Kombinasi antara karakter sektor usaha perikanan yang telah dijelaskan pada poin pertama tulisan ini dengan realitas potensi sumber daya ikan dipaparkan pada poin kedua menuntut dikembangkannya strategi khusus untuk mengoptimalkan pemanfaatan SDI kita.
ADVERTISEMENT
Strategi tersebut adalah, pertama, mendorong pengembangan armada perikanan offshore. Strategi ini berfungsi ganda, selain mengarahkan nelayan untuk menangkap ikan-ikan yang memang under-exploited di tengah laut, juga mengurangi beban perairan pesisir yang sudah over-exploited.
Strategi ini telah dijalankan oleh KKP melalui distribusi armada dan alat tangkap. Namun demikian, kebijakan ini harus dikoreksi terkait dengan proporsi ukuran armada yang dibagikan, seharusnya lebih banyak armada kapal dan alat tangkap 10 GT ke atas dan alat tangkap yang sesuai dengan karakteristik SDI yang menjadi target tangkapan.
Hal yang juga harus ditambahkan dalam strategi ini adalah menyesuaikan dengan karakter usaha perikanan seperti yang telah dijelaskan di atas dan perspektifnya yang harus sistemik.
ADVERTISEMENT
Penyesuaian dengan karakteristik usaha perikanan dilakukan dengan mengembangkan model-model transformasi pengetahuan, keterampilan, dan permodalan dari nelayan yang biasa menangkap ikan di pesisir dengan boat dan alat tangkap sederhana dan modal yang rendah ke nelayan offshore, teknologi lebih canggih, dan modal lebih besar.
Hal yang harus mendapat perhatian pada pengembangan model ini adalah bahwa nelayan-nelayan pesisir ini pada umumnya adalah nelayan yang mengakumulasi pengetahuan dan keterampilannya melalui pengalaman di pesisir dan di atas laut.
Mereka bukanlah orang-orang yang mengumpulkan ilmu dan belajar keterampilan di bangku-bangku sekolah. Oleh karena itu, model tranformasi pengetahuan dan keterampilan nelayan pesisir lebih cocok menggunakan model-model praktik, seperti magang.
ADVERTISEMENT
Pelatihan-pelatihan di dalam kelas tidak akan banyak manfaatnya. Nelayan kecil juga adalah mereka yang modal usahanya terbatas. Distribusi kapal dan alat tangkap yang lebih besar dari kapasitas yang biasa mereka operasikan adalah tambahan beban.
Bisa dipastikan jaringan lama mereka, patron-patron yang menjadi sumber bantuan kebutuhan permodalan, akan kesulitan memenuhi kebutuhan modal yang besar. Oleh karenanya, distribusi kapal-kapal besar harus dibarengi oleh pemberian akses kepada sumber-sumber tambahan permodalan.
Terakhir, pendekatan sistemik mengharuskan kebijakan optimalisasi pemanfaatan SDI tidak hanya difokuskan pada usaha menangkap ikan yang tersedia --melalui stimulus terhadap pengembangan armada perairan lepas-- tetapi juga menyambungkan nelayan kepada pasar.
Dengan demikian peningkatan hasil tangkapan bisa dibarengi dengan kelancaran pemasaran.
ADVERTISEMENT
Sama seperti halnya sumber permodalan pada sistem produksi, kemungkinan besar nelayan memang harus dibukakan aksesnya pada jalur-jalur pemasaran baru yang belum mereka kenal sebelumnya, mengingat hampir setiap kelompok ikan memiliki jalur pemasaran yang khusus.